13.

399 63 8
                                    


..



Nafas berat River menginvasi kamar, suara itu membuat Jamaika yang yang sudah bertelanjang bulat terkekeh.

Tahu akan muslihat dari anaknya, namun River sebagai orang dewasa bahkan tak bisa menang dari tipu muslihat Jamaika.

Seperti binatang buas, Ia bahkan tak bisa menahan nafsunya, selalu menelan saliva yang seolah menahan nafas hingga wajahnya memerah.

Jamaika membuka menaikkan satu kaki, menumpuk pahanya. Memperjelas pahanya, hingga tanpa usaha lebih, River akan dengan mudah melihatnya.

Dia membuang nafas, mengalihkan pandangannya, saat pionnya di ambil Jamaika.

Anak itu tersenyum culas. "Ayo ___Papa, buka bajunya."

Keringat dingin membanjiri River, seolah mengejeknya, lemah sekali nafsunya.

River yang sudah setuju dengan peraturan pun, mau tak mau mengikuti apa perintah Jamaika.

Membuka bajunya. Sedangkan Jamaika sendiri, menjilat sudut bibirnya. Membayangkan tangannya hinggap di perut sexy Papanya.

Mengutak-atik, maju mundur berusaha mengalahkan River untuk tujuan sebenarnya.

Sebetapa liciknya Jamaika ingin mendapatkan River, hingga cara kotorpun di lakukan.

Sebenarnya apa yang di harapkan? Mengapa begitu menggebu-gebu? Bukankah itu memgherankan?

Mata itu, tatapan polos itu. Senyum yang seolah tak ada kesan nakal Jamaika yang sebenarnya. Mengapa bisa River percaya dan terpesona pada Jamaikan dahulu?

Tak habis pikir.

Lama-kelamaan, Jamaika menjadi lebih nakal. Berdiri, meninggalkan kursi yang terjatuh.

River siaga saat Jamaika berjalan menuju ke arahnya. Hingga saat Jamaika berdiri, Ia lagi-lagi terhipnotis dengan tatapan itu.

Membiarkan Jamaika mengambil alih. Duduk di atas pahanya. Tepat di atas penisnya.

River lagi-lagi menelan salivanya.

Sial! sial!

Umpatan terus muncul dalam benaknya, bagaimana caranya Ia lepas dari jebakan ini?

Bagaimana bisa Ia melakukan hal ini pada Anak angkatnya? betapa hinanya Ia.

Hingga ia terkejut, saat melihat semua pionnya hilang, di kalahkan Jamaika.

Belum menghilangkan rasa terkejutnya. Jamaika sudah berada di hadapan wajahnya. Menciumnya dengan panas.

River berusaha mendorong Jamaika mundur. "Mika-"

Tapi, Jamaika tak mengalah. Dia makin memperdalam ciuman. Memaksa River dengan ego tingginya kalah akan godaan Anak kecil itu.

Gesekan akibat pergerakan Jamaika di atas pahanya membuat kelaminnya terasa nyeri. Ia tak bisa di perlakukan seperti ini!

River mendorong Jamaika sekuat tenaga, Anak itu terpelanting jatuh di atas meja. Merasakan sakit karna menabrak kayu.

Tidak. River tidak pergi dari sana. Dia mengikuti apa godaan yang sudah mengotori segala pikirannya.

Membuka celananya dengan tergesa. Jamaika yang melihatnya merasa antusias.

River menempatkan kelaminnya pada lubang Jamaika. Memasukinya dengan sekali dorong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LavishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang