Beberapa hari setelah event meet and greet dan 2S, Rifqi merasa semakin dekat dengan Gracie. Meski mereka selalu menjaga jarak sebagai teman dan idol, Rifqi mulai merasakan ketegangan antara keinginannya untuk lebih dekat dengan Gracie dan kenyataan bahwa status mereka berbeda.
Pada suatu sore setelah pelajaran selesai, Rifqi duduk di taman sekolah. Pikirannya melayang tentang momen mereka di event beberapa hari lalu, dan ia tak bisa berhenti memikirkan Gracie. Rasanya ada sesuatu yang berkembang dalam dirinya, sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan sebagai fans.
Tak lama kemudian, Gracie muncul dari pintu gerbang sekolah. Wajahnya terlihat lelah, namun senyum cerahnya tak pernah hilang saat melihat Rifqi yang menunggunya.
Gracie (duduk di samping Rifqi, dengan senyum lelah):
“Lo udah nunggu lama ya?”Rifqi (tersenyum, sedikit mengangguk):
“Gak lama kok, Cie. Gue cuma pengen nungguin lo, kayak biasa.”Mereka berdua duduk di bangku taman yang sepi, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sekolah yang biasa ramai. Gracie menghela napas, menatap langit yang mulai gelap dengan cahaya senja yang lembut.
Rifqi, yang merasa semakin nyaman dengan Gracie, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sedikit lebih berani. Dia melihat ke arah Gracie yang sedang memandang jauh ke depan, dan tanpa berkata apa-apa, dia menyentuh lembut pipi Gracie, lalu memberinya ciuman ringan di kening.
Gracie (terkejut, wajahnya langsung memerah):
“Eh, lo... cium kening gue?”Rifqi (tersenyum malu, menatap wajah Gracie yang memerah):
“Iya, Cie. Gue cuma pengen lo tahu kalau gue peduli sama lo. Bukan cuma jadi fans, tapi juga teman.”Gracie terdiam sejenak, merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Malu dan canggung, dia tidak tahu harus berkata apa. Perasaan hangat mulai menyebar di dadanya, dan ia merasa salting. Namun, dia tetap mencoba tersenyum dan mengalihkan perhatiannya.
Tak lama setelah ciuman ringan itu, Gracie menunduk dan perlahan berbaring di atas paha Rifqi. Posisi itu membuat Rifqi sedikit terkejut, tapi ia tetap tenang dan dengan lembut mengelus rambut Gracie.
Gracie (dengan suara pelan, mata setengah tertutup):
“Kadang gue capek banget, Rif. Semua yang gue jalani... kayak nggak ada waktu buat diri gue sendiri. Semua orang cuma ngeliat gue sebagai idol, tapi gak ada yang ngerti gimana rasanya jadi Gracie.”Rifqi (dengan lembut, mengelus rambut Gracie):
“Lo gak sendirian, Cie. Gue ada buat lo. Lo gak harus selalu jadi idol buat gue. Lo cuma Gracie, temen gue yang berharga.”Gracie menutup matanya sejenak, merasakan ketenangan yang datang dari Rifqi. Ia merasa tenang dan nyaman, jauh dari tuntutan dan tekanan yang selalu datang dengan dunia idol. Rifqi terus mengelus kepalanya dengan lembut, memberi ketenangan di tengah hari yang panjang.
Setelah beberapa lama dalam keheningan yang nyaman itu, Gracie membuka matanya, memandang Rifqi dengan tatapan yang lebih lembut. Di saat yang sama, Rifqi juga menatap Gracie dengan penuh perhatian, merasakan perasaan yang tumbuh semakin dalam di antara mereka.
Tanpa banyak berpikir, Rifqi mendekatkan wajahnya ke wajah Gracie yang masih terbaring di pahanya. Gracie yang semula terkejut kini merasa hatinya berdebar, dan saat bibir mereka bertemu, Gracie langsung terhanyut dalam ciuman itu. Keduanya saling menikmati momen itu, seakan tidak ada batasan yang memisahkan mereka.
Gracie (dengan suara pelan, setelah ciuman itu berakhir):
“Rif... gue nggak pernah ngerasain ini sebelumnya.”Rifqi tersenyum, perlahan mengelus rambut Gracie yang tergerai. Ia merasa tenang dan bahagia bisa berada di sini, bersama Gracie. Tidak ada lagi jarak yang membatasi mereka.
Namun, tidak lama setelah ciuman itu, Gracie, yang masih merasa salting, menatap Rifqi dan tanpa banyak berpikir, dia kembali mencium bibir Rifqi, kali ini dengan penuh perasaan. Momen itu terasa lebih dalam dan lebih lama, keduanya menikmati setiap detik dari ciuman kedua yang mereka berikan.
Gracie (setelah ciuman kedua, dengan mata sedikit terpejam):
“Gue nggak tau kenapa, tapi gue ngerasa nyaman banget sama lo.”Rifqi (tersenyum lebar, dengan hati yang ringan):
“Gue juga, Cie. Kita berdua nggak perlu takut untuk jadi diri sendiri, kan?”Mereka berdua saling tersenyum, merasakan perasaan yang tumbuh semakin kuat di antara mereka. Meskipun ada batasan yang memisahkan mereka karena dunia idol Gracie, saat itu mereka tahu bahwa momen ini adalah milik mereka berdua.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Gue Member JKT48
Romansa[WARNING: karakter Rifqi disini sekehendak kalian, disini ga menjerumus ke orang tertentu] Gracie, member JKT48 yang pindah ke SMA Tunas Harapan, nggak terlalu diperhatikan Rifqi yang lebih suka main game. Namun, kedekatan mereka membuat Rifqi jatuh...