19. Pemukiman Razorious

63 40 141
                                    

Pertumpahan darah terjadi segera setelah Raja memberikan sinyal dari acungan pedangnya. Sayang, situasi kali ini tidak memihak Cokelat, ia tengah terbaring lemah bersama darah di sekujur tubuhnya.

Hanya dengan hitungan jari, Raja dan prajurit-prajurit lain yang memihaknya telah beranjak masuk ke dalam kawasan yang hendak dimasuki sedari tadi.

Mereka meluluhlantakkan kawasan itu menjadi tanah datar, lantas mengisyaratkan penduduk setempat bahwa apa yang sedang mereka injak sekarang adalah milik Raja.

Jelas penduduk tak menerima akan keputusan bodoh itu. Seru demi seruan penolakan memenuhi gendang telinga bagi siapa saja yang mendengar.

Namun, seolah-olah tak peduli, Raja bersama dengan orang-orangnya kembali ke istana setelah memberikan batas sebagai penanda bahwa kawasan ini tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali para bangsawan dan petinggi.

Ini bukanlah kekalahan bagi Cokelat, secercah harapan itu masih ada, walaupun hanya sebesar jari kelingking, walaupun hanya sebesar lubang sedotan.

Dengan sisa-sisa pertempuran, terlihat tak jauh dari sana, Maroon hanya berdiri mematung sejak tadi. Bersih akan darah maupun noda di pakaian dan tangannya.

Ia tidak ikut menyerbu Cokelat atas perintah Raja, ia tidak ikut menghancurkan kawasan itu atas perintah Raja, ia tidak ikut memberikan batas penanda aras perintah Raja, ia tidak melakukan apapun yang Raja perintahkan.

Sebaliknya, Maroon tampak sedang berkabung, tak kuasa melihat kawan seperjuangannya berusaha menegakkan keadilan dengan merelakan hidup dan mati yang ia miliki tepat di depan matanya.

Tetapi sayang bukan kepalang, Maroon tidak bisa sembarangan membantu apalagi memihak Cokelat. Tidak selama ia masih di bawah pengawasan Raja.

Tetapi dengan keadaan yang memungkinkan untuk sekarang, Maroon berlari kecil ke arah Cokelat yang sedang terbaring lemah. "Apakah di antara kalian ada yang memiliki peralatan medis?" teriak Maroon

Salah seorang penduduk yang telah mengemasi barangnya tepat saat derap kuda terdengar, jauh sebelum pertikaian terjadi pun membalas teriakan Maroon, "Aku punya!"

Berkat penduduk itu, Maroon mampu mengobati Cokelat walau dengan peralatan seadanya. "Kalian semua carilah dulu tempat tinggal sementara, aku akan kembali ke sini dengan rencana yang matang."

Maroon beranjak pergi dengan tunggangan kudanya, mengejar kembali rombongan istana. Mereka semua bingung dengan gelagat prajurit yang satu itu, mengapa ia terlihat sedang membantu mereka alih-alih prajurit yang lainnya malah meneriaki?

Tetapi tidak ada banyak waktu untuk memikirkan hal itu, sesuai dengan perkataan Maroon tadi, para penduduk beranjak mencari tempat alternatif untuk ditinggali.

Tubuh Cokelat yang masih lemah, namun sudah kunjung sadar itu dipapah oleh salah satu dari mereka. Ia mendengar apa yang Maroon ucapkan, hanya saja tak mampu untuk membalas.

***

Satu minggu telah berlalu, sisa-sisa kekejaman Raja masih transparan oleh mata walaupun sudah tampak lebih baik dan terkendali.

"Raja mempercayaiku menjadi penggantimu sebagai kepala prajurit, ia juga mempercayaiku dalam mengelola Kawasan Razor sebagai pusat perdagangan Netral Gelap." Maroon kembali datang sesuai janjinya.

Cokelat melihat Maroon berdiri gagah dengan seragam lengkap yang ia kenakan, lantas mengangguk takzim. "Lantas, apa rencanamu?"

Satu minggu juga bukanlah waktu yang lama bagi Cokelat untuk menjadikannya tetua di sana. Ialah yang membantu para penduduk untuk bangkit serta menemukan tempat tinggal sementara.

"Aku akan menuruti perintah Raja sesuai dengan yang aku katakan tadi, sekaligus akan memberikan pemukiman untuk kalian yang lokasinya tak berada jauh dari sini," usul Maroon.

Cokelat membalas dengan gelengan kecil. "Bagaimana kau bisa menjamin bahwa Raja tak akan menemukan pemukiman yang akan kami tempati?" perkataan Cokelat disusul oleh angguk-anggukan setuju dari penduduk yang turut mendengar.

"Ikuti saja aku dulu," ucap Maroon sambil menuntun jalan Cokelat dan lara penduduk di belakangnya. Hingga sampailah mereka di depan sebuah air terjun yang cukup deras.

Sebelum orang-orang di belakangnya sempat bertanya, Maroon telah lebih dulu masuk ke dalam air terjun itu. Melihatnya, Cokelat turut masuk untuk memeriksa apa yang sebenarnya Maroon ingin perlihatkan.

Tiba di seberang, mereka masuk ke balik air terjun yang mengalir deras itu. "Inilah pemukiman yang aku maksud, kalian aku perkenankan untuk tinggal di sini." Maroon mempersilahkan mereka masuk ke dalam.

Sungguh menakjubkan untuk berpikir bahwa ada tempat tinggal bagi para penduduk itu di seberang air terjun tadi. Pemukiman itu telah Maroon sulap dengan adanya deretan lubuk untuk mereka tempati.

Bulat sudah mata mereka dengan adanya pemikiran cerdas dari Maroon, seru-seruan bahagia terdengar menyenangkan.

Maroon terkekeh melihat suasana hati para penduduk. "Aku jamin Raja tidak bisa menebak tempat ini, kecuali jika ada yang membocorkannya. Aku harap kalian tidak melakukan itu."

Para penduduk jelas tidak akan melakukan tindakan sembrono yang hanya akan membahayakan diri mereka sendiri. "Tempat ini aku namakan Pemukiman Razorious," lanjut Maroon.

Cokelat di sampingnya terlihat tersenyum penuh dengan rasa bangga pada Maroon sembari menepuk lembut bahunya. Senyuman itu seakan-akan membuatnya berkata bahwa, 'Aku bangga padamu, kawan.'

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hiruk Pikuk WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang