Bab 08: Kesalahan & Pembelaan

7 3 4
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi di Seoul begitu cerah, meskipun hawa dingin November mulai menusuk tulang. Gedung Kim Corporation yang berdiri megah di distrik Gangnam bersinar di bawah sinar matahari, pantulan kaca-kacanya seperti berlian di tengah hiruk-pikuk kota. Lee Nari duduk di meja kerjanya di lantai sepuluh, mencoba fokus pada tugasnya, meskipun rasa gugup mulai menyelimuti.

Hari ini adalah tenggat waktu untuk brosur amal yang ia kerjakan. Brosur itu akan digunakan dalam acara besar perusahaan minggu depan, dan Nari merasa ini adalah ujian besar pertama sejak ia bergabung.

“Baiklah, hanya tinggal menyusun teks ini,” gumam Nari pada dirinya sendiri sambil memindahkan kursor di layar komputernya.

Namun, saat ia mengetik ulang beberapa kalimat, ia tidak menyadari bahwa format tata letak sedikit berubah. Ia terlalu asyik memastikan semua kata-kata tepat dan rapi sehingga melewatkan kesalahan kecil yang nantinya akan menjadi masalah besar.

---

[Konfrontasi di Kantor]

Beberapa jam kemudian, suasana kantor yang tenang tiba-tiba pecah oleh suara seseorang yang cukup keras.

“Nona Lee Nari! Apa yang kau lakukan?!”

Nari tersentak dan mendongak, melihat Yoon Saemi berdiri dengan ekspresi marah. Saemi adalah rekan kerja senior yang bertanggung jawab atas proyek pemasaran. Dengan rambut pendek rapi dan penampilan selalu elegan, ia dikenal sangat perfeksionis.

“Ada apa, Saemi-ssi?” tanya Nari gugup.

Saemi meletakkan print-out brosur di meja Nari dengan kasar. “Lihat ini! Teks di bagian bawah terlalu mepet ke pinggir, dan formatnya tidak sesuai dengan template perusahaan! Apa kau bahkan memeriksa pekerjaanmu sebelum menyerahkannya?”

Nari mengambil brosur itu dengan tangan gemetar, mencoba memahami kesalahan yang ia buat. Memang benar, format teks di bagian bawah terlihat tidak simetris.

“Saya… saya minta maaf, Saemi-ssi. Saya tidak menyadari—”

“Maaf? Kau pikir maaf cukup? Brosur ini akan digunakan dalam acara amal yang dihadiri oleh para investor besar! Jika ada yang salah, itu akan mencoreng nama perusahaan. Bagaimana bisa kau begitu ceroboh?” suara Saemi meninggi, menarik perhatian beberapa rekan kerja lainnya.

Nari merasa wajahnya memerah karena malu. Ia ingin menjelaskan bahwa ia telah berusaha sebaik mungkin, tapi kata-kata Saemi terlalu menusuk.

---

Di tengah suasana tegang itu, suara langkah kaki yang tenang terdengar mendekat. Semua orang yang tadinya memperhatikan Nari dan Saemi segera kembali ke meja mereka, berpura-pura sibuk.

Kim Taehyung, CEO muda Kim Corporation, berjalan masuk dengan ekspresi datar. Ia mengenakan setelan abu-abu gelap yang pas dengan tubuhnya, dan setiap langkahnya memancarkan wibawa.

“Ada masalah di sini?” tanyanya dengan nada tenang, tapi suaranya cukup untuk membuat semua orang terdiam.

Saemi langsung berdiri tegak dan membungkuk hormat. “CEO Kim, maafkan saya. Kami sedang membahas kesalahan dalam brosur ini.”

Taehyung mengambil brosur yang ada di meja Nari, memeriksanya dengan cermat. Setelah beberapa detik, ia mengangkat wajahnya dan berkata, “Kesalahan ini memang ada, tapi tidak besar. Hanya masalah format teks. Kita masih punya waktu untuk memperbaikinya.”

“Tentu, tapi kesalahan seperti ini tidak seharusnya terjadi sejak awal,” balas Saemi, mencoba membela posisinya.

Taehyung mengalihkan pandangannya ke Nari yang masih berdiri dengan kepala tertunduk. “Nona Lee, kau yang membuat brosur ini?”

“Ya, CEO Kim. Saya minta maaf atas kelalaian saya,” jawab Nari dengan suara pelan.

“Kau sudah bekerja keras,” ucap Taehyung dengan nada lembut yang mengejutkan Nari. Ia beralih ke Saemi dan menambahkan, “Saemi-ssi, pastikan tim desain membantu memperbaiki formatnya. Jangan terlalu keras pada rekan kerja baru. Semua orang pernah melakukan kesalahan.”

Saemi terdiam, wajahnya memerah karena malu. “Tentu, Direktur Kim. Saya akan segera menanganinya.”

Setelah memberikan perintah singkat, Taehyung berjalan pergi, meninggalkan suasana yang kini terasa jauh lebih tenang.

---

Ketika semuanya kembali bekerja, Nari duduk di mejanya, masih terkejut atas kejadian barusan. Ia tidak menyangka bahwa direktur perusahaan besar seperti Kim Taehyung akan membelanya, apalagi di depan Yoon Saemi.

“Dia membelaku,” gumam Nari pelan, merasa lega sekaligus bingung.

Meskipun tidak ada yang mengomentari kejadian itu secara langsung, beberapa rekan kerja mulai memandang Nari dengan tatapan berbeda. Mereka seolah bertanya-tanya mengapa Taehyung begitu peduli padanya.

---

Setelah selesai bekerja, Nari memutuskan untuk pergi ke tepi Sungai Han. Tempat itu selalu menjadi pelariannya ketika ia merasa lelah atau ingin menenangkan pikiran.

Angin dingin bertiup lembut, membawa aroma air dan dedaunan yang basah. Nari duduk di bangku kayu, memandangi lampu-lampu kota yang memantul di permukaan air.

Ia mengeluarkan sebuah bungkus kecil tteokbokki yang ia beli dari pedagang kaki lima di dekat kantor. Meskipun hanya makanan sederhana, rasanya cukup untuk menghangatkan tubuh dan hatinya.

“Mengapa dia membelaku?” pikir Nari, mengingat tatapan tenang Taehyung saat berbicara tadi. “Apakah dia hanya bersikap profesional, atau ada alasan lain?”

Pertanyaan itu terus mengganggunya, meskipun ia tahu bahwa ia mungkin tidak akan pernah mendapatkan jawabannya.

---

[Keesokan Harinya]

Saat Nari tiba di kantor keesokan harinya, suasana terasa lebih ringan. Yoon Saemi bahkan datang menghampirinya dan memberikan senyum tipis.

“Nari-ssi, terima kasih sudah bekerja keras kemarin. Aku sudah memeriksa ulang brosurmu, dan sekarang semuanya sudah sempurna. Kau melakukan pekerjaan yang baik,” kata Saemi dengan nada lebih lembut.

Nari terkejut, tapi ia segera membalas dengan senyum sopan. “Terima kasih, Saemi-ssi. Saya akan lebih berhati-hati ke depannya.”

Hari itu berlalu dengan lebih tenang, tapi pikiran Nari tetap kembali pada Kim Taehyung. Ia tidak bisa melupakan bagaimana pria itu membelanya dengan begitu tenang dan tegas.

“Mungkin… ide Mina tentang pernikahan kontrak tidak sepenuhnya gila,” pikir Nari sambil menatap layar komputernya.

Ia tahu bahwa jalan menuju rencananya masih panjang, tapi setidaknya ia merasa sedikit lebih dekat dengan sosok Kim Taehyung yang dingin namun penuh teka-teki.

To Be Continued!

Please Marry Me Mr.Kim!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang