Seorang laki laki muda keluar dari mobil tersebut dengan menggunakan celana pendek se lutut dan kaos hitam polos, laki laki itu berjalan mendekati chimon.
"Lo ngapain di sini?" tanya chimon dengan wajah yang sedikit bingung.
"Ga papa, gue ga sengaja lewat aja" jawab perth sambil tersenyum kecil.
"Oh, yaudah gue masuk dulu ya" pamit chimon kepada perth yang langsung mendapat anggukan darinya.
Sebenarnya perth masih ingin mengobrol lama dengan chimon, tapi di sisi lain perth juga tau kalo chimon belum sembuh total dari penyakitnya.
Perth berdiri cukup lama di depan gerbang rumah chimon, sampai tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.
Spontan perth langsung menoleh ke arah belakangnya dan melihat seorang wanita paruh baya bediri tepat di belakang tubuh perth, tidak lain tidak bukan wanita itu adalah ibu chimon.
"Perth, ngapain berdiri di depan rumah? kenapa nggak masuk aja?" ucap wanita itu sambil memegang pundak perth.
"Oh ga papa mae, tadi perth ga sengaja lewat sini niatnya mau jenguk chimon tapi kayaknya chimon udah istirahat" jelas perth.
"Yasudah ayo masuk dulu, nanti mae buatin kamu teh anget" ucap wanita itu sambil melepaskan tangannya dari pundak perth.
"Tidak usah mae, kapan kapan saja perth mampir kerumah, ini perth juga masih ada kerjaan di luar" tolak perth sopan.
"Baiklah, kalau pulang hati hati ya, kapan kapan main kerumah, inget pintu rumah mae terbuka lebar untuk siapapun termasuk perth, walaupun kalian berdua sudah bukan partner kerja lagi, tapi jangan buat itu jadi alasan kita saling benci" ucapan mama chimon itu membuat perth hampir meneteskan air matanya.
"Iya mae, kalau begitu perth pamit dulu ya, selamat malam" setelah berpamitan ia masuk kembali ke dalam mobilnya dan pergi dari kompleks rumah chimon.
Ternyata sedari tadi chimon memperhatikan interaksi mereka berdua, ada rasa senang dan rasa sakit yang muncul di hatinya.
Chimon kembali menutup tirai pintu balkonnya dan merebahkan diri di atas kasur.
Chimon menatap langit langit kamarnya yang bernuansa putih, bayangan ia bersama perth saat ini sedang terukir jelas di dalam pikirannya, rasanya campur aduk bahkan ia sendiri tidak bisa menyimpulkan bagaimana keadaannya sekarang.
Perlahan mata chimon mulai tertutup dan tertidur dengan posisi yang masih terlentang.
:
:
:
:
:
Sekarang pukul 12 malam perth sedang duduk di tanah lapang sambil menatap langit malam yang cerah dan bertabur bintang bintang.Ia sesekali menunjuk salah satu bintang yang ada di langit karena tiba tiba cahaya nya berkelip kelip.
Semilirnya angin malam membuat perth nyaman, bahkan saat ini ia tidak ingin pulang ke apartemen nya untuk istirahat.
Ya walaupun angin malam itu tidak baik untuk kesehatan tapi perth menghiraukan itu semua.
"Chi, kalau waktu bisa di putar kembali mungkin gue bakal nunggu lo sampe bener bener sembuh total" ucap perth dan kini ia sudah merebahkan tubuhnya di atas rumput.
"Rasanya gue pingin peluk lo lama, tapi mustahil, pasti lo sekarang udah benci banget sama gue" yang ada di pikiran perth saat ini hanya ada kata"chimon pasti sangat membencinya".
"Maafin gue ya chi, gue terlalu cepet buat ngambil keputusan ini semua, gue ga nyesel milih keputusan ini tapi gue mau lo" tak terasa air mata perth sudah membasahi kedua pipinya.
"Gue harap masih ada satu kesempatan buat kita bisa bareng-bareng lagi" perth mengusap air matanya yang masih keluar.
"Gue sayang banget sama lo Chimon wachirawit ruangwiwat" setelah kalimat itu keluar dari mulut perth ia mulai memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi.
Angin malam, bintang yang cerah dan bulan yang memancarkan cahaya cerahnya menjadi saksi di mana perth mengucapkan penyesalan dan kerinduan nya kepada chimon.:
:
:
:
:
:
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, chimon sudah siap dengan kaos hitam bergambarkan beruang dan celana pendek berwarna cream.Chimon turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama orangtuanya, ia sangat bersemangat hari ini karena hari ini lah pembagian naskah untuk series yang akan nanon dan chimon bintangi.
"Morning mae, morning pho" sapa chimon kepada kedua orangtuanya.
"Morning juga sayang, wihhh udah ganteng aja nih anak mae" ucap mama chimon sambil meletakkan piring yang berisi makanan di hadapan sang anak.
"Kalo kamu lupa chimon juga anak aku ya" ucap papa chimon sambil menyendok lauk ke dalam piringnya.
Ucapan papanya membuat mama chimon memutar bola matanya dengan malas, chimon yang melihat interaksi orang tuanya itu tersenyum lebar.
" Andai pho dan mae tau, chimon kangen banget sama momen-momen kayak gini, tapi sekarang udah jarang ya? se sibuk itu kalian sama dunia masing-masing " ucap chimon dalam hati.
Tak terasa acara sarapan bersama mereka sudah selesai dan sekarang saatnya chimon untuk berangkat kerja.
"Pho, mae, chimon berangkat dulu ya" pamit chimon kepada kedua orang tuanya.
"Iya sayang, hati-hati ya"
:
:
:
:
:
Saat ini nanon dan chimon sudah sampai di gedung tempat mereka bekerja, seperti biasa ada banyak orang yang sudah menunggu kedatangan mereka.Nanon dan chimon menyapa para penggemar mereka dengan senyuman yang manis dan lambaian tangan yang membuat mereka berteriak kegirangan.
"Gila, banyak juga ya fans kita" ucap nanon saat mereka berdua sudah berada di dalam lift.
"Kemane aje lo maimunah? baru tau kalo fansnya sebanyak ini?" chimon memukul pipi nanon pelan.
"Aduh sakit chi!!!" nanon memegang pipinya sambil menatap chimon dengan wajah yang bagi chimon itu menjijikkan.
"Kumat, alaynya kumat" ucap chimon sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Pintu lift terbuka nanon dan chimon segera keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ke ruangan tempat mereka bekerja.
Mereka berdua jalan berdampingan sambil mengobrol ringan membahas tentang pembagian naskah nanti.
"CHI"
tu khon👋 aku kembali dengan membawa chapter ke 4, maafin ya postnya agak telat soalnya akhir akhir ini aku sibuk.
maaf kan kalo chapter ini alurnya ga nyambung+banyak typo😁 aku terima kritikan dari kalian, jadi jangan lupa buat komen yaa.
oh ya jangan lupa di vote juga biar aku tambah semangat buat ceritanya, makasihh💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali bertemu tapi tidak untuk bersatu (perthchimon)
Teen FictionJika kamu air lautnya maka aku ikannya, Jika kamu langitnya maka aku senjanya, Jika dunia tidak menerima maka kita tidak akan bisa bersama.