32 || Rencana kejam

4 1 0
                                    

Hello guys ! Senang bisa bertemu lagi dengan kalian. Silahkan nikmati bab ini !


"Apa yang..." Kyle langsung gemetar saat melihat sosok menakutkan itu, Marni. Dia tidak tahu kalau sosok menyeramkan yang matanya hitam, kukunya panjang seperti cakar, giginya menjadi taring dan panjang itu adalah Marni.

Dia juga melihat anak anjing yang berada di dekat sosok menyeramkan itu. Penampilan anak anjing itu juga menakutkan. Tidak hanya itu, dia melihat tali mengambang misterius, terikat di pergelangan tangan seorang wanita yang tampak ketakutan.

Dengan nada dingin dan tatapan tanpa ekspresi, Harley bertanya, "Di mana Julian?"

"Dia.. dia ada didalam." Jawab Kyle, suaranya bergerak dan wajahnya memucat seperti hantu. Kyle segera minggir, memberi ruang bagi ketiganya untuk masuk.

"Kyle, siapa yang datang-" Langkah kaki Isabella terhenti. Ia membeku, matanya terbelalak kaget saat melihat sosok yang menakutkan dan anak anjing itu.

Marni tak kuasa menahan rasa bersalah atas penampilannya saat ini. Melihat teman-temannya gemetar ketakutan membuatnya sedih.

Dengan nada lembut, ia mencoba menenangkan mereka. "Tenanglah. Ini aku, Marni."

Mata Kyle dan Isabella membelalak kaget saat mereka menyadari bahwa sosok menakutkan itu sebenarnya adalah Marni.

Marni menunjuk ke arah Jasper, anak anjingnya, yang sedang mengamati mereka dengan saksama. "Dan ini Jasper."

Suara Marni memancarkan ketenangan yang menenangkan saat dia berbicara kepada Kyle dan Isabella, mencoba meredakan ketakutan mereka.

"Aku berubah ke wujud ini karena alasan tertentu. Tenang saja, aku tidak mengancam nyawa kalian berdua." Senyumnya, meski sedikit menyeramkan karena penampilannya, mengandung rasa tenang yang lembut.

Tatapan mata Marni bertemu dengan tatapan Julian, saat dia membeku, terkejut dengan keadaan Marni yang berubah. "Julian..."

Norma tak kuasa menahan diri untuk membelalakkan matanya karena terkejut saat melihat Julian. Anak laki-laki yang dulunya masih kecil itu telah berubah menjadi pria dewasa, dan jelaslah bahwa dia adalah putra Tuan Rovther.

Bahkan tanpa pemeriksaan yang saksama, tidak dapat disangkal bahwa Julian telah melampaui ayahnya dalam hal ketampanan.

Waktu yang dihabiskan terpisah terasa abadi, dan momen reuni diwarnai dengan berbagai emosi. "Marni..." Bisik Julian.

Marni tidak membuang waktu untuk bergegas memeluk Julian, mendekapnya erat, air matanya mengalir deras. Julian membalas pelukan itu dengan intensitas yang sama, air mata mereka bercampur menjadi satu.

Perlahan demi perlahan, di depan mata mereka, penampilan Marni mulai berubah, kembali ke bentuk manusia yang dikenal baik oleh Kyle dan Isabella.

Gelombang rambut pirang keemasan jatuh lembut dari kepalanya, mengalir turun ke pahanya seperti sinar matahari. Mata ungunya yang menawan berkilauan dengan cahaya yang halus, mengingatkan pada mutiara yang berharga. Bibirnya yang lembut, kemerahan, dan kulit putihnya yang mulus dan tanpa cela, semuanya telah kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang