Satu pria dewasa kini diikuti oleh tiga gadis remaja dengan masih menggunakan seragam sekolah. Menyusuri jalan dalam gedung pusat perbelanjaan yang mana ada banyak brand terkenal menjajakan produknya.
Setelah waktu jum'at-an dan sepulang jam sekolah Andra mengajak Dita serta kawan-kawan untuk pergi ke mall besar, yang biasa di datangi oleh artis lokal maupun luar. Yang diajak tentu senang bukan main. Mereka kira ucapan Andra hanya bualan semata tapi ternyata sampai di bawa ke sana tanpa pulang lebih dulu. Bukankah itu suatu kesempatan emas untuk mereka? Tawaran gila itu tidak akan pernah datang lagi kalau tidak hari ini.
"Abang abis ketimpa apa? Kok baik banget?" Tanya Dita yang ada di samping sang kakak dengan mata tak bisa dialihkan dari furnitur atau isi setiap butik dalam Mall besar itu.
Andra merangkul sang adik dan mendekatkan tubuh mungilnya ke dirinya, "Boleh kamu sebut abang ketimpa tangga. Tapi dengar, abang sama sekali belum pernah melakukan ini ke teman-teman kamu. Abang juga belum bilang terima kasih sama mereka. Karena selama abang sibuk, mereka selalu jaga dan temenin kamu dengan baik."
Dita menoleh dan mendongak, melempar tatapan yang tidak bisa diartikan membuat Andra mengerutkan keningnya bingung. Sadar pada tatapan sang kakak lantas Dita tersenyum.
"Aku rasa, tanda terima kasih dari abang udah cukup. Abang kasih mereka gini bukannya terlihat berlebihan ya?" Dita memutus pandangannya dan kembali mengedarkan atensi ke sekitar.
"I know. Tapi, bagi abang tanda terima kasih tidaklah cukup untuk menjaga berlian seperti kamu," jawab Andra santai dan tenang sambil melihat ke arah butik pakaian cukup terkenal menarik atensinya.
Mendengar penuturan tulus sang kakak reflek Dita memandangi wajah Andra dari bawah. Ia tersenyum kecil menatap kagum sang kakak walau hanya bagian leher dan rahangnya saja yang dilihat masih tetap tampan.
"Kalian mau beli baju gak?" Tawar Andra berhenti persis di seberang butik dan ia melihat ke sana dengan melirik kedua teman Dita yang ada di belakang.
Sheren dan Juwita mengarahkan perhatiannya ke tempat yang dimaksud Andra lalu saling lempar pandang kemudian menatap ragu ke kakak Dita.
"Boleh bang?" Tanya Juwi sungkan.
Andra tersenyum manis, ia mengangguk sekali sudah cukup menyakinkan lawan bicaranya, "Kenapa enggak? Yuk ke sana."
Sheren dan Juwi bersorak dalam diam sambil menghampiri Dita yang tidak lagi dalam rangkulan sang kakak. Karena Andra jalan lebih dulu, memimpin ketiga gadis remaja yang dibawanya untuk masuk ke dalam butik pakaian terkenal itu.
"Akhh!! Gila!! Ini terlalu baik!... Ngaku, lu abis hipnotis abang lu kan Dit!?"
"Abang lu ke sambet apa sih dit!? Baik banget anjrit! Bang Varro aja gak sebaik ini sama gue!"
Dita merotasikan bola matanya malas begitu telinganya mendapat celotehan dari dua temannya. Ia menggeleng lelah menjawab pertanyaan konyol dari mereka.
"Bohong lu! Cepet ngaku!"
"Iya ih! Gak yakin gak ada apa-apa nya!"
Dita berdecak sebal sampai menatap sinis kepada dua gadis yang mendesak dirinya.
"Abang gue itu ngajak lu pada dalam keadaan normal seratus puluh persen ya! Jangan ngadi-ngadi kalo ngomong!" Ungkap Dita menyahuti mereka dan berjalan mendahului masih dalam kekesalan.
"Ehh, Ditaa, bercanda lohh.. jangan ngambek."
"It's joking guys!! Don't be serious Dit!!"
Sheren dan Juwita menyusul Dita dengan tergesa-gesa juga gugup. Takut jika temannya beneran marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
DiversosMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...