- Prolog -

49 16 4
                                    

AKU kini baru saja membuka buku pelajaran untuk belajar besok ujian, dan kini jam sudah menunjukkan pukul 23.40.

Kenapa aku bisa belajar di jam segitu? Karena, sebelum nya aku ada masalah adu bacot sama bokap nyokap.

Gitu lah, udah tau anak nya mau pusing ujian, malah di serang masalah.

Aku tau mereka peduli tapi, gak harus gini juga. Sekarang, aku sedari tadi tidak bisa fokus belajar. Gimana mau fokus, kalau masih inget kejadian tadi.

Flashback on,

"Aku gak mau di jodohin bun! Jodoh itu ditangan Tuhan, bukan ditangan bunda sama ayah! Kalau bukan jodoh nya jangan di paksa!" elak ku dengan kesal.

"[NAME]! KAMU BISA NURUT SAMA BUNDA DULU GAK SIH?! INI DEMI KEBAIKAN KAMU JUGA!" bentak ayah kepada ku. Aku menunduk. Jujur, selama ini ayah gak pernah sejarah ini. Jujur, hati ku sakit.

Bunda yang melihat ku di bentak ayah, pun segera membela ku.

"Yah, jangan dibentak gitu. Bunda gak papa, [Name] nya jangan dibentak gini." bela bunda mengelus pundak ayah.

"Kalian lucu ya? Selama ini kalian anggap aku apa? Anak 'kan? Kenapa seolah-olah di perlakukan seperti bukan anak?" lawan ku, sebenarnya aku berbicara seperti ini butuh mengumpulkan banyak mental.

"[NAME]! JAGA UCAPAN MU SAMA ORANG TUA! KAMU SEHARUSNYA SUDAH DI SYU-"

"APA YAH?! APA?! AKU SELAMA INI UDAH TURUTI KEMAUAN KALIAN! SELAMA INI JUGA AKU UDAH MUAK SAMA KEMAUAN KALIAN YANG ANEH-ANEH!" lawan ku dengan mata berkaca-kaca. Mental ku mungkin gak kuat, tapi pikiran ku udah muak sama semua ini.

PLAK!

"[NAME]! BERANI KAMU SAMA ORANG TUA! KURANG AJAR!"

Ayah menampar pipi ku dengan keras, tentu saja sakit, tapi ini tidak sesakit hati ku.

"... Aku kurang ajar? EMANG! SELAMA INI KALIAN KEMANA AJA?! DISAAT AKU BUTUH KASIH SAYANG KALIAN, KALIAN KEMANA?!"

"KITA KERJA! BUAT KAMU MAKAN SAMA KEBUTUHAN LAIN! KAMU TANPA AYAH SAMA BUNDA BISA APA, [NAME]?!"

"... Oke fine, aku gak akan pernah nerima perjodohan ini sampai mati kecuali ini permintaan ku sendiri." Aku meninggalkan ayah dan bunda dengan mata kesal.

Ayah dan bunda pun termenung saat aku pergi meninggalkan mereka. Biarin aja. Toh, yang salah mereka? Aku udah bilang sebaik mungkin, mereka tidak akan mendengar kan nya.

Aku kembali ke kamar dengan mendobrak pintu, dan merosot ke lantai dengan pintu sebagai senderan.

Aku berdiri kemudian berjalan ke meja belajar ku.

Flashback off.

Kalau di ingat-ingat lagi aku muak, apalagi pipi ku masih ada bekas merah.

Aku kembali belajar lagi, dan mulai memainkan musik yang di sambungkan ke earphone untuk menenangkan suasana ku.

-

Ting tong!

Bel sudah berbunyi, menandakan bahwa waktu ujian telah selesai.

Sungguh, aku tidak terlalu fokus pada ujian ini. Aku masih memikirkan kejadian kemarin.

Serius deh, ayah bikin aku overthinking aja.

"[Name]! Huehue... Kenapa kita harus pisah ruangan sih..." Ying, dia menangis bombay.

"Lebay lo, cuma pisah ruangan doang." Yaya, ia menatap wajah Ying dengan raut malas.

"Heh! Gini ya, gue tau gue alay, tapi ngerti gak? Kita 'kan abis ujian bakal kelulusan." ujar Ying berkacak pinggang.

"Iya juga," sahut ku mengangguk-anggukkan kepala.

"Eh, [Name], btw pipi lo kenapa? Merah amat, abis di cipok nyamuk?" tanya Ying mengalihkan topik.

"Bukan di cipok nyamuk, tapi di tampol sama singa." jawab ku dengan candaan.

Yaya dan Ying hanya mengedipkan matanya berkali-kali.

"Buset, serius lo, [Name]?" tanya Ying tak percaya.

"Duarius." jawab ku singkat.

"Lo melihara singa, [Name]?" tanya Yaya dengan raut polos nya. Aku dan Ying pun terdiam mematung melihat kepolosan Yaya.

"Ah enggak, maksudnya gue di tampol sama singa pas kemaren ke kebun binatang. Untung aja nampol, bukan di ngap." jawab ku berbohong.

Yaya hanya ber-oh-ria saja, dia ini polos sekali. Ku kasih permen terus ku culik di jual ke om-om duda, kira-kira dia sadar gak ya?

"Eh, btw, tadi di ruang kita ada murid pertukaran pelajar lho, dia pinter banget asli, ganteng lagi, dia dari Jawa." ujar Ying seperti memamerkan sesuatu.

"Terus?" tanya ku bingung.

"Minimal bilang wow lah!" kesal nya tak ingin mengalah.

Aku mendengus kasar, jujur, malas menanggapi. "Y, wow."

"Lo kenapa sih gak pernah suka sama cowok satu pun, padahal banyak cowok di luaran sana pada ngejar-ngejar lo."

"Daripada ngejar cinta, mending ngejar hasil dulu." jawab ku melipat kedua tangan ku didepan dada.

"Gue yakin hasil lo tinggi,"

"Mending jangan berharap dulu."

Aku pergi meninggalkan Yaya dan Ying, lalu kaki ku pergi menuju ke kantin.

Setelah sesampainya disana, aku mendudukkan pantat ku di kursi ku pada meja kantin.

"Nyuwun sewu, bade iso kenalan?"
( T: Permisi, bisakah kita kenalan? )

-

halo halo ziepers,

welkam di book kedua ku,

tinggalkan jejak kalian disini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas Jawa (Boboiboy x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang