bab 10🦋

5 2 0
                                    

Langit biru menyelimuti kota Jogja. Teriknya matahari menyinari sesosok gadis yang sedang menyirami tanaman di belakang rumahnya.

Berdiri, ia mengelap peluh yang bercucuran di dahinya.
Jam telah menunjukan pukul delapan pagi, mentari tampak terasa semakin menyoroti bumi. Dengan bersenandung gadis itu menyirami satu-persatu tanaman sayur dan bunga hingga selesai.

Bunga-bunga dan tanaman sayur sangat banyak, untung ia sudah terbiasa membantu Nenek menyirami tanaman.

"Non, udah sini biar Mbo Sumi aja," gumam Mbo Sumi.

Ya, gadis itu adalah Mara.
Saat hari libur, Mara selalu rajin membantu Nenek menyirami tanaman.

"Mbo Sumi juga mau menjemur pakaian habis nyiram tanaman, udah non masuk aja ke dalam," suruh mbo Sumi pada Mara.

"Ya, udah deh, cuma tinggal sebagian doang yang belum disiram." Mara sembari menyodorkan teko penyiram tanaman ke Mbo Sumi.

Mara menelepon Agam.

"Gimana lengan kamu, masih sakit yah jangan lupa makan sama minum obat."

"Iya udah gakpapa kok ini udah mendingan mungkin enam minggu sudah membaik, oh iya kamu udah makan belum?"

"Belum sih, aku habis siram tanaman."

"Ouh, kamu juga jangan lupa makan Ra."

"Iyah."

"Emm yaudah itu aja yang mau aku ngomingin."

"Iyah."

"Yaudah aku matiin yah, kamu istirahat yang cukup ya Gam."

"I-iya, makasih."

Tutt

Tidak ada topik lagi selain hal itu yang mereka bicarakan, mereka kembali mati topik saat teleponan dan akhirnya teleponan itu pun berakhir canggung kembali.

Terlihat Kakek yang sedang duduk sambil membaca koran.

"Lin, bikinin aku teh hangat dong," suruh Kakek pada Nenek.

"Udah tua masih aja manja," gumam Nenek pada Kakek.

"Biarin, sama istri sendiri lagian buatan kamu sama Sumi enakan kamu sayang," goda Kakek pada Nenek.

Nenek pun tersenyum lalu ke dapur membuatkan teh hangat untuk Kakek.

"Mara, makan, gih, Sayang," suruh Nenek pada Mara.

"Iya Nek, tapi Mara mau pergi makannya biar sekalian di sana aja aku mau jalan sama Ria," gumam Mara pada Nenek.

Tak lama kemudian Ria menjemput Mara menggunakan sepeda motor, mereka pun pergi ke suatu tempat.

Mereka pergi ke mall yang berada di Jogja tersebut. Yang tadinya hanya sebatas teman sebangku kini mereka menjadi sahabat sejati bahkan bisa di bilang sebagai saudara kandung. Mereka mengelilingi seluruh lorong yang berada pada mall tersebut.

Di setiap sisi mall banyak sekali jajanan yang sungguh menggiurkan, tetapi sebelum mencoba makanan dan minuman mereka ke photobooth terlebih dahulu.

"Pakai kacamata love bagus Ra," ujar Ria pada Mara.

"Okey, aku mau make bando buaya ini karna lucu banget, ini ada satu lagi," gumam Mara pada Ria.

Mereka menikmati foto-foto berdua bersama dengan berpenampilan lucu memakai asesoris yang berada di photobooth tersebut.

Setelah selesai berfoto-foto, mereka bermain di playground dewasa.

"Saatnya mencapit boneka." Mara menyipitkan matanya bertekad untuk bisa mengambil boneka di mesin capit tersebut.

Pas dimainkan seperti biasa sangat susah untuk mendapatkan boneka capit tersebut, karena tidak mendapatkan boneka mereka memainkan yang lain seperti melemparkan bola basket ke ring nya, banyak hal seru yang mereka mainkan.

Beberapa jam kemudian mereka pun selesai bermain, mereka ingin memakan ice cream. Mereka pun mencari ice cream.

Setelah mendapatkan ice cream mereka pun duduk di bangku mall. Mereka menikamati setiap dinginnya ice cream yang masuk ke mulut mereka dan cita rasa ice cream yang selalu enak dan disukai oleh semua orang.

"Ice cream is the best," gumam Ria.

Setelah selesai memakan ice cream mereka lanjut berjalan mengelilingi lorong mall hingga ke lantai atas.

Mall itu berlantai lima, Mara dan Ria naik ke lantai dua, di lantai dua terdapat banyaknya perabotan dan peralatan rumah lainnya seperti mangkuk, kuali, handuk, pot dan lainnya masih banyak sekali.

"Aku sepertinya ingin membelikan pot bunga untuk Nenek deh," ujar Mara pada Ria.

"Beli lah, aku ingin membeli gelas lucu ini, liat deh Ra," ujar Ria pada Mara

"Iya lucu tuh, bisa buat gelas pribadi kamu Ri," kata Mara pada Ria.

Setelah selesai membeli barang tersebut, Mara dan Ria melanjutkan ke lantai tiga atas. Di lantai tiga tersebut surganya para wanita, seperti make up, asesoris yang lucu dan tempatnya boneka- boneka juga, intinya semua serba wanita di situ tidak ada satupun untuk lelaki.

Mereka melihat-lihat di salah satu toko boneka, Mara dan Ria memilih-milih boneka satu-persatu.

"Eh yang ini lucu," gumam Ria pada Mara.

"Yang mana?" tanya Mara pada Ria.

"Ini." Merujuk pada boneka biawak berwarna putih lucu.

"Aku pengen yang itu deh Ri," ujar Mara.

Mara terlihat menyukai boneka babi yang lucu dan sangat gemoy warnanya pun pink.

Mereka berdua pun membeli boneka tersebut tidak di herankan lagi jika mereka dekat karena seleranya agak rada-rada, walaupun Mara menyukai lautan, tetapi dia sangat menyukai boneka babi bewarna pink yang sangat gemoy dari dahulu karena dia terinpirasi oleh film marsha and the bear.

Mara dan Ria melanjutkan sampai di lantai atas di lantai 4 adalah tempat bioskop dan lantai lima hanya rooftop yang berada di mall tersebut.

Mereka turun kembali ke lantai satu di mana jajanan berada.

Beberapa menit berlalu, dari corn dog, boba, sampai ayam tepung semua di beli oleh mereka.

"Abis ini mau makan satai nggak Ra, satai yuk Ra," seru Ria yabg masih sibuk memakan corn dog.

Setelah menghabiskan semua jajanan, Ria san Mara pun melanjutkan petualangan mereka. Mereka menuju gerai Sushi Tei.

Setelah selesai makan Shushi, mereka memutuskan untuk pulang. Menunjukan pukul jam tujuh tiga puluh malam.

Menikmati dinginnya angin dan suasana malam dengan duduk di jok sepeda motor.

Mara dan Ria membeli beberapa barang untuk di bawa pulang dari mall tersebut.

Sudah pukul jam tujuh tiga puluh lewat malam, Mara melihat rumahnya terang tetapi suasananya sepi. Mara menarik nafas panjang lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Kakek dan Nenek nya berjalan ke arah Mara, Mara terlonjak kaget begitu dengan Kakek dan Neneknya yang tidak kalah kaget.

Hati Mara sedikit merasa lega mendapati dirinya tidak di protes atau dimarahi karena pulang Malam.

Kakek dan Nenek hanya menghela nafas lalu meninggalkan Mara. Mara pun segera bergegas pergi ke kamar.

MARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang