kesucian yang hilang

134 7 5
                                    

"Situasi macam apa tadi?"

Saat ini Renjun, dan Donghyuck, sedang di dalam mobil menuju kantor. Rupanya Renjun, masih memikirkan kejadian tadi pagi.

Hati dan pikirannya masih tidak percaya jika Jaehyun, sama sekali tidak panik ataupun marah melihat Renjun, seranjang bersama dengan Donghyuck.

"Kenapa harus jadi pikiran?" tanya Donghyuck.

"Bagaimana tidak jadi pikiran tuan Lee Donghyuck, saya sangat kaget dengan kejadian tadi pagi." cibir Renjun, menekan kata 'tuan' dan kata 'saya'.

"Apa masalahnya? Papah, emang udah tau sejak awal kalo kita saling mencintai, dan bahkan papah, tau aku sering main di kamar bareng kamu." jelas Donghyuck, membuat Renjun, termohok melotot.

"Apa masalahnya? Kenapa abang malah bertanya apa masalahnya? Santai banget! Gimana kalo sampai mamah, tau?" 

"Gak papa, bagus dong Kalo sampai mamah, tau! Jadinya aku, tinggal mempersiapkan diri untuk jadi suami kamu." pede Donghyuck, dengan hanyalah di awang-awang.

"Dih gaco."

"Kok ngaco? Papah, sudah memberikan lampu hijau, tinggal mamah, yang belum."

"Apa? Gilanya! Bisa-bisanya."

Kenapa Donghyuck, berpikir terlalu jauh? Apa kata dia menikah? Apa dia kira menikah itu mudah, tidak semudah itu! Lagian Renjun, rasa hatinya tidak ada sedikitpun untuk lelaki itu.

Untuk saat ini! Memang hatinya tidak ada untuk Donghyuck, entah nanti?
Renjun, menggelengkan kepalanya tidak sangka papahnya dengan kakaknya ternyata sama saja.

Bukannya menggubris kelakuan anaknya, ini malah dengan tenang membiarkannya.

"Tidak ada kata cinta dalam hubungan ini." celetuk Renjun, sesaat setelah meresapi ucapan Donghyuck.

"Yakin gak ada cinta?"

"Gak ada."

"Kok aku, gak yakin ya? Oke, jika begitu akan aku buat kamu jatuh cinta sama aku." tantang Donghyuck.

Renjun, memutarkan kedua bola matanya secara jengah. Terlalu sebal sebenarnya dengan sikap Donghyuck, yang seenaknya memperlakukan Renjun, seperti sudah jadi miliknya sendiri.

Apa lagi jika melihat Renjun, bersama dengan laki-laki lain udah jelas bakal ngambek, posesif, dan tubuh Renjun, jadi sasaran liar nafsu Donghyuck, di ranjang.

"Terserlah. Coba saja kalo bisa." pungkas Renjun, tanpa menatap Donghyuck.

"Kalo aku bisa, gimana?" tanya Donghyuck, sedikit ada candaan.

"Tidak mungkin bisa." pasti Renjun.

Ingin memiliki hatinya? Renjun, rasa Donghyuck, terlalu percaya diri bakal memenangkan hatinya yang sudah beku karena tertutup oleh rasa kesal, dan mungkin benci.

"Aku percaya dengan hal itu." pede Donghyuck.

"Aku, sebaliknya. Kau, bukan lelaki idamanku!" ucapan Renjun, mampu membuat hati Donghyuck, sedikit sakit but, itu tidak begitu terpengaruh dihatinya.

Lelaki itu diam tak bergeming setelah mendengar ucapan dari Renjun, barusan. Kemudian dia berpikir, apakah benar tidak ada cinta di hati Renjun, untuknya? Lantas pelukan waktu malam kemarin apa? Bukannya dia sangat khawatir? Bukannya rasa khawatir itu ada atas dasar cinta yang dia bina di hatinya? Kemudian, malam kemarin apa dia resah dengan kejadian yang menimpa dirinya karena perbuatan ayahnya sendiri sungguh sulit mengartikan semuanya.

"Bagaimanapun caranya aku akan mendapatkan kamu." batin Donghyuck.

☆☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎☆☆☆▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

You're Mine! ||Hyuckren||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang