Malam hari, dengan selimut gelapnya yang menyelimuti dunia, menawarkan ketenangan yang berbeda dari siang hari. Di saat ini, bintang-bintang berkelap-kelip seolah menjadi saksi bisu dari segala peristiwa yang terjadi. Keheningan malam mengajak kita untuk merenung, merefleksikan segala hal yang telah kita lalui. Dalam gelapnya malam, pikiran menjadi lebih jernih, perasaan pun menjadi lebih mendalam. Saat itulah kita dapat menemukan kedamaian batin dan solusi atas segala permasalahan yang sedang kita hadapi.
Seperti halnya detektif Calipso Cirillo, malam ini ia tenggelam dalam lautan pikirannya. Di kamar kecilnya yang remang, berkas-berkas kasus terbaru berserakan di atas meja. Cahaya lampu meja menyinari wajahnya yang serius, matanya terus menerus beralih dari satu petunjuk ke petunjuk lainnya. Keheningan malam justru menjadi teman setianya dalam mengurai benang kusut misteri yang sedang ia hadapi. Di saat-saat seperti ini, ia merasa paling dekat dengan kebenaran.
Heningnya malam tiba-tiba pecah oleh suara langkah kaki lembut yang mendekat. Ordelia Yesenia, sang istri, muncul di ambang pintu, membawa setumpuk berkas tambahan di tangannya. "Ada kasus baru yang baru saja dilaporkan oleh pihak kepolisian beserta barang bukti yang mereka dapatkan," ucapnya lembut, matanya menyiratkan prihatin "Sepertinya kita akan bergadang malam ini."
Calipso mendongak, tatapannya bertemu dengan mata istrinya. Seketika, semangat baru berkobar dalam dirinya. Ia meraih berkas-berkas itu dan mulai membacanya dengan seksama. Ordelia duduk di sampingnya, sesekali menyodorkan secangkir kopi hangat dan memberikan dukungan moral.
Keheningan malam sebelumnya tiba-tiba pecah oleh dering nyaring telepon. Calipso tersentak, segera meraih gagang telepon. "Ya, halo?" sahutnya, suaranya sedikit parau karena terkejut.
"Detektif Calipso, ini Inspektur Dirja. Saya ada kabar buruk. Ada laporan pembunuhan di Perumahan kosong di dekat Tepian Teratai. Korban ditemukan di rumah kosong dengan nomor 12. Sepertinya ini kasus yang serius." Suara Inspektur terdengar tegang di seberang telepon.
Calipso mengerutkan kening. "Baik, Inspektur. Saya akan segera ke sana. Ada informasi lain yang bisa Anda berikan?"
"Belum banyak yang bisa saya sampaikan saat ini. Tapi dari laporan awal, tampaknya ada tanda-tanda kekerasan yang cukup parah. Saya akan kirimkan alamat lengkapnya ke ponsel Anda. Segera ke sana, Detektif."
"Saya mengerti, Inspektur. Saya akan berangkat sekarang juga."
Calipso menutup telepon dan segera bangun dari kursi. Ia membangunkan Ordelia yang tertidur pulas di sampingnya. "Lieve, bangun. Ada kasus baru. Kita harus pergi sekarang."
Ordelia terbangun dengan cepat, jiwa raganya sedang memunculkan sirine darurat agar segera sadar. "Apa? Sekarang?"
Calipso mengangguk tegas. "Ini kasus besar. Kita harus segera ke sana."
Mereka berdua bergegas bersiap-siap. Calipso mengambil jas dan tas berisi peralatan investigasinya, sementara Ordelia mengambil tas tangan kecilnya. Dalam hitungan menit, mereka sudah keluar dari rumah dan meluncur menuju mobil.
Tim forensik menyerahkan hasil analisis mereka pada Calipso. Di antara tumpukan laporan, ada beberapa temuan yang sangat mencolok. Beberapa sidik jari ditemukan menempel pada sebuah kertas kecil yang sebelumnya menempel di tubuh korban. Ahli forensik memastikan bahwa sidik jari tersebut milik Boris, sahabat Calipso.
"Ini bukti yang sangat kuat, Detektif," ujar kepala tim forensik. "Sidik jari ini ditemukan pada kertas yang posisinya sangat dekat dengan luka tusukan fatal."
Namun, Calipso merasa ada yang tidak beres. Ia ingat betul bagaimana Boris selalu menghindari konflik. Sulit baginya untuk membayangkan sahabat lamanya tega membunuh dengan cara yang begitu keji. Ia meminta untuk memeriksa kembali semua bukti yang ada.
"Saya ingin melihat foto-foto luka korban secara detail," pinta Calipso.
Foto-foto yang ditunjukkan kepadanya semakin menguatkan kecurigaannya. Pola luka tusukan terlihat tidak alami, seolah-olah sengaja dibuat untuk mengarah pada Boris.
"Ada yang aneh dengan luka-luka ini," gumam Calipso. "Terlalu sempurna, terlalu mengarah pada satu kesimpulan."
Semakin dalam Calipso menggali, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Motif pembunuhan masih menjadi misteri. Hipotesis awal tentang dendam pribadi mulai goyah. Mungkin ada motif lain yang lebih kompleks di balik semua ini.
Calipso memutuskan untuk melibatkan istrinya dalam penyelidikan. Ia merasa perlu sudut pandang yang berbeda dan dukungan penuh dari orang yang paling ia percayai. Istrinya, yang selama ini lebih memilih untuk fokus pada keluarga, kini dengan rela membantu suaminya memecahkan misteri pembunuhan yang semakin rumit ini.
Mereka berdua mulai meneliti kembali semua bukti yang ada, termasuk sidik jari palsu dan foto-foto luka yang mencurigakan. Dengan mata yang segar, Ordelia menemukan beberapa kejanggalan yang sebelumnya terlewatkan. Ia memperhatikan adanya serat kain yang tertinggal di salah satu foto luka. Serat kain tersebut terlihat tidak biasa dan tidak cocok dengan pakaian korban maupun tersangka.
"Lihat ini, Calip," ujar istri Calipso sambil menunjuk serat kain tersebut. "Serat ini sepertinya berasal dari bahan yang sangat khusus. Mungkin kita bisa menemukan petunjuk lebih lanjut dengan menganalisisnya di laboratorium."
Calipso mengangguk setuju. Ia segera menghubungi seorang ahli forensik yang ia percayai untuk memeriksa serat kain tersebut. Sementara itu, mereka berdua memutuskan untuk mengunjungi kembali TKP. Kali ini, mereka akan mencari bukti-bukti fisik lainnya yang mungkin terlewatkan sebelumnya.
Di TKP, Calipso dan Ordelia melakukan pencarian yang sangat teliti. Mereka memeriksa setiap sudut ruangan, setiap permukaan benda, dan setiap jejak kaki yang ada. Setelah berjam-jam mencari, mereka akhirnya menemukan sesuatu yang menarik. Di bawah sebuah meja, mereka menemukan sebuah serat kecil yang warnanya sama dengan serat kain yang ditemukan pada foto luka.
"Ini dia!" seru Ordelia. "Kita semakin dekat untuk mengungkap kebenaran."
Mereka segera membawa serat kain tersebut ke laboratorium untuk dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa serat kain tersebut berasal dari sebuah jenis pakaian yang sangat langka dan hanya diproduksi oleh beberapa perusahaan tertentu.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa serat kain yang ditemukan di TKP dan pada foto luka berasal dari sebuah seragam khusus yang hanya digunakan oleh anggota sebuah organisasi rahasia. Organisasi ini dikenal sangat tertutup dan terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal. Calipso dan istrinya semakin yakin bahwa kasus pembunuhan ini jauh lebih rumit dari yang mereka bayangkan. Mereka mulai menyelidiki organisasi rahasia tersebut, namun informasi yang mereka dapatkan sangatlah terbatas. Organisasi ini sangat lihai dalam menyembunyikan jejak mereka, sehingga sulit bagi Calipso dan Ordelia untuk menembus pertahanan mereka.
Akankan kedua pasangan ini bisa mengungkapkan kasus yang mereka dapatkan?
—23 November 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eudaimona
RomanceProfil psikologis sang korban menjadi fokus utama analisis Detektif Calipso dan Ordelia. Mereka berusaha memahami motivasi sang pelaku, mencari tahu apa yang mendorongnya melakukan tindakan keji tersebut. Dengan menggali lebih dalam ke dalam kehidup...