Happy reading!
Di dalam sebuah kamar dengan desain yang di dominan warna abu-abu itu terlihat gelap, suara dengkuran halus saling bersahutan terlihat begitu nyenyak padahal diluar sana matahari sudah menampakan wujudnya menyinari dunia dengan sinar hangatnya.
Tiba-tiba saja semalam hujan besar yang mana pagi ini masih terdapat bekas-bekas genangan air. Rumah berlantai tiga itu terlihat masih sepi dengan hanya dua penghuni yang masih saling memeluk dan menghangatkan badan.
Namun beberapa menit kemudian sang wanita bergerak-gerak kemudian kelopak matanya terbuka menatap kosong pada langit-langit kamar, ia menatap ke sekeliling dan detik itu juga langsung dihantam kenyataan bahwa mereka semalam melakukannya hingga menjelang pagi.
Ryu Gawon langsung menutup mukanya yang tiba-tiba bersemu, bisa ia lihat diujung kamar Heeseung terdapat empat alat kontrasepsi yang sudah berisikan cairan sperma Heeseung teronggok diatas lantai. Masih terekam jelas bagaimana ia berteriak dan mendesah disela-sela hentakan Heeseung,
Ia menggeleng kepalanya dan bangkit terduduk sambil memegang selimut agar menutupi dada polosnya, ia melirik kearah Heeseung yang masih terbaring dan mendengkur dengan bibir yang terbuka sedikit.
Ia memperhatikan bagaimana tenangnya wajah Heeseung kala tertidur, dulu semua ini hanya menjadi angan-angan nya saja bisa melihat Heeseung dari jarak sedekat ini, hatinya tiba-tiba kembali berdebar.
Kelopak mata Heeseung bergetar lalu ia membuka kedua matanya yang mana Gawon langsung mengalihkan tatapannya, Heeseung tersenyum kecil dengan entengnya Heeseung kembali menarik Gawon agar terbaring.
“Good morning,” bisik Heeseung dengan suara serak khas orang bangun tidur, dengan tangannya yang memeluk perut Gawon dan kaki yang menindih pahanya Heeseung mendusel seperti bayi.
Dalam hati Gawon bersyukur karena setidaknya Heeseung sudah mengenakan celana pendek, tidak tahu bagaimana ia akan merespon jika Heeseung masih sama telanjang sepertinya.
Gawon terpaku, dirinya sungguh tengah dirundung malu sebab ia pasti seperti orang gila semalam.
“Morning.” sapa Gawon balik.
Heeseung dengan sengaja malah mengecupi permukaan leher Gawon dengan gemas, padahal sang empu mati-matian untuk tidak berteriak.
“Kak.” panggil Gawon dengan desahan yang sekuat tenaga ia tahan.
Heeseung pun terdiam kemudian semburan tawanya memecah pagi yang sebentar lagi akan berubah menjadi panas itu sebab suara perut Gawon yang keroncongan.
Gawon yang kepalang malu hanya bisa menutupi wajahnya, ia merasakan ranjang yang bergoyang kemudian lengannya ditarik sehingga tubuh telanjangnya kini berada di bahu Heeseung, dengan posisi yang tak enak dilihat ini Heeseung membawa tubuh Gawon masuk kedalam kamar mandi.
Heeseung menjauh lalu memutar keran sehingga bathup itu mulai terisi, butuh sekitar tujuh menit agar airnya pas, lalu Heeseung melirik bath bomb berwarna biru itu lalu ia mencelupkannya hingga busa mulai bermunculan dan air berubah menjadi biru.
Bokongnya mendarat pada keramik yang dipenuhi rak skincare milik Heeseung dan dibelakangnya tepat cermin besar, Heeseung menatap Gawon yang berusaha menghindari mata Heeseung dengan menatap bathup didepannya.
“Aku cium kamu lagi boleh?” tanya Heeseung tapi belum sempat ia menjawab Heeseung keburu mendaratkan ciuman diatas bibir Gawon.
Dengan kedua lengan yang dipenuhi urat itu mendarat di kedua sisi tubuh Gawon mengukungnya posesif, Gawon memejamkan matanya kala Heeseung mulai melumat dengan intens.
Heeseung memeluk pinggang Gawon, dengan tubuh yang masih telanjang bulat Gawon dirundung malu habis-habisan, bahkan rasa dingin di bokongnya tak lagi ia hiraukan.
“Mmmhhh...” Gawon meremas bahu telanjang Heeseung disaat bibir bawahnya di gigit lalu ditarik dengan gemas, Heeseung tertawa kecil lalu lanjut menikmati bibir Gawon.
Detik berikutnya Heeseung melepaskan tautan itu kemudian mengangkat tubuh Gawon dan menurunkannya sehingga kini kaki Gawon sudah menapak pada lantai dingin.
Gawon bingung lantas daripada menunggu Heeseung yang kini tengah menatap pantulan dirinya di cermin itu Gawon memilih untuk mencelupkan kakinya masuk ke dalam bath up, ia menghela nafas lega saat air dengan cepat menyegarkan tubuhnya.
Heeseung yang sudah selesai dengan urusannya itu kini berjalan ikut memasuki bathup setelah sebelumnya menarik lepas celana pendek ketat yang melapisi tubuhnya sehingga kini mereka sama-sama telanjang.
“Kak!” jerit Gawon terkejut saat Heeseung menarik pinggul Gawon sehingga ia berada tepat ditengah kaki Heeseung, Gawon menahan nafas saat ereksi milik Heeseung terasa keras dan menempel di pinggulnya.
Heeseung memijat punggung Gawon dengan halus, Gawon yang masih tegang juga perlahan-lahan mulai rileks saat punggungnya terasa ringan, semua rasa pegal yang ia rasa semalam sudah berkurang.
“Suka?” tanya Heeseung pelan dan dijawab oleh Gawon dengan anggukan kepala.
Acara mandi bersama yang sebelumnya tidak pernah Gawon bayangkan dan harapkan itu sudah selesai, kini Gawon sudah memakai pakaian rumahan dan duduk di meja makan menunggu Heeseung yang tengah memasak.
Rumah lantai tiga ini terasa sepi karena kedua orang tuanya belum pulang dari perjalanan bisnisnya, lusa keduanya baru pulang.
“Ini, maaf kalo rasanya kurang.” ujar Heeseung sambil menaruh dua piring yang berisi roti panggang dengan isi telur mata sapi, potongan bacon yang dipanggang Heeseung dan juga saus pedas.
“Terimakasih,”
Gawon tersenyum lalu ia mengambil nya dan mengigit yang langsung ia kunyah, rasanya begitu pas sarapan yang sebetulnya tidak bisa lagi disebut sarapan itu lumayan nikmat. Gawon mengunyah dengan semangat sebab ia sangatlah lapar Heeseung langsung menuangkan susu kedalam gelas Gawon tidak lupa dengan segelas air mineral.
••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother • LHS
Fanfiction[ 🔞 ] Ryu Gawon tidak menyangka akan mendapatkan sosok kakak didalam hidupnya, awalnya semua berjalan lancar hingga tanpa ia sadari bahwa benih-benih cinta mulai tumbuh saat ia lebih sering menghabiskan waktu bersama kakaknya.