Gadis yang termenung menunggu sang teman kembali dari minimarket mulai merasakan nyeri dan pusing pada kepalanya, gadis itu memijat halus pelipisnya, ia baru tersadar bahwa luka bekas lemparan piring dari sang ayah belum ia obati juga, bisa bisanya ia keluar dalam kondisi seperti ini, ia diam meminum susu rasa strawberry di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih sibuk memegangi kepalanya sendiri yang terasa sangat amat sakit, tak lama seseorang yang ia tunggu pun datang berlari ke arahnya.
"Shan? Kamu kenapa?" ucap gracia dengan nafas yang masih tersengal sengal, Gracia yang melihat Shani memijat kepalanya itu pun langsung mendekat dan mengecek kondisi kepala sang gadis di hadapannya.
"Astaga Shan, ini kepala kamu juga berdarah!!!" Gracia terkejut, ia langsung menyiapkan obat luka lalu mulai mengobati luka Shani mulai dari kepala hingga punggung tangannya.
Shani yang diperlakukan seperti itu pun hanya diam memperhatikan seseorang yang sedang mengobati lukanya, sedikit nyeri tapi Shani masih sanggup menahannya, tapi saat sedang asik memperhatikan, Shani merasa ada air yang menetes ke punggung tangannya, bukan hujan melainkan air mata sang gadis di hadapannya, Shani terkejut melihat Gracia menangis sambil mengobati tangannya, mengapa Gracia menangis?
"Ehh Ge? Kok nangis? Capek ya? Udah gak usah diobati lagi, aku bisa sendiri kok" ucap Shani lalu mencoba mengambil obat dari tangan Gracia.
"ini pasti sakit banget ya? kenapa ditahan sendirian sih Shan sakitnya?" ucap Gracia sambil melanjutkan kegiatannya mengobati luka Shani.
"Nggak kok, luka gini doang mana sakit? Awsss! Ge kok diteken sih!" ucap Shani yang ingin membantah tapi malah harus merasakan sakit karna lukanya yang sengaja ditekan oleh Gracia.
"Masih berani bilang ini nggak sakit hemm? darahnya banyak banget kayak gini emang kamu gak pusing apa?" kata Gracia yang geram dengan ucapan Shani.
"Sakit ge" ucap shani menunduk dengan wajah melasnya.
Ntah ada apa dengan Shani, tak biasanya ia bersikap clingy seperti ini, apa itu efek dari lemparan piring sang ayah? haha tak mungkin sampai segitunya kan? Gracia yang melihat tingkah Shani pun hanya terkekeh, ia meniup luka Shani yang sudah ia tekan tadi dan mengangkat tangannya untuk mengelus pipi seorang gadis yang ada dihadapannya.
"Maaf, makanya jangan sok kuat lagi di depan aku, bagi rasa sakit kamu ke aku juga yaa" ucap Gracia lalu melanjutkan kegiatannya sampai selesai.
"makasih Ge" ucap Shani lalu tersenyum pada Gracia.
Setelah Gracia mengobati luka Shani, tak ada pembicaraan apapun diantara mereka, hanya ada suara angin yang bertiup kencang, suara air di danau yang tenang, dan beberapa suara kendaraan melintas yang terdengar, Gracia lebih memilih diam menemani Shani, ia berfikir mungkin Shani hanya butuh waktu.
Cukup lama mereka berdua duduk diam di sana, Gracia merasa angin mulai menusuk tajam ke kulitnya, ia memeluk tubuhnya memberikan kehangatan pada tubuhnya sendiri, wajar saja ia kedinginan, bagaimana tidak? Gracia hanya memakai kaos pendek saja, niat awal gadis itu hanya berjalan sebentar dan membeli minuman untuk menghilangkan rasa bosannya, siapa yang tau kalau dia akan bertemu dan menemani teman barunya itu duduk di pinggir danau dengan cuaca berangin malam hari seperti ini?, Shani yang merasakan ada pergerakan di sampingnya pun menoleh, ia tau kalau gadis disampingnya itu mulai merasa kedinginan, tak mungkin ia diam saja melihatnya, Shani pun melepas jaketnya lalu memakaikannya pada Gracia.
Saat berangkat tadi Shani sudah memakai hoodie dan membawa jaketnya."Ehh? Ngapain dikasih ke aku? Nanti kamu kedinginan Shan" ucap Gracia sambil melepas jaket itu dan ditahan oleh Shani.
"Pake aja, ini dingin sedangkan kamu cuma pakek kaos, besok besok kalau keluar inget pakek jaket ntah apapun cuacanya, sekarang kamu pakai itu aja dulu, aku masih pakai hoodie kok tenang aja" ucap Shani meyakinkan gadis di hadapan nya.
"Oh iya Ge, rumah kamu dimana? Ayo aku anter pulang, udah jam segini gak baik cewek masih ada diluar rumah" tanya shani sekaligus mengalihkan topik
"Shan coba ngaca deh, kamu juga cewek" jawab Gracia.
"Oh iya hehe, jawab dulu rumah kamu dimana biar ku anterin aja" ucap shani menjelaskan.
"Gak usah Shan, aku pulang sendiri aja deket kok ini" tolak Gracia
"aku gak menerima penolakan sih ge, udah ayok aku anter pulang udah malem banget ini gak baik kalau masih diluar bahaya, dingin juga kan sekarang" ucap Shani.
Tanpa menunggu jawaban Gracia, Shani langsung menggandeng tangan gracia dan membawanya menuju motor miliknya, Gracia sedikit terkejut melihat Shani yang sudah menaiki motornya, ia berpikir bahwa shani tak bisa menaiki kendaraan itu karna selama ini Shani selalu berangkat sekolah menggunakan sepedanya.
"Shan, kamu bisa naik motor?" Ucap Gracia ragu.
"ya bisa dong Ge, kamu ngeraguin aku?" singgung Shani.
"bukan gitu, aku mana tau kamu bisa naik motor? kan selama ini kamu naik sepeda terus berangkat sekolahnya, kalau kamu beneran bisa kenapa nggak naik motor aja berangkatnya? biar nggak capek, kamu dikelas tidur mulu" jelas Gracia.
"itung itung olahraga, udah ayo buruan naik" jawab Shani yang dibalas anggukan oleh gracia lalu menaiki motor Shani.
Gracia melingkarkan lengannya memeluk pinggang Shani lalu memasukkan tangannya ke saku hoodie yang Shani kenakan dan menyandarkan kepalanya di punggung Shani, Shani merasa canggung karna hal itu, Shani memang tak pernah berani dengan yang namanya Physical touch, hanya saja kali ini ia membiarkan apa yang dilakukan gadis di belakangnya itu, Shani berfikir mungkin temannya itu sedang kedinginan, tak ada pembicaraan apapun diantara mereka selama perjalanan sampai akhirnya Shani membuka suara.
"Ge, ini rumah kamu arahnya kemana?" tanya Shani.
Gracia yang mendengar itu mempererat pelukannya dan menopangkan kepalanya di bahu Shani, Ia langsung menjelaskan kemana arah rumahnya, sedangkan Shani yang mendapatkan perlakuan seperti itu semakin merasa canggung, ia benar benar gemetar sekarang, jantungnya berdegup tak karuan, Shani tak bisa bersentuhan sedekat ini dengan siapapun, apakah Gracia sengaja melakukan ini? pikir Shani.
"Shan? kamu kedinginan kah? kok gemeteran gini?" ucap Gracia tak merasa bersalah sedikitpun.
"Ge, bisa munduran dikit nggak? ini juga tangan kamu ngapain disini, pegang pundakku aja yaa?" jelas Shani.
Gracia ini berpura pura tak mendengar ucapan Shani ya?, bukannya menuruti Shani ia malah memeluk Shani semakin erat, Shani hanya bisa menghela nafas panjang, ntah mengapa Shani tak bisa menolak apapun yang diinginkan Gracia, ia mempercepat laju motornya, Shani merasa jika berlama lama dengan gracia mungkin shani akan pingsan sebentar lagi karna ulah gracia padanya.
Next Part
Tempelin aja terus Ge wkwwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything in my life is only about you >GRESHAN<
FantasyTerimakasih sudah hadir dalam hidupku... Jika bukan karna adanya keberadaanmu, mungkin aku akan kehilangan nyawaku ditanganku sendiri, sekarang jangankan menyakiti diriku sendiri, bahkan aku tak rela mati dan meninggalkanmu... Uluran tanganmu saat i...