bagian 07~ running

28 10 1
                                    

Hari ini hari weekend, setelah berpenat ria dengan sekolah, akhirnya hari yang paling dinantikan oleh sejuta umat pun tiba.

Sebagai seorang wanita yang selalu mengutamakan kesehatan. Tentunyaa hari libur ini tidak akan Niskala gunakan untuk hanya sekedar bermalas malasan di tempat tidur. Dengan setelan baju olahraga berwarna merah muda yang melekat di tubuhnya, Niskala siap olahraga pagi ini, walaupun hanya sekedar berjalan mengelilingi komplek tidak masalah baginya, yang penting ia tidak bermalas malasan seperti kaum rebahan pada umumnya.

Niskala berlari kecil keluar komplek menuju sebuah taman kota yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Disitulah tempat berkumpulnya ibu ibu sosialita, para pesepeda, bahkan remaja yang gemar berolahraga sepertinya. Taman itu hanya ramai ketika hari Minggu seperti ini, jika hari hari biasa hanya ada satu sampai tiga orang saja yang berkunjung.

Fokus berlari, Niskala tidak menyadari ada benda besar yang menghalangi langkahnya hingga akhirnya membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah berpasir dan membuat beberapa goresan di kakinya

Goddam it! Umpatnya kesal
Niskala mengibaskan celananya yang terkena pasir, hingga kemudian ada uluran tangan yang ingin membantunya berdiri. Niskala mendongak melihat siapa pemilik tangan itu. Gadis itu melebarkan mata spontan kala mendapati sosok tinggi bernetra biru bening meneduhkan.

"S-sandi," gumam Niskala merasa tidak percaya, bagaimana bisa Bima selalu ada di setiap kejadian yang Niskala alami. Apakah Bima adalah sosok pangeran berkuda putih yang sering Niskala tonton di serial kartunya, ah jangan bercanda. Lupakan khayalan tadi, sekarang Niskala berdiri menarik tangan Bima.

"Lo ngapain disini?" Lagi lagi pertanyaan konyol itu melesat tanpa ijin dari mulut niskala.

"Mau berenang." Jawab Bima asal

Niskala hanya ber oh ria seakan jawaban Bima itu benar adanya.

"Emang dimana kolam renangnya?" Tanyanya polos, pasalnya yang gadis itu tau, taman kota yang ukurannya tidak terlalu besar ini tidak menyediakan fasilitas berupa kolam renang.

Bima memutar bola matanya malas. "Enggak beneran juga kali, gue kesini mau olahraga," balas Bima dengan sedikit kesal

Kini mereka tengah berada di bawah pohon yang rindang

"Kaki Lo aman? Apa perlu gue obatin kayak di UKS kemarin?"

Niskala terkekeh, sedikit geli saat mengingat kejadian itu

"Gue nggak selemah itu, lagian ini juga lecet biasa."

"Gue kesini bawa sepeda, apa elo mau main sepeda bareng gue?"

"Elo enggak akan bikin gue jatuh untuk kedua kalinya kan?"

"Mana mungkin gue tega bikin cewe secantik elo terluka"

Astaga, kenapa Bima suka sekali membuat pipi Niskala merona

"Buruan naik!" Perintah Bima yang sudah bertengger di atas sepedanya.

Niskala memandangi sepeda itu, bagian belakangnya ada tempat untuk menginjak

Apa ia akan aman berdiri disitu? Fikirnya sejenak

"Ayo, enggak usah takut! Pegangan ke bahu gue!"

Niskala tidak menjawab, dengan perasaan ragu ia menyentuh bahu Bima yang terbalut hodie putih dan berdiri di pijakan. Selanjutnya Bima menggoes sepeda mengelilingi taman dengan santai.

Dengan jarak yang sedekat ini membuat keduanya merasa agak canggung. Tidak ada yang angkat suara dari keduanya, hingga akhirnya keheningan itu terpecahkan oleh suara Bima yang memulai percakapan, Bima bercerita tentang kehidupannya di jakarta, sekolahnya bahkan bagaimana Alexa yang selalu mengejar ngejarnya.

Sandikala (Senja Yang Hirap Dari Cakrawala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang