Bersyukur bagiku menjadi seorang guru magang di sekolah yang bagus. Yang kuhadapi sehari-hari adalah anak-anak pintar yang cepat mengerti, tidak nakal, dan mudah diajarkan. Awalnya aku sudah mengira kalau aku akan mendapatkan sekolah berisi anak nakal dan susah untuk dididik ketika aku mendapatkan sebuah SMK saat pembagian tugas magang waktu itu. Murid-murid yang pintar memudahkanku untuk mengajar mereka dan juga akan membantu penilaian akhirku karena nilai-nilai mereka yang memuaskan setiap harinya.
Tak hanya murid yang pintar, mereka juga murid baik dan patuh. Hubunganku sebagai guru magang dengan para siswa terjalin dengan baik karena mereka menerimaku dengan baik dan tak malu untuk bercengkrama denganku. Aku mengajar biologi di sekolah ini sebagai guru magang dari salah satu universitas pendidikan, kebetulan juga kalau guru biologi mereka sedang mengambil cuti hamil.
"Pak, setelah ini aku mau tanya-tanya sedikit boleh gak?" tanya seorang murid yang paling aktif, rajin, dan pintar di kelas.
"Iya Zy, mau tanya apa? Nanti setelah kelas sebelum saya balik ke ruang guru boleh" balasku pada Fritzy, murid pintar tersebut.
Aku tengah menyusuri meja-meja para murid yang sedang mencatat, saat aku menyusuri meja tempat Fritzy duduk, pertanyaan tersebut keluar darinya.
"Cie Itzy, nanya apa nanya?" ledek para murid-murid perempuan yang duduk dekat dengan Fritzy.
"Iiih apa sih... aku beneran nanya loh" balas Fritzy dengan wajah malu yang sekarang bersemu merah.
Aku hanya tertawa kecil mendengarnya lalu menyusuri meja-meja lain sambil memperhatikan murid-murid yang tengah mencatat. Memang sejak beberapa minggu pertama, Fritzy begitu aktif mengikuti kelasku dan juga mendapatkan godaan-godaan dari teman-teman perempuannya ketika bertanya padaku. Aku tidak naif, aku tau kalau ledekan tersebut rasanya diberikan pada Fritzy karena gadis itu menyimpan rasa padaku.
Masa remaja memang waktu bagi gadis seperti Fritzy untuk merasakan cinta monyet. Apalagi, masa remaja juga masa dimana hormon di dalam tubuh Fritzy sedang bertumbuh sehingga memberikan dorongan-dorongan romansa pada gadis yang tengah bertumbuh tersebut. Buatku, hal ini menjadi cerita dan keseruan ketika masa magang saja di dalam perjalanan kuliahku. Namun sampai suatu hari, semua cerita itu berubah oleh kesempatan yang datang dengan sendirinya.
"Pak, nanti kita mau nanya-nanya lagi sebelum ulangan minggu depan boleh, pak?" tanya Fritzy padaku, ia ditemani oleh dua temannya yaitu Lily dan Delynn.
"Sebentar ya saya lihat dulu jadwal" balasku, aku meletakkan kembali map dan buku di meja lalu mengeluarkan handphone.
Aku melihat kalender dan catatanku di handphone, lalu menoleh kembali ke arah tiga gadis tersebut dengan memasang wajah kecewa. Aku tidak memiliki jadwal untuk mereka, aku harus menuju kampus setiap selesai mengajar selama 3 hari kedepan. Ada tugas dan berkas yang harus aku kumpulkan ke kampus mengenai laporan magang selama di sekolah ini. Aku belum mengerjakannya sama sekali minggu ini.
"Wah saya gak bisa, saya harus ke kampus soalnya" balasku, ketiga gadis itu terlihat kecewa.
"Yah oke deh pak... gak ada waktu ya pak?" tanya Fritzy kembali, raut wajahnya terlihat begitu kecewa dan berharap.
"Aduh... sampai minggu ini saya padat sih."
"Kalau sabtu pak?" tanya Lily padaku.
"Sabtu kosong sih..." jawabku padanya.
"Ah... salah jawab" aku baru menyadari kalau aku memberikan waktu kosong yang kupunya dan ingin ku gunakan untuk mengerjakan tugas.
"Naaah... sabtu aja pak!" sambar Delynn, ketiga gadis tersebut nampak tersenyum senang dengan wajah penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Collection 2
Fanfictionsama aja seperti yang pertama, biar gak kebanyakan aja yang sebelah hehe