Bab 03: Café Maple

17 12 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, seperti biasa, Lee Nari sibuk mempersiapkan Café Maple sebelum pelanggan mulai berdatangan. Lokasi kafe ini berada di sudut distrik Mapo yang ramai, tidak jauh dari stasiun kereta bawah tanah. Mapo terkenal dengan suasana seni yang hidup, jalanan yang dipenuhi mural, dan toko-toko kecil yang menjual barang-barang unik. Kafe ini menjadi tempat favorit mahasiswa dan pekerja kantoran yang mencari secangkir kopi di pagi hari atau camilan sore yang manis.

Nari menuang adonan ke cetakan waffle, aroma manis dari mentega dan gula mulai mengisi ruangan. Lonceng kecil di atas pintu berbunyi setiap kali ada pelanggan masuk, dan suara mesin kopi yang menderu menjadi latar belakang kesibukan pagi itu. Namun, meski tangannya sibuk, pikirannya melayang ke pertemuan beberapa hari lalu.

Kim Taehyung.

Pria itu, dengan karisma dan sikap tenangnya, entah bagaimana terus hadir di benaknya. Tatapan matanya yang tajam, nada suara yang dalam, bahkan cara dia mengucapkan namanya dengan jelas—semuanya melekat di kepala Nari.

“Lee Nari, fokus!” gumamnya sambil menepuk pipinya sendiri. Ia tahu memikirkan seseorang seperti Kim Taehyung tidak akan membawa perubahan pada hidupnya.

“Yah, Nari!” suara Park Mina, rekannya, membuyarkan lamunannya. Mina datang dari dapur sambil membawa nampan penuh gelas kosong. “Apa kau sedang melamun? Pelanggan di meja 5 butuh refill Americano.”

“Oh, maaf!” Nari buru-buru mengambil teko kopi dan berjalan menuju meja yang dimaksud.

Hari itu berlalu seperti biasanya. Pelanggan datang dan pergi, obrolan di dalam kafe menjadi hiruk-pikuk ringan yang menemani Nari sepanjang hari. Meski sibuk, bayangan Kim Taehyung tetap menghantui pikirannya.

---

[Senja di Café Maple]

Saat malam tiba, suasana kafe mulai sepi. Cahaya lampu neon dari luar memantul di jendela kaca, memberikan nuansa hangat pada interior yang didominasi kayu dan bata merah. Nari membersihkan meja-meja sambil mencuri pandang ke jam dinding.

“Kita hampir tutup,” ujar Mina sambil mengikat rambutnya. “Kau bisa mulai menutup mesin kopi.”

“Baik,” jawab Nari sambil mengangguk. Ia berjalan ke belakang counter, mematikan mesin espresso yang sudah mulai mendingin.

Namun, sebelum ia sempat mematikan lampu di bagian depan, lonceng pintu berbunyi.

Seorang pria melangkah masuk.

Nari menoleh, dan jantungnya berdegup kencang. Itu Kim Taehyung, dengan mantel hitam panjang yang membuatnya terlihat semakin tinggi dan elegan. Rambutnya sedikit berantakan, mungkin karena angin malam di luar, tapi wajahnya tetap terlihat sempurna.

Please Marry Me Mr.Kim!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang