Berulang Tahun

47 10 0
                                    

Terlihat Ratan yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan rumahnya. Langit sudah gelap dan pagi sudah berganti menjadi malam. Ratan merenung di kursi mobilnya.

Sudah lebih dari 3 hari Rania menghilang, dan dalam waktu yang singkat itu Ratan merasa begitu hancur. Kehidupannya terasa tak lagi bahagia. Dia seperti kehilangan separuh dari jiwanya.

Ratan memandangi gantungan kunci mobilnya, itu mengingatkannya pada Rania. Ratan berulang kali memukul setir kemudi mobilnya untuk melampiaskan amarahnya. Dia begitu menyesal dan marah pada dirinya sendiri.

Sekarang sudah terlambat, dia bisa apa?

Bahkan ibunya memaksa Ratan untuk segera melakukan perceraian. Bukannya malah menenangkan Ratan, ibunya malah membuat Ratan merasa semakin hancur.

Ratan baru mengetahuinya, ternyata Rania pergi mengunjungi panti asuhan Nirmala sebelum menghilang. Dia juga akhirnya menyadari, bahwa Rania masih sangat menyayangi Raisa. Bayi kecil yang sempat akan mereka adopsi.

"Nia...... Maaf..... Maaf aku udah jahat sama kamu.... Aku menyesal..... Jadi tolong sekarang kamu pulang." Ucap Ratan sembari terisak.

Ratan sama sekali tidak menyangka ucapan Rania akan menjadi sebuah kenyataan.

"Kamu kira aku enggak bisa hidup tanpa kamu?.... Bisa. Kamu kira aku enggak bisa ninggalin kamu?.... Bisa. Asal kamu tahu aku enggak sekuat dulu. Hati aku enggak sekuat baja, dan setiap kesabaran ada batasnya."

Ratan terisak semakin dalam setelah mengingat kembali ucapan Rania saat mereka bertengkar tempo hari.

"Kamu bisa hidup tanpa aku, tapi aku enggak bisa hidup tanpa kamu." Ucap Ratan di tengah isak tangisnya.

"Tuan Ratan!" Panggil mbak Yah sembari sesekali mengetuk kaca mobil.

Ratan pun segera mengusap air matanya lalu menurunkan kaca mobilnya.

"Tuan Ratan dari mana? Tadi pagi saya cari keliling komplek juga enggak ada." Tanya mbak Yah khawatir.

"Saya ada urusan sebentar."

"Sebentar? Tuan Ratan pergi dari pagi, baru pulang malam ini. Itu sebentar?" Ucap mbak Yah serius.

Ratan hanya terdiam.

"Tuan Ratan itu baru pulang dari rumah sakit. Satu hari harus minum obat 3 kali, harus makan teratur. Harus banyak istirahat. Kalau tiba tiba pergi pagi pulang malam begini, kapan sembuhnya?" Mbak Yah menasehati Ratan panjang lebar.

"Iya mbak." Balas singkat Ratan sembari kembali merenung.

Mbak Yah pun menyadari, mungkin dirinya terlalu banyak bicara. Mbak Yah pun mencoba mengendalikan emosinya.

"Kalau begitu tuan Ratan masuk rumah sekarang ya? Apa mau tidur di mobil aja?" Tanya mbak Yah dengan suasana yang berubah santai.

Ratan pun membuka pintu mobilnya, dia keluar sembari membawa barang bawaannya.

"Semuanya udah siap?"

"Sudah beres tuan." Balas mbak Yah dengan percaya diri.

Ratan dan mbak Yah pun berjalan memasuki rumah.

"Tapi tuan, ada yang mau saya kasih tahu." Sahut mbak Yah yang terlihat ragu.

"Kita omongin di dalam aja." Balas Ratan.

-0o0-

Aku duduk di depan kaca jendela besar yang memperlihatkan suasana pantai di malam hari. Ditemani secangkir teh hangat yang bukan lagi buatan mbak Yah. Rasanya sangat berbeda, padahal ini hanya teh. 

Pergi Bersama HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang