(2024 POV Dirman)
Begitulah kisah panjang yang Ilham ceritakan padaku. Ia beberapa kali mencurahkan air mata dan Aku pun memberikannya tisu. Hanya pelampiasan balas dendam saja yang bisa Ia lakukan kepada adik si Herman itu.
Aku pun merasa iba dengannya. Aku pun memeluknya erat. Umur Kami berbeda 6 tahun, jadi Aku pikir sah-sah saja jika memeluknya. Ilham membalas pelukanku dengan erat. Setelah itu, Ia membuka HP dan hendak menghapus semua video saat adegan tadi.
Namun Aku segera mencegahnya. Ini bisa menjadi bukti untuk balas dendam kepada Herman. Lagipula jika nanti Rizki mengadu, para guru disini akan lebih percaya omonganku dari pada Dia. Video ini juga bisa menjadi ancaman jika diperlukan. Segera ku salin video-video itu ke HP-ku, baru semua yg ada di HP Ilham dihapus. Setelah itu, Ilham kembali ke kamar. Namun sebelum pergi, Ilham menarik wajahku dan mencium bibirku mesra.
Aku merasakan gejolak yg begitu dahsyat di dalam dada. Rasanya ingin berulang-ulang kali Aku lakukan lagi. Ya, pasti akan Aku lakukan lagi.
~
Keesokan harinya, jam 14:00 siang. Tiba-tiba ada segerombolan santri yg melapor kepadaku karena melihat Rizki kabur lewat belakang. Sontak Aku pun langsung segera mengejarnya. Saat melewati komplek asrama, Ilham memanggilku. Aku menatapnya dan pandanganku mulai berbeda. Ilham mengenakan sarung kotak-kotak, baju batik, dan songkok hitam.
"Mau kemana Pak?! ada maling?" ucap Ilham
"Rizki kabur!" jawabkuIlham lalu berbisik untuk bertemu di suatu tempat. Nampaknya Dia tahu kemana Rizki akan pergi. Aku pun mengikuti perintah Ilham.
~
Pohon beringin di pinggir pemakaman. Tepat di bawahnya dapat ku lihat Rizki sedang kelelahan pasca kabur dari pesantren. Ia memakai gamis putih yang panjangnya hampir menyentuh mata kaki, sorban, peci putih dan tas berisi pakaiaannya. Aku telah menyiapkan iket/udeng batik yang sudah dilumuri obat bius bekas semalam. Tak lupa Aku juga menggunakan sarung tangan berbahan kulit.
Perlahan ku dekati, dan langsung ku bekap mulutnya dari belakang. Rizki berusaha keras menarik cengkaraman tanganku, namun usahanya tentu sia-sia. Karena posisinya duduk dan Aku berdiri, tak perlu waktu lama menahan dirinya yang kesulitan untuk berontak. Begitu Rizki pingsan, langsung ku gendong Dia dan tas-nya. Ku bawa Dia ke suatu tempat yg sudah dijanjikan oleh Ilham, yaitu gubug angker.
Gubug itu terletak di balik hutan bambu dan persis berdiri di samping sungai. Tak begitu luas, tapi ada semacam dipan untuk beristirahat. Ilham sudah bersedia di gubug itu.
Rizki ku baringkan di dipan itu. Ilham mengikat pergelangan tangan Rizki ke belakang menggunakan tali tambang sepanjang 10 meter berwarna coklat yang tergeletak di pojok ruangan itu. Tak lupa digunakan sisa-sisanya untuk memperkencang area dada dan tangan lainnya.
Lanjut gamis Rizki disingkap hingga perutnya. Ku ploroti dulu celana dalamnya, lalu Ilham mengikat kaki Rizki menekuk ke belakang (seperti berlutut). Agar lebih kencang, Ia mendobelinya berkali-kali. Setelah itu, baru diturunkan kembali gamisnya.
Aku curiga mengapa gamis milik Rizki ini sangat besar. Bahkan cukup untuk menutupi tekukan kakinya yg sudah diikat. Wangi gamis ini juga tak asing. Saat ku geledah isi sakunya, ada minyak wangi beraroma mhisiq. Rupanya Rizki mencuri sorban milik salah satu guru, beserta dengan sorbannya.
Aku lalu menggeledah tas Rizki dan kutemukan sorban solo berwarna hijau tua dan hitam. Itu juga milik salah satu guru disini. Lebih parahnya lagi, Aku juga menemukan celana dalam yang sudah bau. Seperti ada aroma sperma kering disitu.
Sementara itu, Ilham telah memasukan sempak Rizki untuk membekap mulutnya. Lalu Ia merekatkannya dengan lakban sebanyak 3 putaran. Ditambah lagi buff milikku untuk menutup matanya. Dirasa kurang puas, Aku mengambil sorban yg dicurinya untuk membukus seluruh kepalanya. Saat sedang kulilitkan, tiba-tiba Ilham memelukku dari belakang.
Tubuh Ilham menempelku di tubuhku yg masih berbalut seragam satpam lengkap. Aku membalikan badan. Kami bertatapan, lalu berlumat bibir mesra. Pipi indah Ilham ku sentuh mesra dengan tanganku yg masih terbungkus sarung tangan hitam. Ilham mendaratkan tangannya di pundakku.
Setelah dirasa cukup, Ilham memakaikan sorban itu kepadaku, layaknya Aku seorang penjahat. Dia lalu menyingkap sarungnya, lalu memaksaku menggunakan borgol di lengannya. Aku turuti saja kemauannya. Ku terbalikan tubuh Ilham, lalu ku borgol tangannya. Tepat di samping Rizki ku tiduri Ilham. Lalu ku buka resleting celanaku, dan ku mulai bermain di pantatnya.
"Aaah... Agrh..." desah Ilham
"Aah...AAaaAaahh..."
"AaahHHMMPpPPHHH..." Ilham ku bungkam agar tak terlalu berisik.
Aku semakin mempercepat gerakanku.
Desahan Ilham semakin menjadi-jadi.
"MMPPHHH..MMMmPPPhhh..MMPPHHH.." semakin kencang pula Aku membekapnya.
Ku pentokan seluruh batangku, dan... semburan hangat mencuat di dalam lubangnya. Tanpa mencabut batangku, ku putar tubuh Ilham. Lalu kucumbu lagi bibirnya. Ilham tersenyum.
"Kamu suka ya ditawan begini?" tanyaku. Ilham hanya mengangguk.
Ku lepas sorban yang menggantung di leherku. Lalu kupakaikan untuk membekap mulut Ilham dan seluruh wajahnya. Baru setelah itu lepas batangku dan kujilati pantatnya agar tak tersisa spermaku disana. Lalu ku berbisik kepada Ilham, "Nanti Mas kesini lagi ya" lalu ku kecup keningnya.
[BERSAMBUNG]
KAMU SEDANG MEMBACA
PENCULIKAN DI PESANTREN
Teen FictionWARNING! Cerita ini mengandung unsur lgbt dan bdsm. Seluruh cerita adalah fiktif, murni fantasi penulis dan tidak ditujukan untuk mengarah ke suatu instansi apapun. Ilham, seorang santri yang sangat tertarik dengan kegiatan bdsm (soft). Ia terobsesi...