Bagian 11

3.6K 406 98
                                    

Cklek!!

Samar-samar Hema mendengar suara pintu yang dibuka seperti biasa, yang Hema hapal dengan benar bahwa pintu itu akan dibuka hanya dengan dua kondisi, yaitu pertama saat si asisten tuannya mengantar jatah makanan Hema, atau yang kedua adalah saat sang tuan sedang mendatangi kamarnya.

Tapi sekarang rasanya Hema tak sanggup bahkan hanya untuk sekedar membuka mata untuk memastikan tujuan pintu kamarnya dibuka karena apa.

Ia hanya bisa terdiam lemas di tempat tidur. Merasakan kepalanya yang berdenyut, rasa pegal di sekujur tubuhnya, juga nyeri dan perih di alat kelaminnya.

Badannya menggigil kecil karena merasa kedinginan, tapi Hema sangat yakin kalau baju kaosnya malah basah karena keringat.

Sedangkan sosok yang masuk ke ruangan penuh cermin itu ternyata memang Fajar, asisten Johan yang melangkah masuk untuk meletakkan nampan makanan ke atas nakas.

Si asisten tampak menyerngit heran melihat sosok tawanan tuan-nya itu masih bergelung dengan selimut di jam segini. Padahal biasanya ia selalu melihat Hema yang sudah membereskan tempat tidur, atau terkadang juga sedang mandi.

Tapi tidak kali ini. Fajar melihat Hema yang terus menggigil seraya menggulung tubuhnya di balik selimut.

Keringat menghiasi wajah yang tampak pucat itu, membuat tangan Fajar terulur untuk memeriksa dugaannya.

Panas yang menghantar ke telapak tangan Fajar membuktikan bahwa dugaannya benar, bahwa sang tawanan tuan-nya ini tengah demam. Ia pun meninggalkan nampan makanan di tempat biasa lalu berujar,

"Makan. Jangan berani merepotkan Tuan dengan kabar sakitmu." peringat Fajar dengan datarnya.

Ia tak perlu menunggu respon Hema, langkahnya langsung ia bawa keluar dari kamar itu kemudian menguncinya lagi.

Di ruang makan, Fajar kembali mengambil posisi berdiri tak jauh di belakang Johan yang tengah menyantap sarapannya dengan tenang.

***

Selesai dengan rapat pentingnya, Johan pun beristirahat sejenak di kursinya. Tanpa niat, tangannya malah tergerak sendiri untuk membuka gadget-nya dan berakhir menonton pantauan cctv yang ia pasang di kamar Hema.

Dua detik kemudian barulah ekspresi Johan tampak sedikit berubah, keheranan. Ia melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 11 lewat dua puluh menit, belum masuk jadwal makan siang Hema tapi kenapa sudah ada nampan makan siang di atas nakas? Atau mungkin itu adalah sarapan Hema yang belum dimakan?

Sosok penghuni kamar itu juga masih tampak tertidur membuat Johan semakin bertanya.

Ia akhirnya memutuskan untuk menelepon Fajar.

"Iya, Tuan?" sahut Fajar duluan.

"Sarapan sudah diantar tadi pagi?" tanya Johan. Padahal ia ingat betul kalau Fajar tadi memang membawa nampan ke lantai atas.

"Sudah, Tuan, seperti biasanya."

"Dimakan?" tanya sang tuan lagi.

Hening beberapa saat sebelum Fajar kembali menjawab,

"Tidak, Tuan. Saya rasa dia sedang sakit."

Kini gantian Johan yang hening sebentar setelah menghela napas, terlihat sedikit  kesal.

"Kenapa tidak melapor?"

Fajar menyadari suara tuan-nya mulai terdengar lebih datar dari sebelumnya.

"Maaf, Tuan. Saya salah." kata si Asisten Pribadi itu.

Tanpa mau menyahuti lagi, Johan mengakhiri sambungan teleponnya begitu saja.

KARMA || [Johnhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang