53.| END : Last Twilight

8 5 21
                                    

Dengan perlahan Maria dan Favian membuka kembali mata mereka berharap bahwa semua akan baik baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perlahan Maria dan Favian membuka kembali mata mereka berharap bahwa semua akan baik baik saja. Namun mereka begitu terkejut ketika melihat Maudy tergeletak dengan darah segar yang mengalir dari perutnya, pistol yang ada tangan Maudy juga ikut terjatuh disampingnya.

Polisi dengan segera mengevakuasi jenazah Maudy dan pada hari itu Maudy dinyatakan meninggal dunia dengan mengenaskan, Favian hanya bisa terdiam dengan kejadian yang begitu cepat dihadapannya.

Malik, Kyla, dan Theo dengan cepat berlari menghampiri Maria dan Favian yang masih diam mematung, Kyla tampak menangis histeris memeluk Maria seakan sangat ketakutan.

"Maria, Lo nggak apa apa kan? Gue nggak akan sanggup kalau sampai kehilangan Lo juga." Tangis Kyla dan Maria pecah mengisi ruangan kantor polisi itu.

"Bro, gila Lo. Lo mau mati? Kalau Lo mati, adek gue sama siapa?" Oceh Malik dengan wajah khawatir.

Favian mencoba menormalkan kembali jantung yang berdetak sangat cepat, perasaan menjadi campur aduk hingga membuat dirinya hampir tak bisa menopang tubuhnya sendiri.

"Lo nggak apa apa?" Tanya Malik reflek menangkap tubuh Favian yang hampir terjatuh.

Favian menggelengkan kepalanya.

"Kamu nggak apa apa?" Tanya Favian sembari menggenggam tangan Maria.

Maria kembali menangis sembari memeluk Favian erat,"kamu kenapa mau jadi tameng buat aku? Kalau kamu tadi ketembak gimana?" Isak Maria dengan airmata mengalir deras membasahi pipi nya.

Favian menghelakan nafasnya dengan lega menatap sang kekasih dalam keadaan baik baik saja, ia perlahan mengusap pelan kepala Maria hingga membuat Maria pun sedikit tenang.

Maria melepaskan pelukan mereka dan menatap Favian dengan mata yang sembab, Favian hanya tersenyum dan menatap dalam mata Maria.

"Aku nggak akan terluka." Ucap Favian dengan suara lembut.

Perasaan Maria yang semula penuh dengan ketakutan perlahan mulai merasa aman, ia menggenggam erat tangan Favian seakan tak ingin melepaskan nya.

"Janji sama aku, kalau kamu akan selalu ada disamping aku apapun yang terjadi." Maria mengulurkan jari kelingking nya kepada Favian.

"Janji." Mereka pun menautkan jari kelingking dengan senyum yang lega, setidaknya satu duri telah tercabut meskipun rasa sakit itu masih membekas.

****

Setahun sudah berlalu semenjak kematian Thya, Theo masih saja sering menangis jika teringat hal tentang Thya. Bahkan bukan hanya Theo saja yang sering menangisi nya, Bono sendiri masih sering mengunjungi makam Thya dan menangis disana.

Dan hari ini juga bertepatan dengan hari kelulusan mereka, tampak begitu banyak siswa siswi berkerumun dan berfoto foto dengan keluarga masing masing. Favian and friend juga tampak sibuk dengan kamera yang telah mereka gunakan sejak pagi tadi, berbagai gaya telah mereka lakukan di setiap foto.

HARSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang