bab 9

22 10 0
                                    






Setelah mengobrol dengan waktu yang lumayan lama. Aku sekarang menuju ke rumah dengan senyuaman masih terpasang diwajah ku. Masih ku ingat bagaimana dia tersenyum manis dan tulus.

Sesampainya dirumah aku melihat motor mas Bentala yang sudah terpakir rapi di garasi rumah. Dan benar saja ketika membuka pintu aku disuguhka n dengan pemandangan mas Bentala yang sedang bermain hp diruang tamu.

"Dari mana aja." Tanya mas Bentala tanpa melihat kearahku.

Aku berjalan mendekat " beli mie dirumah gaada makanan"

"Kenapa ga telpon mas aja"

"Ga mau ngerepotin. Lagi pun aku dah gedhe."

Aku pergi meninggalkan mas Bentala sendiri diruang tamu. Dan menuju ke dapur untuk memasak mie.

Jam sudah menunjukan angka 05.00. Langit langit dikota solo masih gelap. Aku beranjak dari tempat tidur untuk mandi dan menyiapkan untuk pergi kesekolah.

Saat ini aku sedang sarapan dengan mas Bentala. Tak ada yang spesial disarapan kali ini karena pelita masih dirumah mbah. Hanya suara dentingan sendok yang mengisi alunan musik diruang makan ini.

Hingga aku selesai duluan dan langsung meninggalkan mas Bentala yang masih makan. Aku menuju keteras untuk menunggu mas Bentala. Sambil menunggu aku melihat handphone. Ada notif muncul dari zein. Dia mengatakan supaya waktu istirahat aku disuruh parkiran sekolah, entah untuk apa.

Dan akhirnya aku berangkat menuju ke sekolah. Jalan jalan kota solo dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan. Halaman sekolah nampak ramai siswa siswi yang sedang berhamburan.

Aku sudah sampai dikelasku aku kelas 10 i. Kelas ku berada dipojokan. Untuk naik menuju kekelas saja aku membutuhkan waktu kurang lebih 5menit. Itu sangat lama bagiku.

Jam pelajaran pertama dimulai. Jam pertama adalah b indo. Aku lumayan suka b indo.

Akhirnya jam istirahat berbunyi nyaring diseluruh sekolah. Aku buru buru merapikan meja ku yang nampak berantakan. Selasainya merapikan meja, aku langsung menuju ke parkiran seperti perintah zein. Aku tipe orang yang tidak suka di perintah kecuali orang yang kucintai. Tapi entah kenapa seorang zein yang tak ada hubungannya dengan ku memberi perintah untukku dan langsung aku laksanakan aku merasa aneh dengan diriku.

Aku sudah berdiri diparkiran seperti yang dikatakan zein. Tapi disini tak ada orang satu pun. Sibuk memikirkan zein. Aku dikejutkan dengan suara seseorang yang sedang aku cari.

"Maaf lama tadi aku ngerjain tugas dulu." Ucap Zein dengan peluh memenuhi dahinya tak lupa dengan wajah pucatnya.

"Kamu gapapa?."

"Aku ga apa apa. Maaf banget udah nunggu lama. Sekarang ikut aku yuk."

"Kemana."

"Udah ikuti aku aja. Aku ga macem macem kok tenang aja." Ucap nya sambil menggandeng tangan ku.

Zein mengajak aku ke belakang parkiran. Ternyata disana ada gudang tapi gudang itu bersih tidak ada barang yang berantakan. Aku semakin penasaran karena zein menyuruhku untuk duduk di kursi. Didalam gudang itu ada 2 buah kursi yang berhadapan dan ada meja diantara kursi itu.

"Ada apa?." Tanya ku memulai pembicaraan.

"Kamu sudah makan. Oh ya aku bikin bekal nih dicoba dong."sambil menodongkan kotak makanan berwarna hijau itu.

"Belum nih. Tapi kamu sudah makan atau kita makan berdua."

"Emm ga usah aku udah makan kok tadi." Ucapnya jujur aku tak enak karena yang makan hanya aku.

"Di habisin ya Ana"







Terima kasih banyak sudah membaca.

Jangan lupa vote dan komen.

Makasih.





Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang