Bab 13 [Bukti]

405 33 3
                                    

Satu minggu sudah berlalu, begitupun dengan Rissa yang sudah sembuh dari sakitnya. Ia juga sudah kembali bersekolah.

Ketegangan tidak hanya terjadi di sekolah saja, tapi di rumah juga. Mereka mendiami Vano, kecuali Clara sih.

Selama seminggu terakhir, hal yang didapatkan Vano hanyalah tatapan sinis dan ejekan. Tapi sekarang, ia mendapatkan kekerasan fisik. Ingin tau siapa yang melakukannya? Tentu saja Candra.

Saat ini mereka sedang menjadi tontonan para siswa-siswi di kantin. Posisi Vano berada di lantai dengan Candra yang berdiri menjulang di depannya, di samping Candra ada teman-temannya termasuk Nathan yang hanya melihat, walaupun tak ayal hatinya ingin bergerak menolong. Dan fi samping Vano ada Haikal yang terus menemaninya, walaupun dia juga beberapa kali terkena pukulan Candra.

"Lo itu bodoh atau tolol sih? Lo gak berhak menghakimi hanya karena satu sudut pandangan! " desis Haikal, ia sungguh tidak Terima dengan tindakan Candra kali ini.

"UDAH JELAS-JELAS DIA YANG DORONG  RISSA! " teriak Candra. Tidak ada yang berani melerai mereka, bahkan para guru pun hanya menonton tanpa niat membantu.

"Oh ya? Kata siapa kalau Vano yang nge dorong Rissa? " tanya Haikal.

"Tentu aja Rissa sendiri yang ngomong! " oke, Candra masih dalam emosi.

Haikal tertawa sarkas, dan di sambut tatapan bingung dari mereka semua. Mengapa ia tiba-tiba tertawa seperti itu? Sedangkan Vano sedari tadi hanya diam memegangi area perutnya yang terasa sakit akibat tendangan dari Candra.

"Terus lo percaya gitu aja? Kalau dia bilang bokap lo pembunuh lo juga akan percaya? Atau gimana kalau dia bilang ke semua orang kalau lo pernah lecehin dia, lo juga percaya? " Candra terdiam, lidahnya mendadak kelu, tak mampu untuk bersuara.

"Atau... Gimana kalau dia bilang ke semua orang kalau ternyata kak senja bukan bunuh diri melainkan di dorong sama lo? Lo juga akan percaya? " tanya Haikal sekali lagi. Mendadak suasana hening, hanya terdengar hembusan napas kasar yang di keluarkan Vano yang masih menahan sakit.

"Gimana? Gak bisa jawab, kan. Lo itu cuman liat dari sudut pandang Rissa, dan gak mau liat dari sudut pandang Vano. Lo gak ada di sana saat kejadian, dan lo berani ngambil kesimpulan kaya gitu? Cihh, pecundang banget"

"Lo juga gak ada di sana, jadi jangan sok " desis Dimas, di sampingnya berdiri Rissa yang dari tadi hanya diam sambil memilih jarinya.

"Mending lo diam deh, ini tuh bukan urusan lo! Ini urusan keluarga gue, " ucap Clara.

"Lo salah, gue... Ada di sana saat kejadian itu, " usai mengatakan hal itu, tiba-tiba saja layar besar yang berada di sudut kantin menyala, memperlihatkan sebuah rekaman yang di ambil dari jauh, namun terlihat sangat jelas, bahkan suaranya pun terdengar jelas.

"𝐴𝑑𝑎 𝑎𝑝𝑎? " 

"𝑀𝑚𝑚𝑚.... "

"𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡, 𝑔𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑘 𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑐𝑢𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑖" 

"𝐴-𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑘 𝑉𝑎𝑛𝑜 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑘 𝑁𝑎𝑡ℎ𝑎𝑛? "

"𝑚𝑎𝑘𝑠𝑢𝑑 𝑙𝑜 𝑎𝑝𝑎? 𝐷𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑢 𝑔𝑢𝑒 𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑁𝑎𝑡ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑢𝑠𝑎𝑛 𝑙𝑜. 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑟 𝑔𝑢𝑒 𝑚𝑎𝑢 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛! "

"𝐴𝑘𝑢 𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑘 𝑉𝑎𝑛𝑜 𝑝𝑎𝑐𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑘 𝑁𝑎𝑡ℎ𝑎𝑛! "

Transmigrasi ke dunia novel [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang