Misteri Pulau Genvingga

10 1 0
                                    

Setelah beberapa hari menjalin hubungan baik dengan penduduk desa, 48Hogwarts Crew memutuskan untuk mulai menggali lebih dalam tentang sejarah dan rahasia Pulau Genvingga. Mereka merasa ada sesuatu yang tidak beres di balik keramahan warga dan sikap tunduk mereka terhadap Griffyndor Crew. Dengan semangat investigasi yang tinggi dan sedikit humor khas mereka, mereka memulai pencarian kebenaran.

(48Hogwarts Crew berkumpul di sebuah rumah kecil yang mereka jadikan tempat tinggal sementara.)

Christy: (duduk bersila, serius)
"Aku yakin pulau ini menyimpan sesuatu yang lebih besar. Kalian semua pasti juga merasakan ada yang aneh, kan?"

Grace: (mengangguk cepat)
"Iya, kayak ada sesuatu yang disembunyikan warga. Aku nggak bisa berhenti mikirin gua itu. Warga tua bilang ada tempat terlarang."

Marsha: (menyeringai, memutar pisau kecil di tangannya)
"Terlarang? Wah, berarti seru dong kalau kita ke sana. Apa pun yang dilarang biasanya yang paling menarik."

Hillary: (dengan suara lembut, tersenyum)
"Tapi... kita harus hati-hati. Kalau kita terlalu mencolok, orang-orang Griffyndor Crew bisa curiga."

Christy: (menatap Hillary dengan anggukan setuju)
"Kamu benar, Hillary. Kita harus pelan-pelan. Kita tanya dulu ke warga yang kelihatan tahu banyak, seperti kakek tua di pasar."

Grace: (menggaruk kepala, bingung)
"Kakek tua yang mana? Yang jualan pisang atau yang selalu tidur di bawah pohon itu?"

Hillary: (tertawa kecil)
"Keduanya sering tidur, sih..."

Marsha: (menghentikan diskusi dengan nada serius)
"Pokoknya, kita harus bergerak sekarang. Ayo, biar nggak ketahuan Griffyndor."



(Mereka berjalan ke pasar, menemukan seorang kakek tua yang sedang duduk di bangku kayu.)

Grace: (sambil tersenyum ceria)
"Kakek, kami dengar cerita tentang masa lalu pulau ini. Kakek tahu sesuatu?"

Kakek: (menghela napas panjang)
"Ah... masa lalu, ya? Pulau ini dulunya penuh kebahagiaan. Kami hidup damai sampai mereka datang..."

Hillary: (duduk di samping kakek, nada lembut)
"Mereka? Maksudnya siapa, Kek?"

Kakek: (menatap Hillary dengan tatapan penuh makna)
"Griffyndor Crew. Mereka mengambil alih segalanya. Tapi sebelum itu... ada sesuatu yang lebih tua. Sesuatu yang bahkan mereka takuti."

Marsha: (mengangkat alis, penasaran)
"Sesuatu? Maksudnya apa? Jangan bilang ini soal harta karun, Kek."

Kakek: (tertawa kecil)
"Bukan harta karun, Nak. Ini soal kekuatan besar yang tersembunyi di gua terlarang. Orang-orang bilang, siapa pun yang menemukannya bisa mengubah nasib pulau ini."

Christy: (berdiri dengan tangan bersedekap)
"Kekuatan besar? Bisa jadi itu alasan Griffyndor Crew tetap di sini."

Grace: (ekspresi bersemangat)
"Wah, kalau gitu kita harus ke gua itu! Kita harus temukan apa yang mereka takuti."

Kakek: (menggelengkan kepala, khawatir)
"Berhati-hatilah, Nak. Tidak semua rahasia harus diungkap."


(Setelah mendapat petunjuk dari kakek, mereka kembali ke rumah untuk menyusun rencana.)

Christy:
"Kita harus cari tahu lebih banyak sebelum masuk ke gua itu. Kalau ada kekuatan besar, kemungkinan tempat itu dilindungi sihir."

Hillary: (berbisik lembut sambil melihat ke luar jendela)
"Kita juga harus hati-hati. Aku melihat salah satu anak buah Callista mengawasi kita di pasar tadi."

Marsha: (tertawa kecil, santai)
"Tenang aja, Hillary. Kalau mereka nyerang, kita punya sihir dan ototku."

Grace: (tertawa sambil menunjuk Marsha)
"Dan otakmu kosong!"

Marsha: (memutar mata)
"Hahaha, lucu banget, Grace."

Hillary: (tertawa kecil, melirik anak-anak yang bermain di luar)
"Aku akan ke luar sebentar. Anak-anak di sini... mereka seperti tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi."

Christy: (mengangguk)
"Baiklah. Hillary, mainlah dengan anak-anak. Sementara itu, kami akan mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak informasi."


Adegan 4: Hillary dengan Anak-Anak Desa
(Hillary duduk bersama sekelompok anak-anak di bawah pohon besar. Anak-anak tampak tertawa dan bermain dengannya.)

Anak 1: (menunjuk tongkat sihir Hillary)
"Kakak punya tongkat sihir? Bisa bikin sulap?"

Hillary: (tersenyum lembut, menunjuk ke arah daun kering)
"Lihat itu, ya." (Menggunakan sihir kecil, daun kering itu berubah menjadi bunga kecil yang indah.)

Anak-anak: (bersorak gembira)
"Wow! Kakak penyihir hebat!"

Anak 2: (menarik lengan Hillary)
"Kak, kalau ada monster, Kakak bisa lawan mereka kan?"

Hillary: (tertawa pelan)
"Tentu saja. Tapi kalian nggak perlu takut. Kami semua di sini untuk membantu."

(Anak-anak terlihat semakin suka dengan Hillary. Sementara itu, Grace dan Marsha mengintip dari kejauhan.)

Grace: (berbisik ke Marsha)
"Kamu lihat itu? Hillary jadi favorit anak-anak. Mungkin kita harus belajar dari dia."

Marsha: (mencibir)
"Aku nggak punya waktu untuk anak-anak. Tapi kalau mereka mau belajar sihir petir, aku bisa ajarin."

Grace: (tertawa keras)
"Iya, biar nanti desa ini kebakar gara-gara kamu."

The Magic HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang