20. Aiden's Secret

8 4 0
                                    

Satu pekan berlalu. Namun, masih belum ada perubahan besar pada Lumiere.

Usai jam kuliah berakhir, Elysia mendatangi taman kampusnya dan duduk di salah satu bangku taman.

Pangeran Lumiere masih saja tidak mengingatku. Bagaimana ini? Apakah benar-benar tidak ada cara lain ... apakah aku harus melakukannya? Tapi ... bagaimana dengan Callestera? Bagaimana ayahanda bisa memaafkanku ...

Elysia menganggkat tinggi tangannya, menatap jemari lentiknya di bawah langit kebiruan.

Ayahanda ... maafkan aku belum bisa kembali ...

Batinnya mengusap bunga mawar yang tumbuh tak jauh darinya. Namun, tidak sengaja Elysia malah menyentuh durinya.

"Ughhh ..." Elysia mengusap darah kebiruannya.

"Tuan putri, berhati-hatilah ..." kupu-kupu Ulysses yang terbang di hadapannya berkata. Dan tentu saja ucapannya hanya bisa didengarkan oleh Elysia.

"Hanya luka kecil ... luka ini akan pulih dengan sendirinya ..." Elysia mengukir senyum tipis.

Tanpa dia sadari seorang gadis berambut light purple mengamatinya dari kejauhan.

"Sudah kuduga memang ada yang tidak beres dengannya! Dia sangat aneh dan mungkin saja sangat berbahaya. Aku akan mengungkap semua rahasianya di depan semua orang! Kamu akan berakhir, Elysia!" gumam gadis itu kembali berlalu.

Elysia kembali terduduk melamun. Dia sungguh kebingungan. Terlebih ketika dia mendengar kabar jika Luminara akan menyatakan perang pada Callestera jika sampai Lumiere tidak kembali sebelum tahun cahaya di tahun ini tiba. Padahal kesehatan ayahandanya belum membaik.

Derap langkah dari sepasang sepatu sneakers terdengar. Namun, Elysia mengabaikannya. Bahkan hingga sosok itu sudah berdiri di hadapannya, Elysia masih mengabaikannya. Dia masih saja termenung dengan pandangan kosong.

"Elysiaaaaa ... hallooo ... kamu melamun? Kamu sedang memikirkan apa?" Aiden melambaikan tangannya membuyarkan angan Elysia.

"Aiden, kamu sudah datang?" Elysia tersentak melihat di hadapannya sudah ada Aiden yang menggendong ranselnya dengan salah satu bahu lebarnya.

"Kamu sedang memikirkan sesuatu? Ada apa? Apa ada yang mengganggumu? Mereka menyakitimu dan membuatmu sedih?" Aiden celingukan menatap sekitarnya.

Elysia menggeleng samar, "Tidak kok. Aku hanya sedang memikirkan ayahanda. Sudah cukup lama aku meninggalkan rumah. Aku merasa rindu dengan ayahanda dan rumahku ..."

"Oh ya? Bagaimana kalau liburan nanti aku menemanimu mengunjungi ayahmu? Aku juga ingin melihat rumah dan mengenal keluargamu ..." Aiden menyauti bersemangat.

Elysia mengukir senyum hangat menatap Aiden, "Kamu ingin bertemu ayahanda dan melihat rumahku?" tanyanya berbinar penuh rasa haru. Karena itulah salah satu hal yang dinantikannya, yaitu membawa Aiden kembali ke Callestera.

Aiden, aku berjanji akan membawamu kembali ke Callestera. Kita semua akan berkumpul kembali bersama ayahanda ... di tanah Callestera ... di kerajaan kita yang indah dan damai.

Batin Elysia penuh harap.

"Tentu saja! Aku harus bertemu dengan ayahmu dan mengenal seluruh keluarga besarmu agar mereka bisa mengenal lebih dekat calon menantu tampannya ini!" Aiden berkata bersemangat.

Seketika senyuman penuh binar Elysia membeku dan perlahan memudar mendengar ucapan Aiden yang dianggapnya sangat konyol dan aneh.

"Apa yang kamu katakan, Aiden?" Elysia benar-benar terlihat syok.

Callestera Princess Crosses the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang