***
Di bab awal, kita bahas dulu tentang tokoh-tokoh di dalam book ini, ya! Tolong fokus ya gays, pahami dulu siapa mereka dan lagi apa mereka supaya gak bingung. Huhuu
Happy reading!!
***
Tangan kekar putih itu terus saja menarik-ulur buku dari rak perpustakaan. Mengambilnya, lalu dipandang dan kemudian ... diletakkan kembali. Terus saja begitu, entah sudah buku keberapa yang mendapati perlakuan yang sama.
"Lo milih buku udah kayak ibu-ibu belanja di pasar!" protes jengah gadis di sampingnya. "Lama!"
Dia, Lyora Asfa Nangia. Wanita yang selalu menstyling rambut panjangnya dengan pita berwarna merah. Mengikat setengah rambut bagian atas, dan membiarkan bagian bawahnya terurai, lalu dihias dengan pita merah berukuran sedang, sudah menjadi ciri khasnya.
"Sabar, Ly. Gue males kalo harus baca semua." Laki-laki itu masih dengan setia melakukan kegiatan menyebalkan tadi. "Gue nyari buku yang pembahasannya lengkap."
"Semua buku juga sama aja, Juan!" Sentak Lyora sampai beredekap tangan lantaran kesal pada lelaki bernama Juan itu. "Lo nyari buku pelajaran Biologi tingkat SMA dari kelas 10 sampai 12, kan? Semua buku di hadapan lo ini, isinya pasti sama! Beda cover sama susunan katanya aja. Percaya deh."
Juan mengedarkan arah pandangnya pada Lyora yang sudah bad mood dibuatnya. "Biasanya ada yang pembahasannya lebih detail. Tapi okelah, gue udah dapat mana yang mau gue ambil." Jelas Juan sambil menunjukkan buku pilihannya.
"Darah Potassium lo kental banget, ngeri gue."
"Semua siswa Potassium pasti gini. Ambis. Aneh kalo ada yang nyantai di sekolah mencekam ini."
"Gue nggak," sangkal Lyora.
"Belum aja, percaya sama gue."
For your information, Potassium High School-sekolah mereka. Sangat menuntut kemampuan seluruh murid-muridnya. Bahkan, peraturan utama di sekolah ini, setiap siswa harus minimal menguasai satu potensi. Terlepas itu bidang akademik atau non-akademik.
Sistemnya, jika siswa tidak mampu berperang dengan nilai mata pelajaran yang di mana itu membutuh skill di bidang akademik, maka mereka diwajibkan bergabung ke dalam ekstrakurikuler untuk mengasah skill non-akademik.
Ini bertujuan, agar setiap siswa dapat menentukan dan menekuni potensi diri mereka selama bersekolah di sini.
Tapi, apabila ada yang tidak mampu di kedua-duanya namun enggan untuk belajar, Potassium tidak segan-segan untuk mendepak mereka kala itu juga. Dan fakta lainnya, semua masyarakat di sini berjiwa rasisme, entah itu murid ataupun guru-gurunya.
Siswa terbaik biasanya akan sangat amat disanjung, dibanggakan, serta diistimewakan. Tetapi, berbeda dengan siswa yang kemampuannya kurang baik. Mereka akan dicemooh, dicerca, bahkan dimaki secara tidak hormat. Perlakuan ini bukan hanya dilakukan sesama siswa, melainkan para guru juga turut andil dalam penyerangan verbal ini. Dan parahnya lagi, ini dilakukan secara terang-terangan. Miris! Itulah yang menjadikan para murid di sini sangat berambisi mengasah kemampuan mereka masing-masing guna bersaing antara satu sama lain.
Seperti saat ini, Juan dan Lyora terpilih menjadi perwakilan Olimpiade antar sekolah di bidang yang berbeda, Olimpiade ini dilaksanakan satu tahun sekali antar sekolah-sekolah fenomenal. Biasanya ada delapan bidang perlombaan yang dilombakan, empat diantaranya bidang akademik dan empat lainnya bidang non-akademik.
Acara ini ... sangat dinanti-nantikan. Karena, Di sinilah masyarakat Potassium dapat menilai siapa terbaik dari yang terbaik.
Tidak menutupi juga, acara ini sekaligus menjadi ajang kecemburuan untuk siswa-siswi yang tidak terpilih. Kenapa? Jelas, makian dan cemoohan akan menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang
Teen FictionPotassium High School. Sekolah elit yang cukup terpandang, namun menormalisasi kekerasan verbal. Cemoohan dan hinaan menjadi aktivitas normal yang seakan-akan bukan perbuatan dosa. "Jika kau pintar, jadilah mahkota. Jika kau bodoh, jadilah keset."...