Caramela • Part 5

180 57 9
                                    

halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!

⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIR

happy reading!
•••

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, menandakan berakhirnya jam pelajaran hari ini.

Siswa-siswi SMA Lentera mulai membanjiri gerbang sekolah, pulang dengan tawa dan obrolan seru.

Namun, Caramela tetap duduk di bangkunya, menunggu hingga kelas sepi.

"Mel, lo gak mau pulang?" tanya Vinia, yang sudah siap dengan tas di pundaknya.

Caramela tersenyum tipis. "Gue masih mau nunggu sebentar. Ada urusan."

Laras dan Sherly ikut menoleh. "Mau ditungguin gak?"

"Gak usah. Kalian duluan aja."

Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya teman-temannya menyerah dan pergi lebih dulu. Begitu yakin sekolah mulai sepi, Caramela menghela napas panjang.

Ia sudah membulatkan tekad. Hari ini, ia harus menggugurkan kandungannya.

Jantungnya berdebar-debar saat ia berjalan keluar sekolah sendirian. Sebenarnya, ia tidak tahu harus pergi ke mana, tapi ia sudah mencari informasi tentang tempat yang bisa membantunya mengakhiri semuanya.

Ia tidak bisa mempertahankan bayi ini.

Tidak boleh.

Tidak ada yang boleh tahu.

Saat sampai di depan sekolah, Caramela memesan ojek online dengan tangan gemetar. Namun, takdir seolah tidak berpihak padanya.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam pekat terparkir tanpa cela. Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah Elvio yang menatapnya dengan sorot tajam.

"Masuk." Suaranya datar, tapi penuh perintah.

Caramela menegang, jantungnya berdegup lebih cepat. "Aku ada urusan lain, Om Elvio."

Lelaki itu mengangkat alisnya. "Urusan apa? Mau pergi ke mana?"

Caramela menggigit bibirnya, mencari alasan yang masuk akal. "Aku mau mampir dulu ke suatu tempat, Om gak usah kepo."

Elvio mendengus pelan. "Om antar."

"Tapi-"

"Masuk, Caramela." Kali ini nada Elvio tak terbantahkan, dingin dan mutlak.

Caramela mengepalkan tangannya, hatinya berontak, tapi ia tahu pria itu tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

Dengan langkah berat, ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Wajahnya masam, pikirannya kacau.

Gagal sudah rencananya.

"Jadi, kamu mau mampir ke mana? Tunjukin jalannya ke Om,"

Caramela menelan ludah, otaknya berpikir cepat. "Gak jadi. Dibatalin," bohongnya.

Elvio mengamati Caramela beberapa detik, seakan menimbang apakah Caramela berbohong atau tidak.

Tapi akhirnya, tanpa bertanya lebih lanjut, dia hanya mengangguk kecil. "Kalau gitu, kita pulang."

Hening. Caramela tidak memberikan tanggapan.

"Om bakal tinggal di rumah kamu," lanjut Elvio.

Caramela langsung menoleh dengan mata membesar. "Apa?"

"Om bakal tinggal di rumah kamu, Caramela," ulang Elvio dengan santai, seolah hal itu bukan masalah besar.

Caramela masih sulit mencerna kata-katanya. "Tunggu, maksud Om apa? Kenapa tiba-tiba tinggal di rumahku?"

Elvio tak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, menyetir dengan ekspresi datar. Namun, ketegangan di udara semakin terasa.

Caramela menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal di atas paha. Ini gawat.

•••
don't forget to vote n comment ‼️

Caramela (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang