TCV 119 | Akhir Pertandingan
Hembusan angin menerpa keduanya, menerbangkan helaian surai Sophia yang terikat. Saat itulah Zoe meleset menghampiri Sophia, menyerang sisi kanan Sophia yang bisa dihindari tanpa tangkisan. Sophia memiringkan kepalanya, melihat Zoe yang terlihat begitu serius menyerangnya. Zoe memutar tubuhnya, membuat Sophia mundur untuk menghindari hantaman pada bagian kaki kirinya.
Sophia masih menaruh kedua tangannya di belakang, belum menggunakan kedua pedang di tangannya sama sekali.
"Gerakan nona lebih lambat dari yang aku ingat," gumam salah seorang kesatria. "Nona sepertinya benar-benar sudah lama tidak menyentuh pedang," sahut kesatria lainnya. "Yang jadi masalah adalah senjatanya. Kenapa memilih senjata yang tidak dikuasai dan memperumit situasi hem? Yah meski ini bagus juga, karena akan lebih ringan dan mudah digerakkan." Evans ikut memberi komentar.
Zoe kembali menyerang, terus memojokan Sophia dengan menghantam pedangnya yang semakin sulit Sophia hindari. Perbedaan kekuatan mereka semakin terlihat, Zoe benar-benar sukses memojokan Sophia dan membuat Sophia terus mundur, mengeluarkan pedangnya dan menahan hantaman-hantaman kuat dari Zoe.
Zoe mengisi penuh kekuatannya dan memberikan hantaman kuat hingga membuat Sophia terjatuh ke tanah. Zoe tersenyum tipis dan kembali menghantamkan pedangnya yang ditahan oleh kedua pedang Sophia dengan susah payah.
"Nona akan kalah," komentar salah seorang kesatria tampak memasang wajah khawatir. Entah khawatir pada Sophia atau pada taruhannya.
"RRROOOAAARRR."
Melihat Sophia yang di pojokan, Haru yang mengikuti Kaivan, mengaum dan terlihat bersiap menerkam Zoe. Beruntung Kaivan langsung menahannya dan menarik Haru ke sisi arena. "Dengar, ibumu hanya sedang bermain. Tidak perlu khawatir, dia akan memarahimu jika ikut campur!" Kaivan dengan santai mengikat Haru di pohon, tempatnya bersandar dan kembali memakan kacang dalam genggamannya.
Sophia memutar tubuhnya ke sisi kiri untuk menghindari hantaman pedang Zoe yang hampir saja mengenai tubuhnya.
"ROAAR!" Haru masih terlihat geram sambil terus menonton majikannya yang tengah berada di arena. "Ahhhh Nona, cepatlah. Haru mulai kesal, jadi berhenti bermain-main!" Kaivan setengah berteriak.
Sophia bangkit dan menyeka keringatnya dengan punggung tangannya.
"Apanya yang bermain-main? Jelas-jelas dia di pojokan mati-matian," sinis Fie sambil tersenyum tipis. "Sepertinya dia sengaja," timpal Chris pelan.
"Kau juga melihatnya?" Tanya Peter yang di angguki oleh Chris.
"Dia tidak di pojokan tapi membiarkan dirinya di pojokan," gumam Chris tampak terpukau. "Sepertinya dia menyadari perbedaan tekanan kekuatan mereka. Bertarung dalam jangka waktu lama hanya akan merugikannya," lanjut Chris tampak serius memperhatikan Sophia yang masih terus mendapatkan hantaman pedang dari Zoe yang terus memojokkannya. "Sepertinya Anda dan Chris hanya berkhayal. Jelas-jelas dia di pojokan," balas Fie masih percaya dengan penilaiannya pribadi.
Fie melirik Evans yang sangat fokus memperhatikan dan tersenyum senang. Padahal jelas dirinya sangat mendukung Sophia, namun ia terlihat sangat senang melihat murid kesayangannya dipojokan habis-habisan.
Seolah sudah menyadari trik yang digunakan gadis itu.
"Sabar! Ibumu sedang bersenang-senang. Kau pikir dia hanya mau bermain denganmu!" Kaivan menarik Haru yang masih sulit dikendalikan. Fie juga memperhatikan tingkah Kaivan yang sangat santai melihat Sophia yang masih di pojokan.
"Berisik sekali!" Keluh Sophia sambil menatap Zoe yang masih sangat tenang. Akan sulit memancing kelengahan Zoe dengan memancing keangkuhannya. Zoe adalah kesatria yang memiliki sifat seperti Alexi, menjunjung tinggi integritas kesatria.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...