TCV 121 | Mabuk Dalam Satu Tegukan
"Alexi?" gumam Sophia pelan.
"Tidak perlu membahasnya..." Evans membalas.
"Dia pergi selama satu tahun tanpa mengatakan apapun lalu setelahnya kembali sebagai kesatria kerajaan, itulah yang kudengar. Begitukah?" Sophia bertanya, sembari menatap Evans yang terlihat jelas ingin menghindar.
"Nona," panggil Evans penuh penekanan.
"Padahal sudah kuperlakukan dengan baik, tapi sepertinya semua itu tidak cukup." Sophia berbicara dengan nada tidak biasa.
Sophia tidak gentar, ia masih menatap Evans tanpa berpaling. "Anda sudah cukup umur untuk minum kan? Anda harus mencobanya juga malam ini," Evans menuangkan bir ke gelas baru dan memberikannya kepada Sophia.
"Aku tidak berniat minum," Sophia menggeser gelas itu, membuat Evans kembali mendorong gelas bir itu kepada Sophia. "Seorang lady yang tidak kuat minum alkohol dapat membawa bencana. Sebagai guru, saya akan mengajari Anda." Sophia kembali menggeser gelas itu.
"Kau guruku lima tahun lalu, sekarang tidak lagi." Evans memasang wajah terkejut yang dibuat-buat. "Mengapa Anda selalu begitu? Anda membuang guru Anda saat tidak ada lagi yang bisa mereka ajarkan kepada Anda? Nona itu tindakan kejam! Anda menyakiti hati saya!" Ucapan Evans yang membuat Sophia menghela nafas dan akhirnya menerima gelas bir itu.
Sophia meminum gelas berisi bir itu dan mengerjapkan matanya beberapa kali, sesaat setelah dirinya minum setengah gelas. "Bagaimana rasanya?" Tanya Evans dengan semangat. Beberapa kesatria memperhatikan, tidak terkecuali Peter yang menatap Sophia yang wajahnya mulai memerah. Pria itu menahan senyuman saat melihat mata Sophia yang biasanya tajam dan fokus kini mulai kehilangan fokusnya.
Meski rasanya cukup mengecewakan lantaran mata itu sama sekali tidak tertuju ke arahnya. Seolah dengan sengaja mengabaikan keberadaanya seharian ini.
Sophia menghela nafas dan menunduk kecil. "Beraroma aneh, rasanya agak sedikit pahit dengan rasa getir yang khas," gumam Sophia pelan. Beberapa kesatria bertepuk tangan dan bersorak. "Nona selamat karena sudah dewasa." Ujar salah seorang kesatria yang disambut tepuk tangan oleh kesatria lain. "Apa Anda menyukainya?" Sophia langsung menggeleng. "Rasanya sangat aneh dan tidak enak. Kenapa membeli alkohol berkualitas buruk?" Sophia menggelengkan kepalanya yang mulai terasa pening.
Tubuh Sophia sudah beberapa kali meminum alkohol, Sophia tidak menyangka bahwa bir yang diminumnya memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi.
Sophia mulai mabuk, sensasi tipsy kini mulai terasa. Saking pusingnya, Sophia jadi tidak kuat menegakan kepalanya dan menunduk untuk mengurangi sensasi berputar di kepala.
"Nona?" Panggil Evans yang di abaikan. "Ah kadar alkoholnya terlalu tinggi untuk Anda? Akhirnya kita menemukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh Anda." Zoe tertawa melihat Sophia yang mabuk hanya dalam satu tegukan minuman saja.
Sophia mengangkat kepalanya, wajahnya memerah dan matanya terlihat sangat sayu. "Nona Anda tidak apa-apa?" Tanya Evans yang masih mengecek keadaan Sophia. "Sebaiknya kita kembali, duke bisa membunuh saya jika tahu Anda mabuk." Evans berusaha membantu Sophia berdiri meski Sophia menolak dan tetap duduk.
"Ternyata nona bisa menjadi orang yang merepotkan juga," gumam Kaivan sambil menyantap potongan daging yang menggunung di atas piringnya.
"Nona, saya akan mengantar Anda kembali. Mari berdiri." Evans masih berusaha membujuk meski Sophia terus menggeleng. "Nona Anda tidak sengaja ingin membuat saya terkena masalah karena kesal dengan tingkah saya hari ini kan?" Tanya Evans sambil tertawa.
"Nona sepertinya membenci guru terbaik Nona ini yah? Huhuhu saya kecewa."
Sophia menatap Evans dan ikut tertawa. "Hanya karena ingin membuatmu terhindar dari masalah. Aku harus berurusan dengan pengrajin pemalas yang gila dan menjengkelkan. Aku juga harus mencari orang hilang untuk membayar jasanya, aku tidak tidur selama berhari-hari untuk membuatmu terhindar dari masalah dan kau mengeluh hanya karena masalah kecil?" Keluh Sophia, membuat Evans menatapnya dengan mata sayu dan berlutut dihadapan berjongkok di hadapan Sophia untuk melihat wajah Sophia yang menunduk.
"Kenapa menatapku?" Tanya Kaivan sambil meletakan potongan daging di tangannya.
"Saya tahu, saya sangat berterima kasih untuk itu. Kehadiran Anda, adalah sebuah keajaiban bagi saya." Evans meraih tangan Sophia dan membantunya berdiri. "Omong kosong itu lagi..." Gumam Sophia sambil berjalan dengan langkah kecilnya di temani Evans yang memegangi tangannya.
Keduanya keluar dari ruangan meski pesta masih berlangsung.
"Nona benar-benar tidak bisa minum alkohol? Apa di perbatasan tidak ada persediaan alkohol?" Beberapa kesatria terkekeh pelan.
"Ahhh aku masih kesulitan bernafas jika ada nona," keluh kesatria lain sambil menenggak bir. "Kau kira aku bisa? Jantungku tidak mau diam sejak nona masuk. Aku mungkin bisa gila jika nona lebih lama lagi berada di sini," timpal kesatria lain pada rekannya, sedikit berbisik namun masih bisa terdengar.
"Mereka benar-benar akrab dengan nona. Seharusnya sejak awal aku melamar menjadi kesatria keluarga Brunswick!" Sesal Chris sambil menatap kepergian Sophia.
"Bahkan wajah mabuknya pun sangat mempesona dan menggemaskan." Chris bertopang dagu dan menatap Sophia yang kini sudah menghilang dari pandangan.
Peter bangkit dari posisinya dan hendak keluar ruangan. Chris dan Fie yang hendak mengikuti ditahan oleh kesatria Wolfenbuttel lainnya. "Kalian tidak peka sekali!" Tegur salah seorang kesatria Wolfenbuttel.
"Memang kenapa?" Tanya Chris meminta penjelasan. "Nona sepertinya sebelumnya tidak mengetahui siapa tuan. Tapi begitu dia tahu, dia mengabaikan tuan. Kau tidak menyadarinya?" Perkataan salah seorang kesatria Wolfenbuttel itu membuat kesatria-kesatria lain mendekat.
"Apa nona kami pernah bertemu tuan kalian?" Tanya kesatria Brunswick yang di angguki oleh kesatria Wolfenbuttel. "Kami pikir dia tidak pernah bertemu dengannya jadi mengabaikannya." Tebak salah seorang kesatria Brunswick yang dia angguki sebagian kesatria lainnya.
"Tidak, sepertinya sebelumnya nona tidak mengetahui siapa tuan. Mereka berbincang sebelumnya, bahkan tuan pernah membantu nona saat tersesat di gedung theater. Sepertinya saat itu keduanya saling tidak mengetahui identitas satu sama lain. Lalu tuan jadi aneh setelah mengetahui nona harimau yang ditemuinya adalah mantan tunangannya." Chris membuat suasana pesta semakin mencekam. Para kesatria lain mendekat dan ikut mendengarkan.
"Apa itu benar? Wah, hari ini nona bahkan tidak menganggap keberadaan tuan kalian. Apa karena pertunangannya dibatalkan sepihak?" Tebak salah seorang kesatria yang membuat Chris menggeleng kecil.
"Jelas tuan kami saat ini terus memikirkan nona. Dia bahkan seharusnya tidak perlu datang hari ini secara langsung. Mengapa dia harus datang secara pribadi untuk hal sepele seperti perawatan kuda begini? Jelas dia ingin bertemu nona bukan?" Ucapan Chris membuat Fie memelototinya, lantaran membicarakan tuan mereka sendiri.
Para kesatria Brunswick langsung mengangguk setuju. "Sejujurnya, memang ada laki-laki di dunia ini yang tidak tertarik pada nona kami? Tidak hanya sangat cantik, menawan dan rupawan. Nona juga sangat pintar, dia lugas dan juga sangat tegas. Dia bahkan bisa berpedang, tidak hanya itu, meski ini adalah rahasia umum, nona adalah genius dari yang genius. Kau tahu rompi yang menyelamatkan tuan Evans? Nona kami yang membuatnya dengan si pengrajin yang seperti kelaparan itu. Lihat? Nona kami sangat sempurna, dia adalah kebanggaan kami. Yah selain tidak begitu mahir minum, tidak ada satu hal pun yang tidak bisa nona kami lakukan!" Perkataan penuh kebanggan itu langsung disetujui oleh kesatria lainnya.
Kaivan meletakan potongan daging di tangannya dan menatap kerumunan kesatria yang baru saja menyebutnya orang kelaparan.
"Ya itu benar, jelas tuan kami tengah menyesali perbuatannya dulu. Ah, aku malu mengatakannya tapi dia memang tidak pandai dalam menilai kualitas dari seorang wanita. Lalu, mengenai grandmaster, sebenarnya apa yang terjadi? Apa dia akrab dengan nona?" Tanya Chris dengan wajah serius.
Salah seorang kesatria dari Brunswick mendekat dan berbisik pelan.
"Ini bukan sesuatu yang pantas untuk dibicarakan..."
"Jangan katakan pada siapapun..."
"Sebenarnya..."
~
Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya semakin semangat up yah ;)Vote + Comment + Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...