Keesokan harinya, suasana di rumah Zhangji terasa lebih tegang dari biasanya. Setelah semalam berdiskusi panjang lebar, saudara-saudara Zhang—Zhixin, Zhangji, Junhao, dan Yuhan—memutuskan untuk lebih serius menyelidiki ancaman terhadap Zuohang. Meskipun ada tekad yang kuat, mereka tahu bahwa ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan mudah, terutama ketika ancaman itu datang dari seseorang yang belum mereka kenal.
Zuohang, yang masih diliputi rasa takut, memutuskan untuk tetap di rumah. Meskipun dia ingin membantu, dia tahu ada risiko besar jika dia ikut terlibat dalam pencarian ini. Dengan tekad untuk tetap aman, dia memilih untuk menunggu di rumah, berharap kakak-kakaknya akan segera menemukan siapa yang berada di balik ancaman tersebut.
Sementara itu, di ruang tamu, Zhixin, Zhangji, Junhao, dan Yuhan berkumpul. Mereka sudah sepakat untuk lebih mendalami siapa saja yang ada di sekitar mereka, terutama orang-orang yang mungkin punya alasan untuk menyakiti Zuohang.
“Bagaimana kalau kita mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang orang-orang yang sering berinteraksi dengan Zuohang?” usul Yuhan, yang meskipun masih muda, cerdas dalam mengatur langkah-langkah strategis.
“Setuju,” jawab Zhixin dengan serius. “Kita harus cari tahu siapa yang mungkin punya masalah dengan Zuohang, atau siapa yang bisa saja menjadi ancaman.”
Zhangji mengangguk. “Kita harus berhati-hati. Tak ada gunanya jika kita terburu-buru dan malah membahayakan diri sendiri.”
Junhao menimpali dengan penuh semangat, “Aku bisa mulai dari sekolah. Aku tahu beberapa teman dekat Zuohang gege. Pasti ada yang tahu lebih banyak.”
“Jangan lupa, Junhao,” kata Zhixin, “kita harus tetap tenang. Jangan sampai ada yang curiga.”
Setelah memberikan instruksi yang jelas, Junhao pun pergi menuju sekolah, sementara Zhixin, Zhangji, dan Yuhan mulai merencanakan langkah selanjutnya.
Zuohang duduk di kamar, merasa tak ada yang bisa dia lakukan. Meski Zhixin, Zhangji, dan yang lainnya berusaha melindunginya, hatinya tetap gelisah. Ketakutan itu seperti bayangan yang tak bisa dia hindari. Kotak yang diterimanya, dan lebih buruk lagi—catatan yang tertulis di dalamnya—terus menghantui pikirannya.
Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa berlarut-larut dalam ketakutan. Dia perlu tahu siapa yang berada di balik semua ini.
Tak lama setelah itu, Zhixin datang menemui Zuohang di kamar. Wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya, namun ada kehangatan dalam tatapannya. “Zuohang,” katanya lembut, “kami sedang mencari tahu siapa yang mengirim ancaman ini. Kami akan pastikan kamu aman. Tapi untuk sementara, kamu harus tetap di sini.”
Zuohang menatap kakaknya, merasa sedikit lebih tenang. “Aku tahu, Zhixin-ge. Aku hanya… merasa tidak aman. Aku ingin membantu, tapi aku takut kalau aku malah membahayakan kalian.”
Zhixin menepuk bahu Zuohang. “Kamu tidak perlu khawatir. Kami semua di sini untukmu. Tapi yang terbaik saat ini adalah kamu tetap di rumah, biarkan kami yang mencari tahu lebih banyak.”
Saat Junhao kembali ke rumah setelah mengunjungi sekolah, wajahnya tampak serius. “Aku sudah bertanya pada beberapa teman Zuohang gege di sekolah,” katanya, menatap Zhixin dan Zhangji. “Ada satu orang yang sepertinya selalu mengamati Zuohang ge. Namanya Zimo. Dia baru di sekolah, dan beberapa orang bilang dia selalu berada di sekitar Zuohang ge.”
“Zimo?” tanya Zhangji, mengernyitkan dahi. “Siapa dia? Apa yang kita tahu tentang dia?”
“Sejauh ini, tidak banyak yang diketahui. Dia baru pindah ke sekolah beberapa bulan yang lalu,” jawab Junhao. “Tapi ada yang aneh. Beberapa orang mengatakan dia tampak sangat tertarik dengan Zuohang, hampir seperti mengikutinya. Aku rasa kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Zimo.”
“Baik, kita mulai dari sini,” kata Zhixin, matanya penuh tekad. “Zimo bisa jadi kunci untuk semuanya. Kita harus tahu lebih banyak tentang dia—di mana dia tinggal, siapa teman-temannya, dan kenapa dia bisa terobsesi dengan Zuohang.”
Zhangji mengangguk setuju. “Ini mungkin petunjuk besar, Zhixin-ge. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.”
Malam itu, mereka memutuskan untuk mulai menyelidiki lebih dalam tentang Zimo. Junhao segera mencari tahu lebih banyak tentang rekam jejak Zimo di sekolah, sementara Yuhan mencoba mendapatkan informasi lebih lanjut tentang latar belakang Zimo dari beberapa orang yang mengenalnya. Sementara itu, Zhixin dan Zhangji mempersiapkan diri untuk langkah selanjutnya—mereka akan pergi ke rumah Zimo, mencari tahu apakah ada sesuatu yang mencurigakan di sana.
Namun, di balik ketegangan yang melanda keluarga Zhangji, mereka tahu bahwa ancaman terhadap Zuohang lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Mereka harus bergerak cepat, karena semakin lama mereka mencari, semakin banyak bahaya yang bisa mengintai.
Di sisi lain, Zimo masih mengamati, diam-diam memantau pergerakan mereka, menikmati setiap langkah yang mereka ambil. Sepertinya, permainan ini baru saja dimulai.
Selamat membaca semuanya. Jangan lupa tinggalkan vote dan comment kerana min suka baca comment kalian semua. Sampai jumpa nanti semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zuohang
FanfictionAkibat mengutuk sebuah novel yang dibeli olehnya, Zuoshan secara tidak sengaja bertransmigrasi ke dalam novel tersebut. Nasib sial tidak berhenti di situ.. dia yang ditakdirkan mati di akhir cerita disebabkan antagonis cowo, kini menjadi rebutan par...