Jangan Mancing: 60

604 94 25
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya...

.
.
.

"Assalamualaikum ..." Arga memasuki rumah, ia baru saja pulang dari masjid setelah shalat isya berjamaah.

"Wa'alaikumussalam ..." jawab Aera yang berada di dapur.

Arga langsung menghampiri istrinya itu. Ia tersenyum lebar saat melihat Aera yang sedang menata lauk diatas meja. Setiap pulang shalat isya, pasti istrinya sudah menyiapkan makan malam untuk mereka dan kadang habis magrib mereka makanya.

"Duduk, Mas ..." Aera mengambilkan nasi untuk suaminya itu, setelah itu ia menaruhnya di atas meja.

"Yang merah-merah itu apa, Ay?" Arga duduk di kursi.

"Sosis pedas manis, Mas. Mau gak?"

"Dikit."

Aera mengambilkannya dan menaruh di piring Arga. "Dulu waktu ngekos aku suka banget masak ini, simpel. Lauk ini pun sudah cukup." Aera duduk di samping Arga lalu mengambil lauk untuknya sendiri.

"Kamu masak sendiri?" tanya Arga.

"Iya dong, tapi kalau gak malas hehe ... Aku sering beli diluar aja atau numpang makan di rumah nenek."

"Nanti kita ke rumah nenek yuk? Sudah lama gak ke Banjar."

"Iya, Mas ... Kalau kamu gak sibuk ayo aja," ucap Aera, ia mulai menyantap makanannya. "Gimana? enak Mas?" Aera menatap Arga.

Arga mengangguk. "Enak Ay! pedas banget, tapi nagih! Enak ... Enak."

Aera tersenyum mendengar jawaban suaminya. "Nanti tambah lagi."

"Iya, pasti dong."

Arga selalu menyukai apa yang dimasak istrinya itu, memiliki istri yang pintar masak salah satu hal yang paling Arga syukuri. Ia juga tidak menyangka Aera bisa masak.

Selesai makan, Arga mencuci piring dan Aera membereskan meja makan, mereka berdua berbagi tugas.

Setelah semuanya beres, Aera mematikan lampu ruang tengah dan tidak lupa mengunci pintu, setelah itu ia langsung masuk ke kamar.

Aera ke kamar mandi terlebih dahulu. Ia mencuci mukanya dan sikat gigi sebelum tidur.

Aera menatap wajahnya dicermin sambil menggigit bibir bawahnya, ia gugup, tangannya terasa dingin.

"Tarik napas ... Hembuskan ..." ucap Aera lalu menghela napasnya. "Tenang ... Tenang ... Tapi takut." Aera menggigit jarinya.

Setelah dirasa sedikit tenang, Aera melangkah keluar.

"Duh gerah." Aera melepaskan cardigan  yang ia pakai.

"Astaghfirullah!" Arga melotot menatap Aera. "Ay kenapa pakai baju kek gitu sih? Sengaja? Kamu jangan mancing ya!" Arga menaruh ponselnya dan terus menatap Aera.

"Pengen aja sih cobain, ini kado dari Arina, katanya sih mahal sayang kalau gak dipake. Bagus gak?" Aera menatap Arga, ia menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat ekspresi lucu suaminya yang terus menatapnya.

"Ay ... Ganti ..."

"Aku mau pakai ini, Mas. Malam ini hawanya panas."

"Aku malah panas liat kamu pakai itu," sahut Arga mengusap kasar wajahnya.

Tawa Aera pecah, ia tidak bisa menahannya lagi. Suaminya nampak frustrasi, namun terus menatap ke arahnya.

"Aku takut lepas kendali. Kamu mau tanggung jawab?"

"Aku tanggung kamu yang jawab."

"Ay ..." Arga menendang-nendang selimut. "Jangan mancing dong ... Tega banget kamu."

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang