Pertemuan Yang Tak Terduga

30 1 0
                                    

Suasana di SMA Tunas Harapan sangat ramai pada hari pertama semester baru. Ada banyak gosip yang beredar tentang murid baru yang pindahan dari sekolah lain. Kabarnya, dia adalah seorang member JKT48, dan seluruh sekolah sudah tahu itu. Namun, Rifqi yang dikenal sebagai siswa yang acuh dan lebih suka bermain game, tidak terlalu peduli dengan dunia hiburan atau siapa saja yang terkenal.

Di kantin, Rifqi duduk bersama teman-temannya, tidak peduli dengan percakapan tentang Gracie, murid baru yang jadi bahan obrolan seluruh sekolah.

Teman Rifqi (menggoda):
“Lo tau kan siapa yang pindah ke sini? Gracie, member JKT48! Bukan cuma cantik, tapi juga terkenal banget. Lo nggak penasaran?”

Rifqi (sambil mengunyah makanan, tidak peduli):
“JKT48? Hah? Gua nggak peduli. Kan dia cuma idola buat orang lain. Gue lebih suka main game.”

Teman Rifqi tertawa, menyadari bahwa Rifqi memang bukan tipe yang peduli soal dunia hiburan. Namun, tanpa dia sadari, Gracie duduk di meja yang sama dengan mereka, dan kebetulan, dia harus melewati meja Rifqi.

Gracie (tersenyum sedikit, mencoba memecah kebekuan):
“Eh, maaf ya, bisa minta bantuan? Aku baru banget pindah ke sini, dan nggak tau jalan ke kelas.”

Rifqi, yang sedang fokus dengan makanannya, akhirnya menatap Gracie. Meskipun dia mendengar semua gosip tentang Gracie, dia hanya mengangguk.

Rifqi (dengan nada santai):
“Ke kelas? Tinggal lurus, terus belok kanan. Gampang kok.”

Gracie (tersenyum malu, sedikit terkejut dengan sikap Rifqi yang cuek):
“Terima kasih. Gampang ya, berarti aku nggak bakal nyasar lagi.”

Gracie pun pergi, dan Rifqi hanya mengangkat bahu. Teman-temannya yang ada di meja sempat saling berpandangan, tercengang karena Rifqi tidak tampak tertarik sama sekali pada Gracie.


Beberapa hari berlalu, dan secara kebetulan, mereka berdua mulai sering bertemu di berbagai kesempatan. Satu-satunya alasan mereka berinteraksi adalah karena mereka berada di kelas yang sama, tapi Rifqi tetap tidak terlalu peduli. Sampai suatu hari, Gracie mendekati Rifqi yang sedang bermain game di taman sekolah.

Gracie (dengan suara ceria):
“Gila, lo jago banget main game! Gue baru liat lo tadi. Lo sering menang turnamen gitu?”

Rifqi menoleh dan melihat Gracie berdiri di dekatnya dengan senyum lebar. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada sesuatu yang menarik dalam diri Gracie.

Rifqi (tersenyum, sedikit bingung):
“Ah, cuma iseng aja. Main game doang kok. Lo sendiri, gimana? Gue denger-dengar lo member JKT48, kan?”

Gracie (tersenyum tipis, sedikit ragu):
“Iya, bener. Tapi itu bukan hal yang aku pengen banggain. Gue suka dance, jadi masuk JKT48 karena itu. Kalau soal popularitas, gue nggak terlalu peduli.”

Rifqi mulai merasa ada yang berbeda dari Gracie. Dia tidak seperti cewek-cewek lain yang suka pamer status atau terkenal. Ada kesan rendah hati yang dia tunjukkan, dan itu membuat Rifqi semakin tertarik.

Rifqi (dengan nada santai):
“Jadi, lo suka dance? Wih, keren. Gue nggak ngerti dance sih, tapi kayaknya seru ya.”

Gracie (tersenyum lebar):
“Seru banget! Gue masuk JKT48 karena hobi. Cuma ya, banyak aturan yang harus diikutin, kayak nggak boleh pacaran, nggak boleh ke diskotik, dan banyak lagi.”

Rifqi (penasaran):
“Gitu? Kok bisa sih?”

Gracie (menghela napas):
“Ya, aturan ketat gitu memang ada. Gue tahu itu bagian dari karir gue. Tapi, bukan berarti gue nggak bisa punya kehidupan normal, kan?”

Rifqi semakin penasaran dengan Gracie. Dia yang selama ini acuh tak acuh pada dunia hiburan, merasa ada ketertarikan yang tumbuh. Di sisi lain, Gracie juga merasa nyaman dengan Rifqi karena dia tidak peduli soal statusnya sebagai member JKT48.


Beberapa minggu kemudian...

Gracie dan Rifqi mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama setelah sekolah. Mereka ngobrol tentang banyak hal, dari game sampai hobi dance. Meski Gracie harus menjaga jarak karena aturan JKT48, dia merasa semakin dekat dengan Rifqi. Namun, hubungan mereka tetap dalam batas teman biasa.

Pada suatu sore, saat mereka berjalan pulang dari sekolah bersama, suasana mulai sedikit berubah.

Gracie (dengan wajah sedikit cemas):
“Lo tau nggak, Rifqi? Menjadi member JKT48 itu bukan hal yang gampang. Gue harus selalu hati-hati. Kalau sampe orang tahu gue pacaran, bisa jadi masalah besar.”

Rifqi (dengan nada serius):
“Jadi, lo nggak bisa pacaran sama siapa pun gitu?”

Gracie (mengangguk pelan):
“Iya, nggak bisa. Banyak aturan yang harus gue ikutin.”

Rifqi (dengan sedikit geli):
“Jadi, kita cuma bisa temenan aja, ya?”

Gracie (terdiam sejenak, lalu tersenyum sedikit):
“Iya, kayaknya gitu. Tapi gue nyaman sama lo, Rifqi.”

Perasaan mereka mulai berkembang, tapi keduanya tahu, hubungan mereka tidak bisa terbuka begitu saja. Meski demikian, kedekatan mereka semakin intens.


To be continued...

Temen Gue Member JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang