88. Uhibbuka Fillah Ya Zaujii

220 29 6
                                    

Assalamualaikum.. 🥰🥰

Siapin batu bata buat nimpuk authornya kalo endingnya bikin kalian "hah, heh, hoh.. "'

Eh jangan ding...😂😂

*****

" Ini mas udah aku siapin bajunya. Karena mas lagi suka warna putih, aku pilihin yang putih. "

Sulthan baru saja keluar dari kamar mandi saat Shofia mengulurkan baju Koko putih di tangannya. Bagai tak kasat mata, Sulthan melewati Shofia begitu saja. Menghampiri lemari, membukanya dan menatap tumpukan baju di dalamnya. Mengambil sebuah kemeja berwarna hitam.

"Loh mas, katanya kamu lagi suka warna putih? Ini aku udah pilihin buat mas." Protes Shofia menahan lara yang tiba-tiba menyeruak.

"Kemarin aku bilang suka putih, bukan berarti hari ini aku harus pakai putih juga kan? Memangnya aku nggak boleh ngrasa bosen? Nggak salah kan kalau hari ini aku pakai baju item? " Ketus Sulthan. Menghiraukan Shofia, Sulthan tetap memakai baju pilihannya.

"Nggeh mas. Kalau boleh tahu, hari ini kegiatan mas apa? Majelis umum Ahad rutin kayaknya diisi sama Gus Zhafran. " Tanya Shofia. Mencoba meredam rasa pedih, ia tetap berusaha bersikap lembut pada suaminya.

Sulthan masih sibuk di depan kaca, membenahi penampilannya dari peci hingga sarung yang dikenakannya. Tanpa menoleh ke arah Shofia, " aku mau menengok Alif, aku pengen liat kondisinya. Walau bagaimanapun, dia salah satu guru kebanggaan Al-Hidayah."

Walau bagaimanapun?

Shofia bisa menerka maksud dari ungkapan Sulthan. Ada maksud tersirat dari perkataannya itu.

Mungkin maksudnya walau dirinya cemburu pada Alif, pria itu tetaplah staf guru di yayasannya yang perlu Sulthan beri dukungan saat ustadz itu dilanda sakit.

"Kamu mau ikut?"

Kalimat yang meluncur halus tapi terdengar menekan. Wajah yang datar tapi mengancam.

Kini mata Sulthan menatap nyalang Shofia dan berhasil membuat Shofia tertunduk. Mata itu, yang dulu menatapnya teduh dan memberikan perlindungan kini seolah menyimpan amarah dan kecewa. Dan mungkin juga lelah. Lelah dengan penantian yang membuatnya seakan putus asa setelah penemuannya tentang peninggalan kebucinan istrinya terhadap pria yang pernah menduduki hati wanitanya itu.

Shofia membeku. Dia seakan kehilangan cara dan kata untuk menanggapi sikap Sulthan yang kini berbeda. Yang tersisa hanya rasa bersalah dan terus merutuki dirinya sendiri. Shofia paham dengan sikap yang ditunjukkan Sulthan sekarang. Pria itu sudah terlalu lama bersabar menghadapi wanita tak tahu diri semacam dirinya. Dan mungkin hari ini Sulthan telah sampai pada batas kesabarannya.

Hampir saja Sulthan melenggang, berjalan hendak keluar dari kamar. Namun, suara Shofia mencegahnya.

"Mas.. " panggilan Shofia terdengar bergetar seperti menahan tangis.

Sulthan masih berdiri di tempatnya tanpa berbalik ataupun menoleh.

"Maafin aku ya mas. Mungkin mas sudah lelah menghadapiku. Lelah berusaha bersabar dengan semua sikapku. Sekarang aku siap menjalani apapun hukuman dari mas. Aku akan terima semua perlakuan mas sama aku. Sampai mas benar-benar memaafkan aku. Kalau memang menikahi Ning Humaira bisa membahagiakan mas, aku rela jika aku dimadu. Mungkin dengan menikahi Ning Humaira mas bisa mendapatkan kebahagiaan yang selama ini tidak mas dapatkan dariku. Dan itu aku anggap sebagai balasan yang setimpal untuk istri tak tahu diri sepertiku. " Shofia tergugu. Isaknya membuat bibirnya terbata.

Sulthan berbalik dan mendekat.

"Kamu serius dengan ucapanmu barusan Fi? Kamu siap menerima semua hukuman dariku? " Ucap Sulthan datar.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang