18. Catatan Buku Tua

6 4 0
                                    

BLAMM ...

Elysia menutup kuat pintu apartemennya. Dia mengatur nafasnya yang masih saja tidak beraturan. Bayangan Lumiere dan tubuh atletisnya masih saja melekat nyata pada ingatannya.

"Ughhh ... pangeran Lumiere benar-benar sangat berubah. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya ..." Elysia menutupi wajah kemerahannya dengan kedua tangannya.

"Tidak-tidaaak ... apa yang sedang kamu pikirkan, Elysia?! Sebaiknya aku mandi saja untuk mendinginkan kepalaku yang sangat kacau ... Ulysses, aku serahkan tugas mencuci pakaian pangeran Lumiere padamu ..." ucap Elysia berakhir memberikan titahnya pada pengawal setianya—Ulysses.

Putri cantik itu langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Baik, Tuan putri ..." jawab Ulysses patuh.

Ulysses melakukan sebuah sihir. Kupu-kupu indah bersayap kebiruan itu perlahan merubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik bergaun biru. Dia menarikan  tangannya ke atas, membuat pakaian kotor itu melayang di udara. Hanya dengan sebuah pergerakan kecil dengan tangannya, sebuah cahaya kebiruan tercipta mengelilingi pakaian itu. Dan dalam sekejap, pakaian itu sudah terlihat bersih dan harum.

Satu jam berlalu ...

Usai membersihkan dirinya, Elysia terduduk di depan meja riasnya mengenakan gaun tanggung berwarna peach. Ulysses membantunya menyisir rambut panjang keemasannya yang indah.

Elysia termenung menatap pantulan dirinya sendiri melalui cermin rias di hadapannya. Terlihat, jika dia sedang memikirkan sesuatu.

"Putri Elysia, apakah putri baik-baik saja? Pangeran Lumiere selalu bersikap kasar dan dingin. Sebenarnya ... aku tidak tega melihat tuan putri diperlakukan seperti itu." ucap Ulysses yang kali ini memakaikan hiasan rambut di rambut Elysia.

"Aku baik-baik saja, Ulysses. Semua ini tidak sebanding dengan semua pengorbanan pangeran Lumiere." Elysia menyauti dengan senyum tipisnya yang menawan.

"Lalu ... mengapa tuan putri terlihat bersedih?"

Elysia menghela nafas berat sembari mengusap liontin permata kebiruan yang tergantung pada kalungnya, "Aku mengkhawatirkan ayahanda, Ulysses. Rasanya ... aku ingin segera kembali ke Callestera. Namun, pangeran Lumiere sama sekali tidak bisa mengingatku. Dia selalu membenciku. Dan entah sampai kapan semua akan tetap seperti ini ..."

Ulysses terdiam. Dia berpikir keras dan berusaha untuk menyarankan sesuatu. Namun, tiba-tiba dia kembali terlihat ragu untuk mengatakannya. Semua ucapannya seakan kembali tertelan sebelum Ulysses berhasil mengatakannya.

"Tuan putri sebenarnya saat aku terjebak di Shadowmere—"

"Ulysses, ada apa denganmu? Apa kamu mengetahui sesuatu? Mengapa kamu terlihat sedang menyembunyikan sesuatu?"

Ulysses menggeleng berat. Bahkan dia terlihat seperti sedang menahan air matanya.

"Ulysses, katakan apa yang kamu ketahui ..." Elysia beralih menatapnya langsung.

Ulysses kembali menggeleng berat, "Tapi, Tuan putri ... aku tidak bisa mengatakannya ..."

Elysia meraih jemari Ulysses dan menatapnya lekat, "Ulysses, selama ini kamulah yang selalu menemaniku. Kamu tentu sangat tau keinginannku selama ini, bukan? Selama 1000 tahun aku terus menantikan pangeran Lumiere. Aku melewati Shadowmere dan mendatangi dunia manusia hanya untuk bisa menemukannya kembali. Dan kini pangeran Lumiere sudah ada di hadapanku. Jadi ... tolong katakan padaku semua yang kamu ketahui ..."

Ulysses membeku dengan tatapan kalut.

Elysia kembali mengukir senyum hangat, "Tolong bantu aku, Ulysses ... kali ini aku tidak akan melepaskan pangeran Lumiere ..."

Ulysses mengambil nafas panjang dan perlahan melepaskannya. Akhirnya dia mengatakannya, karena Elysia terus saja mendesaknya.

"Yang Mulia putri Elysia, sebenarnya saat aku terjebak di Shadowmere, tidak sengaja aku menemukan sebuah kastil tua di tengah lautan bunga. Aku memasukinya dan menemukan sebuah perpustakaan yang dipenuhi dengan buku tua. Lalu aku membaca beberapa buku itu untuk bisa mencari keberadaan portal rahasia di Shadowmere. Namun, aku malah tidak sengaja menemukan sesuatu ..."

Ulysses kembali menghentikan ucapannya dan menatap lekat Elysia. Dia kembali terlihat ragu. Namun, Elysia memberikan isyarat agar dia kembali melanjutkannya.

"Aku menemukan beberapa hal rahasia tentang bangsa Luminara. Dan aku sudah menyalinnya karena mengira suatu saat akan berguna." ucap Ulysses masih dengan raut penuh kesedihan.

"Tapi ... aku salah! Aku rasa semua itu tidak berguna! Lebih baik kita menggunakan cara lain saja, Putri Elysia. Aku yakin pangeran Lumiere akan segera mengingat semuanya. Cukup lakukan hal-hal yang pernah kalian lakukan bersama saat berada di Callestera. Atau tuan putri bisa memasakkan makanan kesukaannya saat di Callestera ..." ucap Ulysses kembali dengan suara yang lebih bersemangat.

"Ulysses, tentu saja aku tidak akan pernah lelah untuk melakukan semua itu. Katakan padaku, Ulysses ... catatan apa yang sudah kamu temukan saat itu?" Elysia kembali mendesaknya.

Tidak ada pilihan lain, akhirnya dengan berat hati Ulysses memenuhi perintah Elysia.

Ulysses menggerakkan jemarinya. Sebuah kelopak bunga kebiruan tercipta dengan tulisan keemasan tertulis di dalamnya.

¤¤¤¤¤

Ingatan yang tersegel tidak akan mudah untuk terbuka kembali. Seorang Luminara yang melepaskan batu kehidupannya dengan sukarela dan mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, maka dia juga membutuhkan elemen berharga untuk membuka segel ingatannya kembali. Keabadian sang penerus Callestera, adalah satu-satunya elemen yang bisa membuka segel itu dengan sempurna.

¤¤¤¤¤


Tubuh Elysia membeku. Lidahnya mendadak kelu.

"Tuan putri, aku yakin masih ada cara lain untuk melakukannya! Percayalah padaku ... pangeran akan segera mengingat tuan putri! Dia akan segera mengingat semuanya ... putri Elysia tidak perlu mengorbankan keabadian tuan putri ... itu sangat tidak baik ... bahkan separuh keabadian tuan putri sudah tuan putri korbankan setelah melewati Shadowmere. Tolong ... jangan lakukan semua itu ..."

Air mata Ulysses luruh membasahi pipinya. Dia sungguh tidak menginginkan jika Elysia melakukan semua itu.

"Jika tuan putri melakukan semua ini, maka hanya akan membuat pangeran Lumiere merasa bersalah setelah dia benar-benar mendapatkan ingatannya kembali. Tolong jangan lakukan semua itu, Putri Elysia ..." Ulysses kembali memohon.

"Ulysses, jangan khawatir. Aku akan memikirkan cara lain seperti yang kamu katakan sebelumnya." Elysia berkata dengan tenang. Namun, sebenarnya dia sedang menutupi kegundahan di dalam hatinya.

"Oh iyaa ... beef wellington yang sebelumnya kuantarkan untuk pangeran Lumiere malah tumpah. Sebaiknya aku mengantarkan yang baru untuknya." ucap Elysia terlihat tenang.

"Aku juga membuatkan puding manis dari dunia manusia untukmu. Kamu sangat menyukainya, bukan? Kamu bisa memakan sepuasnya." imbuh Elysia sebelum dia berlalu.

Ulysses terdiam menatap kepergian Elysia.

"Semoga saja tuan putri benar-benar tidak melakukan cara itu. Ughhh ... aku memang ceroboh! Mengapa aku malah memberitahukannya pada tuan putri?! Aku tidak boleh lengah, aku harus selalu mengawasinya ..." imbuh Ulysses kembali merubah wujudnya menjadi seekor kupu-kupu bersaya kebiruan dan terbang mengikuti Elysia.

Callestera Princess Crosses the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang