Eleutheromania. Banyak makhluk memimpikan hal itu. Tentang bagaimana mereka mendambakan sebuah kebebasan. Diantara bongkahan kayu tua seekor Rayap muda tak lepas dari harapan itu. Semua bermula ketika ia memasuki masa beranjak dewasa. Dimana tak lama ia akan berubah menjadi seekor Laron dewasa dengan sayap indahnya. Tak ada salahnya bukan? Sebenarnya Rayap Muda sudah memikirkan tentang kemana ia akan pergi terbang berpetualang dengan sayap indahnya. Akan tetapi semua berubah ketika ia mengetahui bahwa waktu hidupnya tidaklah lama.
Saat itu musim panas menyelimuti kota. Para Rayap muda sedang berkumpul bersama menikmati waktu sebelum memasuki musim hujan sehingga mereka akan berubah menjadi seekor Laron. Mereka berkumpul dibawah batang pohon dengan daun-daun lebar. Disitulah seekor Rayap Muda bernama Harpa dengan naifnya menceritakan mimpinya untuk berpetualang menjelajahi bumi. Harpa adalah seekor rayap muda dengan hobi membaca buku serta belajar tentang dunia. Hal itu membuatnya sangat ingin mengunjungi bagian bumi lain tanpa harus menetap di satu tempat.
"Pokoknya kalau aku sudah berubah menjadi seekor laron dengan sayap kuatku, aku pasti akan mengunjungi gunung bromo terlebih dahulu!" Ucap Harpa dengan nada gembira.
Para rayap muda lainnya saling pandang. Apakah mereka tak salah dengar? Sudah jelas sekali posisi mereka saat ini jauh dari gunung bromo seperti perkataan Harpa tersebut. Lalu bagaimana teman mereka itu bisa kesana dalam waktu semalam? Para Rayap muda lainnya sungguh heran. Mereka saling tatap satu sama lain lalu tertawa keras.
"Bagaiman bisa kau kesana dalam waktu semalam wahai Harpa?" Ucap salah satu rayap muda setelah puas tertawa.
Harpa bingung tentang alasan teman-temannya tertawa setelah mendengar perkataannya. "Ya dengan terbang? Apalagi?" Jawab Harpa polos.
"Ya ampun Harpa, padahal kau sering belajar. Sepertinya kau harus belajar tentang dirimu sendiri daripada hanya tentang bumi ini. Kita semua harus menemukan tempat tinggal dalam satu malam sebelum melepaskan sayap. Waktu kita sesingkat itu Harpa" jelas rayap muda lain.
Harpa sungguh terkejut dengan fakta itu. Ia terlalu mencintai pelajaran tentang belahan bumi ini sehingga tak berniat untuk belajar mengenai dirinya sendiri. Sehingga ucapan teman-temannya mematahkan mimpinya dalam sekejap. Ada kekecewaan begitu dalam didalam lubuk hatinya. Harpa yang malu karena sebelumnya ia dikenal sebagai rayap pandai memutuskan meninggalkan teman-temannya malam itu. Ia kembali ke rumahnya
Namun belum sempat masuk ke dalam rumahnya Harpa memutuskan untuk tak pulang dulu. Ia pergi ke permukaan tanah kemudian duduk termenung disana. Apakah kini teman-temannya akan memandang dirinya sebagai rayap bodoh? Padahal sebelumnya ia adalah kebanggan koloninya karena mampu mengalahkan burung hantu dalam perlombaan cerdas cermat. 'Hancur sudah reputasinya' batin Harpa.
Tak lama seekor rayap muda berjalan mendekati Harpa. Itu adalah Listi. Ia adalah sahabat Harpa sejak kecil. Listi tahu pasti bagaimana perasaan Harpa setelah ditertawakan oleh rayap lainnya. Harpa pasti akan merasa sedih dan berkecil hati. Karena sejak kecil Harpa memang selalu dibanggakan karena otak cerdasnya. Sehingga ia bergantung dengan opini publik untuk mendorong kepercayaan dirinya.
"Hai Harpa" sapa Listi kepada Harpa.
Harpa hanya menolehkan pandangannya kepada Listi lalu kembali tertunduk sedih. Kemudian suasana menjadi hening karena tak satupun dari mereka membuka pembicaraan. Hingga tak lama Harpa berkata "Bagaimana bisa aku baru tahu tentang fakta itu ya? Apakah kau juga mengira aku ini bodoh Listi?"
"Memangnya menurutmu bodoh pintarnya seseorang diukur dengan apa?" Ucap Listi balik bertanya kepada Harpa.
Tak ada jawaban. Suasana kembali hening. Harpa sebenarnya tak kalah bingung dengan dirinya sendiri. Entah mengapa pertanyaan balik dari sahabatnya itu seperti tamparan dihatinya. Namun sejujurnya hal itu cukup menyadarkan hati Harpa. Tentang betapa bergantungnya ia terhadap opini orang lain mengenai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidung Rimba: Lantunan Kisah Tak Terukir Para Fauna
Storie breviKisah para Fauna yang tak pernah terukir, namun selalu mengalir bersamaan dengan hikmah yang dapat dipetik.