part 43 ( END )

40 4 1
                                    

*********

Pagi itu, suasana terminal kecil tempat mereka menunggu cukup sepi. Danny dan Luna duduk bersebelahan di bangku panjang, sementara Willi berdiri tak jauh dari mereka. Danny, yang merasa hari itu akan jadi kesempatan bagus untuk mendekatkan dirinya pada Luna, tak ingin kalah dari kehadiran Willi.

"Luna, sini deh," ujar Danny tiba-tiba sambil menarik lengan adik tirinya. "Aku punya game baru di ponsel, kamu pasti suka!"

Luna tertawa kecil, meski sedikit bingung dengan sikap Danny yang terlihat antusias. Sebelum ia sempat mendekat, Willi datang dan ikut mencuri perhatian.

"Game? Aku juga punya sesuatu yang lebih seru," kata Willi sambil mengeluarkan buku sketsa kecil dari tasnya. "Lihat, aku sempat menggambar wajahmu waktu kita bertemu pertama kali. Bagus kan?"

Luna terdiam, terkejut melihat gambar sketsa dirinya yang cukup detail. Tapi sebelum ia sempat memuji, Danny melipat tangan di dada dan menatap Willi tajam.

"Serius, Will? Ini liburan, bukan galeri seni," Sindir Danny sarkastik.

Willi balas menatap Danny sambil menyeringai. "Setidaknya aku tidak membuang waktu dengan main game yang nggak jelas."

Danny bangkit dari tempat duduknya, mendekati Willi. "Hei, kalau mau cari perhatian, jangan sok keren, deh!" katanya, menunjuk Willi dengan dagu.

Willi membalas dengan mendekatkan wajahnya. "Dann, kamu jangan sok jadi kakak pelindung yang sempurna. Luna udah cukup dewasa untuk pilih siapa yang dia suka."

Luna yang tadinya asyik menikmati pagi tiba-tiba tertegun melihat keduanya saling berhadapan seperti hendak adu jotos. "Kalian ini kenapa, sih?" katanya, bangkit berdiri dan mencoba memisahkan mereka.

"Kak Danny, Willi, sudah ya!" Luna menengahi dengan tangan terangkat. "Kalian kan udah dewasa, masa berantem kaya anak kecil rebutan permen?"

Danny dan Willi, yang kini berdiri saling menatap sinis, akhirnya mendengus dan mundur selangkah.

"Dia duluan yang cari gara-gara," gumam Danny sambil melirik Willi.

"Aku cuma ingin bersikap sopan pada sepupu," balas Willi sambil mengangkat bahu, nada suaranya penuh sindiran.

Luna menghela napas panjang, tapi tak bisa menyembunyikan tawa kecilnya. "Kalian lucu, deh. Kalau begini terus, orang-orang pasti kira kalian lagi rebutan pacar, bukan seperti kakak dan sepupu."

Mendengar itu, Danny dan Willi saling menatap, lalu dengan kompak menjulurkan lidah satu sama lain, seperti anak kecil yang sedang bersaing.

Mendengar itu, Danny dan Willi saling menatap, lalu dengan kompak menjulurkan lidah satu sama lain, seperti anak kecil yang sedang bersaing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Danny, Luna, willi)

(Danny, Luna, willi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang