Chapter 3 : Chapter Of Life

150 9 0
                                    

"Take the first step in faith. You don’t have to see the whole staircase, just take the first step."
__________


Setelah menempuh perjalanan hampir tujuh jam, Olivia akhirnya tiba di depan gedung asramanya. Supir taksi dengan sigap membantu menurunkan koper dan barang-barang miliknya.

Ketika Olivia menyusul melangkah keluar dari mobil, matanya sedikit membelalak melihat keramaian di sekitarnya. 

Banyak mahasiswa baru yang juga tampak baru tiba, sibuk dengan koper dan barang bawaan mereka. Beberapa di antaranya ditemani keluarga, kekasih, sementara yang lain terlihat sendirian seperti dirinya.

Olivia menarik napas panjang, mencoba menenangkan kegugupan yang mulai merayap. 

"Grazie," ucapnya kepada sopir taksi sambil menyerahkan sejumlah uang.

Matanya kembali menatap gedung asrama yang megah dengan arsitektur khas Italia, membuatnya terkesan sekaligus merasa sedikit gugup.

Setelah taksi tersebut pergi, Olivia berdiri sejenak, berpikir bagaimana cara membawa barang bawaannya yang cukup banyak masuk ke dalam gedung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah taksi tersebut pergi, Olivia berdiri sejenak, berpikir bagaimana cara membawa barang bawaannya yang cukup banyak masuk ke dalam gedung. Pandangannya berkeliling, lalu ia melihat beberapa mahasiswa lain menggunakan troli untuk membawa barang-barang mereka.

Tanpa ragu, Olivia menuju troli yang tersedia di depan gedung. Dengan hati-hati, ia menaikkan semua barang bawaannya ke atas troli, memastikan semuanya tertata rapi sebelum mulai mendorongnya masuk ke dalam.

Namun sebelum menuju kamar, ia terlebih dahulu mengurus administrasi.

"Nona Olivia Cabella Morreti," panggil seorang petugas administrasi dengan suara tegas namun ramah.

Olivia yang tengah duduk menunggu segera berdiri dan mendekat.

"Kamar nomor 28, lantai 3," jelas petugas tersebut sambil menyerahkan kunci kamarnya.

"Grazie," ucap Olivia tersenyum hangat, lalu menerima kunci tersebut dengan penuh semangat. 

Gadis itu berjalan perlahan menyusuri lorong di lantai tiga, matanya mencari nomor kamar yang sesuai. 

"Dua puluh delapan..." gumamnya lirih sambil memeriksa satu per satu nomor pintu di sepanjang lorong.

Setelah beberapa saat akhirnya ia sampai di depan pintu kamarnya.

Sebelum membuka pintu, Olivia mengetuknya perlahan. Siapa tahu teman sekamarnya sudah tiba lebih dulu. Setelah beberapa detik tak ada respons, ia menghela napas dan memutar gagang pintu dengan perlahan.

"Ternyata belum ada orang," gumamnya pelan. Dengan cekatan, Olivia mendorong troli barangnya masuk ke dalam kamar.

Matanya langsung sibuk meneliti setiap sudut ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama beberapa tahun ke depan.

GOLDEN COLLEGE STUDENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang