Bab 1: Pertemuan di Tengah Malam

0 0 0
                                    


Malam itu begitu sunyi, seakan dunia telah terlelap dalam pelukan gelapnya. Hanya suara gemericik hujan di luar jendela yang menemani Rizky, seorang pria yang tengah duduk di tepi ranjangnya dengan ponsel di genggaman. Lampu kamar yang redup membuat cahaya layar ponselnya menjadi satu-satunya sumber penerangan. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun bagi Rizky, malam baru saja dimulai.

Rizky menghela napas panjang. Hari-harinya belakangan ini terasa begitu membosankan dan sepi. Kesibukan pekerjaan tidak mampu mengisi kekosongan yang perlahan merayapi hatinya. Di tengah keheningan malam itu, dia merasa lebih sendirian dari biasanya. Dengan jari-jarinya yang cekatan, dia membuka aplikasi kencan yang baru saja diunduhnya beberapa hari lalu.

"Apa lagi yang bisa aku cari di sini?" gumamnya dalam hati. Bagi Rizky, aplikasi ini hanyalah pelarian dari kebosanan. Sesekali, ia menemukan percakapan yang menarik, namun semuanya berakhir sama: hampa dan tanpa makna.

Ia mulai menggulirkan layar, melewati berbagai profil dengan cepat. Foto demi foto, nama demi nama, semuanya terlihat biasa saja. Tidak ada yang menarik perhatiannya, hingga akhirnya dia berhenti pada sebuah profil sederhana dengan nama akun “sap”. Tanpa foto profil yang mencolok, hanya sebuah avatar kosong dan nama yang membuatnya penasaran.

"Kenapa namanya cuma 'sap'?" pikir Rizky. Entah dorongan apa yang membuatnya mengetuk profil itu dan mengirim pesan.

> "Hai, lagi apa?"

Pesan sederhana, namun cukup untuk membuka percakapan. Rizky tidak terlalu berharap balasan, namun di dalam hatinya, ada sedikit rasa penasaran yang tak terjelaskan. Detik-detik berlalu terasa lebih lama dari biasanya, hingga akhirnya sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya.

> "Ga ngapa-ngapain. Kamu sendiri?"

Balasan yang singkat, namun cukup untuk membuat Rizky tersenyum. Setidaknya, ia tidak diabaikan. Tanpa membuang waktu, ia membalas lagi.

> "Aku lagi nyari teman ngobrol. Kalau boleh tahu, kenapa namamu 'sap'?"

Rizky menunggu dengan sabar. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, meski ia sendiri tidak tahu kenapa. Ada sesuatu yang berbeda dari percakapan ini, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

> "Sap itu singkatan, tebak aja sendiri," balas wanita itu dengan nada misterius.

Rizky terkekeh pelan. "Oke, tantangan dimulai," pikirnya. Namun, sebelum ia bisa membalas, wanita itu menambahkan pesan lagi.

> "Kenapa? Lagi iseng nyari teman ngobrol tengah malam?"

Ada sesuatu dalam cara wanita itu merespon. Seolah-olah ia tidak hanya menjawab, tetapi juga menggali lebih dalam, mencoba memahami siapa Rizky sebenarnya. Dengan rasa penasaran yang semakin membuncah, Rizky mengetik balasannya.

> "Ya, bisa dibilang begitu. Lagi bosen, ga bisa tidur. Kamu?"

Wanita itu tidak langsung membalas. Ada jeda beberapa detik yang terasa seperti menit. Rizky menatap layar ponselnya dengan penuh harap, menanti balasan yang entah kenapa terasa begitu penting baginya.

> "Aku juga, ga bisa tidur. Kadang, ngobrol sama orang asing lebih mudah daripada ngobrol sama orang yang kita kenal, ya?"

Balasan itu membuat Rizky terdiam sejenak. Ada kebenaran di balik kata-kata itu, sesuatu yang ia rasakan namun tak pernah ia ungkapkan. Ia tersenyum, merasa menemukan seseorang yang mungkin bisa memahami rasa sepinya.

Percakapan mereka terus berlanjut, lambat namun pasti. Setiap kata yang ditulis, setiap kalimat yang dikirim, terasa seperti langkah kecil menuju kedekatan yang tak terduga. Rizky mulai melepaskan segala topeng yang biasa ia pakai saat berbicara dengan orang asing. Ia merasa nyaman, meski baru mengenal wanita ini beberapa menit lalu.

Hingga pada suatu titik, di tengah percakapan yang semakin mendalam, wanita itu tiba-tiba mengirim sebuah pesan yang tak disangka-sangka.

> "Coba tanya sama Allah, soalNya Dia yang menciptakan."

Rizky tertegun. Kata-kata itu terasa seperti tamparan lembut, mengingatkannya pada sesuatu yang sudah lama ia abaikan. Dalam sekejap, suasana menjadi lebih serius. Ia menghela napas, merasa ada sesuatu yang berubah dalam percakapan mereka.

> "Aku tidak bisa mendengar jawaban-Nya," balas Rizky jujur, mencoba menyeimbangkan kedalaman topik yang tiba-tiba berubah.

Kali ini, balasannya tidak datang secepat sebelumnya. Rizky merasakan ketegangan yang aneh, seolah sedang menunggu jawaban dari pertanyaan yang lebih besar daripada sekadar obrolan tengah malam.

Lalu, sebuah pesan masuk.

> "Mungkin lewat dirimu aku bisa makin tahu, kalau kekuasaan Allah itu melebihi apa yang kupikirkan."

Ada keheningan yang menggantung di udara. Rizky tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata itu, meski sederhana, membawa kedalaman yang sulit dijelaskan. Ada sesuatu yang menyentuh di balik layar ponsel itu, sesuatu yang membuatnya merasa tidak lagi sendirian dalam malam yang gelap ini.

> "Contohnya?" Rizky mengetik dengan pelan, jari-jarinya sedikit gemetar.

> "Mencari tahu kenapa kamu bisa semanis ini saja aku tidak bisa," balas wanita itu, kali ini dengan sedikit humor yang membuat ketegangan mereda. "Mana mungkin aku berani mempertanyakan hal lain lagi, kekuasaan Tuhanku, sedangkan untuk ciptaan-Nya saja aku sudah tidak tahu."

Rizky tertawa kecil. Ada campuran antara kehangatan dan kedalaman dalam setiap kata yang mereka tukar. Hujan di luar semakin deras, namun di dalam kamar yang remang itu, dua jiwa yang terpisah oleh jarak dan layar ponsel menemukan kehangatan dalam percakapan mereka.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rizky merasa ada secercah harapan dan makna yang hadir dalam hidupnya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, namun satu hal yang pasti, percakapan ini baru saja membuka lembaran baru dalam hidupnya yang selama ini terasa begitu hampa.

---
Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Antara Kata Dan Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang