Bab 07: Kesempatan tak Terduga

6 2 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi di Seoul terasa lebih dingin dari biasanya, dan aroma kopi bercampur hujan masih terasa di udara. Nari sedang menyesap segelas teh hijau hangat di dapur kecil apartemennya yang sempit. Pikirannya masih berkutat pada percakapan semalam dengan Mina, ide gila tentang pernikahan kontrak yang terus menghantuinya meskipun ia berusaha menepisnya.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengganggu ketenangannya. Ia berjalan menuju pintu, membukanya, dan melihat Mina berdiri di sana dengan senyum lebar dan sebuah amplop di tangannya.

“Nari, kau harus melihat ini!” seru Mina sambil masuk tanpa menunggu undangan.

“Mina, ada apa pagi-pagi begini? Kau membuatku penasaran,” balas Nari, mengambil amplop itu.

“Buka saja!” Mina mendesaknya sambil melompat kecil seperti anak kecil yang tidak sabar.

Nari membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat sebuah surat resmi dengan logo Kim Corporation di bagian atas. Surat itu adalah tawaran pekerjaan sebagai editor untuk tim pemasaran mereka, terutama mengurusi pengeditan brosur dan materi promosi perusahaan.

“Ini… untukku?” tanya Nari dengan nada tak percaya.

“Tentu saja! Aku memberikannya langsung pada manajer mereka kemarin. Kau tahu aku punya kenalan di sana, kan? Aku mengatakan pada mereka kau pekerja keras dan berbakat, dan mereka setuju untuk memberimu kesempatan,” jelas Mina dengan bangga.

“Tapi… Mina, aku bahkan tidak melamar pekerjaan ini.”

“Itu sebabnya kau harus berterima kasih padaku nanti. Ini adalah langkah pertama untuk keluar dari semua masalah keuanganmu. Pikirkan saja, bekerja di Kim Corporation adalah peluang besar!” Mina tersenyum, lalu menambahkan dengan nada menggoda, “Dan, siapa tahu, kau bisa sering bertemu Kim Taehyung.”

Nari tertegun, mengamati surat itu dengan perasaan campur aduk. “Mina, aku tidak yakin bisa melakukannya. Pekerjaan ini terlalu besar untukku.”

“Jangan bodoh, Nari. Ini kesempatan yang tidak datang dua kali. Kau punya kemampuan, kau hanya perlu percaya diri,” desak Mina.

Nari menggigit bibirnya, berpikir keras. Akhirnya, ia mengangguk pelan. “Baiklah, aku akan mencobanya.”

---

Bangunan utama Kim Corporation di distrik Gangnam adalah gedung pencakar langit dengan desain futuristik. Dinding kaca besar memantulkan langit cerah Seoul, dan pintu putar otomatis membawa Nari masuk ke lobi yang megah. Suasana di dalam terasa sangat profesional; orang-orang berjalan cepat dengan dokumen di tangan, dan suara sepatu hak tinggi bergema di lantai marmer.

Nari mengenakan setelan sederhana yang ia pinjam dari Mina. Ia merasa gugup dan sedikit tidak percaya diri, tapi ia berusaha menutupi hal itu dengan senyum kecil.

“Nona Lee Nari?” panggil seorang wanita muda dengan kacamata tipis.

“Ya, itu saya,” jawab Nari, mencoba terdengar yakin.

“Saya Han Soo-jin, manajer divisi pemasaran. Ikuti saya, saya akan menunjukkan ruang kerja Anda.”

Soo-jin memimpin Nari melewati lorong panjang menuju lantai atas. Di sana, suasana sedikit lebih tenang, dengan meja-meja kerja yang rapi dan orang-orang yang fokus pada layar komputer mereka.

“Ini meja Anda,” kata Soo-jin, menunjuk ke sudut ruangan. “Tugas pertama Anda adalah mengedit brosur untuk acara amal yang diadakan oleh perusahaan minggu depan. Pastikan tata bahasa, desain, dan formatnya sesuai dengan standar.”

“Baik, saya akan melakukannya,” kata Nari dengan anggukan.

Soo-jin memberinya tumpukan dokumen, lalu pergi. Nari menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bekerja.

---

Menjelang sore, Nari sedang tenggelam dalam pekerjaannya ketika seseorang memanggilnya dari belakang.

“Nona Lee Nari?”

Nari menoleh dan melihat seorang pria tinggi dengan jas mahal berdiri di sana. Wajah itu tidak asing — itu Kim Taehyung.

“Kim… CEO... Kim,” ucap Nari terbata-bata, berdiri dengan canggung.

Taehyung memandangnya dengan alis terangkat. “Kita bertemu lagi. Jadi, kau bekerja di sini sekarang?”

“Ya, baru mulai hari ini,” jawab Nari sambil menunduk sedikit.

“Kerja keraslah,” kata Taehyung singkat sebelum melangkah pergi. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, ia berbalik dan menambahkan, “Kalau butuh bantuan, jangan ragu bertanya padaku, oke?.”

Nari hanya bisa mengangguk, merasa jantungnya berdegup kencang.

---

Setelah selesai bekerja, Nari pulang ke apartemennya dan langsung disambut oleh Mina yang sudah menunggu dengan ramen instan dan soju murah di meja kecil mereka.

“Bagaimana hari pertama? Ceritakan semuanya!” desak Mina sambil menyodorkan semangkuk ramen.

Nari duduk dan mulai menceritakan tentang pekerjaannya, suasana kantor, dan pertemuannya dengan Taehyung. Mina mendengarkan dengan penuh antusias, sesekali menyeruput ramen.

“Apa aku tidak salah? Kau akan sering bertemu dengannya di sana. Itu adalah langkah pertama untuk meluluhkan hatinya!” Mina terkikik.

“Mina, berhenti bicara omong kosong,” keluh Nari sambil mengaduk ramennya.

“Tapi kau memikirkannya, kan?” goda Mina.

Nari terdiam, menatap mangkuk ramennya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ide itu memang ada di pikirannya. Jika ia benar-benar ingin melunasi hutangnya, mungkin menikah kontrak dengan Kim Taehyung adalah satu-satunya jalan keluar. Namun, bagaimana cara membuat pria seperti dia menerima ide gila itu?

“Aku hanya ingin fokus bekerja untuk sekarang,” kata Nari akhirnya.

Mina tersenyum tipis. “Tentu saja. Tapi ingat, kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Jika kau punya peluang, jangan ragu mengambilnya.”

Nari tidak menjawab, tapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa Mina mungkin benar.

---

Hari-hari berikutnya di Kim Corporation terasa seperti mimpi. Nari mulai terbiasa dengan pekerjaannya, meskipun tekanan dan tuntutan tinggi sering membuatnya lelah. Namun, setiap kali ia melihat Taehyung di lorong atau rapat, ia merasa semangatnya kembali.

Ia mulai memperhatikan kebiasaan kecil pria itu — cara ia berbicara dengan tegas, cara ia memandang orang-orang di sekitarnya, dan senyum samar yang jarang muncul.

Di malam hari, ketika ia duduk di apartemennya yang kecil, Nari sering memikirkan bagaimana caranya mendekati pria itu dan menyampaikan ide gilanya. Tapi ia tahu, jika ia ingin melakukannya, ia harus menunggu waktu yang tepat.

Dan untuk sekarang, ia hanya bisa berharap bahwa waktu itu akan segera datang.

To Be Continued!

Please Marry Me Mr.Kim!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang