Bab 02: Hujan & Percakapan Canggung

11 7 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit Seoul masih digelayuti awan gelap, dan hujan deras yang mengguyur sejak sore belum menunjukkan tanda-tanda akan reda. Di depan Hotel Grand Hyatt Gangnam, Lee Nari berdiri kaku di bawah kanopi marmer yang dihiasi lampu-lampu gantung elegan.

Tetesan hujan memantul di jalan yang basah, menciptakan riak-riak kecil di genangan air. Nari mendekap tas kanvas lusuhnya erat-erat, berusaha menghalau dingin yang menusuk kulit. Ia memandang ke luar, berharap taksi yang sudah ia pesan melalui aplikasi akan segera datang. Namun, seperti nasib buruk yang sering mengikutinya, status di aplikasi terus berubah menjadi “Sedang Mencari Pengemudi.”

"Kenapa selalu begini?" gumam Nari kesal. Ia menendang kecil trotoar dengan sepatu basahnya, membuat sedikit cipratan air mengenai pergelangan kakinya.

Sementara itu, di belakangnya, tamu-tamu acara grand opening mulai keluar dari aula. Pria dan wanita dengan pakaian mewah melangkah keluar, memegang payung atau diantar sopir pribadi mereka. Nari merasa semakin kecil di tengah keramaian ini, seperti seseorang yang salah masuk ke dunia yang bukan miliknya.

---

[Waktu berlalu, hujan tak berhenti]

Sudah hampir setengah jam Nari berdiri di sana. Hujan tetap deras, dan tak ada taksi yang berhenti. Jaket tipisnya mulai basah di bagian ujung, dan tubuhnya menggigil.

“Nona, kau belum pulang?”

Nari menoleh terkejut. Di hadapannya, Kim Taehyung berdiri dengan setelan jas hitam yang masih rapi, meski dasinya sedikit longgar. Ia memandang Nari dengan alis terangkat, seolah heran mengapa seseorang masih berdiri di luar hotel di tengah hujan seperti ini.

“Saya… saya sedang menunggu taksi,” jawab Nari cepat, sedikit membungkuk sebagai tanda hormat.

Taehyung melirik jalan yang basah dan penuh genangan. “Di cuaca seperti ini? Kau akan menunggu semalaman.”

“Saya tidak punya pilihan lain,” ujar Nari pelan, matanya menunduk.

Taehyung terdiam sejenak. Ia menatap Nari dengan ekspresi yang sulit diterka, sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengetik sesuatu.

“Mobilku ada di sini. Kau ikut saja denganku,” katanya santai, seolah itu adalah hal yang biasa ia lakukan.

Nari terkejut, matanya melebar. “Apa? Tidak, saya tidak bisa…”

“Kalau begitu, kau ingin menunggu sampai besok pagi?” potong Taehyung dengan nada tenang tapi tegas. “Aku tidak menggigit, jadi santai saja. Lagipula, aku juga hanya akan lewat Mapo.”

Please Marry Me Mr.Kim!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang