17. Salah Paham

13 6 2
                                    

Keesokan harinya sebuah Ferrary merah menyala berhenti di depan gedung Moon Apartement. Ternyata Aiden mengantarkan Elysia pulang bersama sopir pribadinya, karena kebetulan Aiden juga sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit.

"Princess, terima kasih sudah menjagaku dengan baik semalaman. Berkat kamu keadaanku membaik lebih cepat!" seperti biasa, Aiden berkata dengan ceria dan bersemangat.

"Lain kali kamu harus lebih berhati-hati. Oh iyaa ... aku punya sesuatu untukmu," Elysia mengeluarkan sebotol salep yang sudah dia campuri dengan darah immortal-nya, "Jika kamu terluka, olesi saja dengan salep ini. Maka lukamu akan lebih cepat sembuh."

"Salep yang sangat cantik. Baru kali ini aku melihat salep seindah ini ... begitu berkilauan dan menawan ..." Aiden menelisik sebotol salep kebiruan berkilauan itu penuh rasa takjub.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Kamu juga segeralah pulang."

"Okay! Sampai jumpa, Princess!!"

Elysia turun dari Ferrary merah menyala itu dan memasuki Moon Apartement. Dia memasuki elevator dan turun di lantai 7.

Namun, betapa terkejutnya Elysia ketika melihat Lumiere yang sudah berdiri tegap depan kamarnya dengan penampilan kasual.

"Ehh? Selamat pagi, Lumiere? Apa kamu ingin pergi ke suatu tempat di akhir pekan ini?" Elysia menyapa ramah.

"Darimana saja kamu?!"

Bukannya menjawab sapaan dan pertanyaan Elysia. Lumiere justru melontarkan sebuah pertanyaan bernada dingin.

"Aku—"

"Semalaman tidak pulang dan tidak bisa dihubungi! Kamu benar-benar tetangga yang sangat merepotkan!" Lumiere kembali menimpali.

"Ehh? Kamu menghubungiku?" Elysia mengeluarkan ponselnya. Namun, rupanya ponselnya sudah mati karena kehabisan baterai.

Sudah lebih dari 1 bulan aku berada di dunia manusia. Tapi aku selalu saja melupakan untuk memeriksa dan mengisi daya ponselku. Andai semua bisa lebih mudah seperti di Callestera ... aku hanya akan menggunakan kelopak bunga hyacynth setiap kali mengirimkan sebuah pesan untuk seseorang. Huft ...

Batin Elysia menghela nafas.

"Maaf. Ponselku mati ..."

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Elysia ..." pangkas Lumiere.

"Semalaman aku di rumah sakit menjaga Aiden. Dia terjatuh dari tangga dan dirawat di rumah sakit ..." jawab Elysia jujur.

"Dan kamu percaya begitu saja dengannya? Dia bahkan sangat sehat!"

"Lumiere, di kehidupan ini Aiden adalah adikmu. Mengapa kamu terlihat begitu tidak menyukainya? Bukankah seharusnya kamulah yang selalu melindunginya sebagai seorang kakak?" ucap Elysia menatap lekat Lumiere.

"Lalu ... mengapa kamu begitu mempedulikannya dan selalu ingin menjaganya? Kamu hanyalah orang asing baginya ..." Lumiere berkata lirih, namun tegas.

Masih dengan pandangan yang saling bertaut satu sama lain, Elysia meremas pakaiannya. Sebuah potongan ingatan disaat Lumiere meninggalkan dirinya 1000 tahun yang lalu kembali terlintas nyata di angannya.

"Kehilangan seseorang yang sangat berarti di kehidupan kita itu sangat menyakitkan. Semua itu membuat dunia kita seakan runtuh dan seketika gelap gulita. Tentu saja sebisa mungkin aku akan selalu menjaga mereka yang berharga untukku selagi aku bisa ..." lirih Elysia.

Yahh ... aku sudah pernah merasakan sakit luar biasa saat kehilanganmu 1000 tahun yang lalu. Aku tidak bisa melewati hari-hariku dengan baik tanpamu. Bagitu juga dengan Aiden ... dia adalah satu-satunya adik yang aku miliki. Hanya karena mencemaskanku, dia nekat untuk menyusulku ke dunia manusia ... melewati Shadowmere ... sebuah tempat yang sangat berbahaya. Bahkan dia sampai kehilangan beberapa ingatannya ... tentu saja aku tidak akan membiarkan dia terluka lagi. Sebisa mungkin aku akan menjaga dan melindunginya ...

Callestera Princess Crosses the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang