02. Ordered

22 5 2
                                    

Keesokan harinya.

Kantin tutup entah kenapa. Para murid pun mulai mencari warung warung terdekat.

Tidak untuk Chenle. Dia lebih memilih untuk duduk di kursi nya. daripada harus mengalami kejadian yang seperti kemarin.

Otaknya semakin berfikir bahwa sekolah disini tidak ada bedanya dengan sekolah nya yang dulu.

Atau mungkin lebih parah yang sekarang?

Dan disisi lain, tepatnya di belakang sekolah. Jeno dan geng nya tengah duduk santai. Mereka kesal karena kantin di tutup. Mau ke warung tapi males. Jauh soalnya.

"Pen ngunyah sesuatu nih gue" Haechan memecah keheningan. Lantas matanya menatap sekitar dan berhenti tepat pada sebuah pohon mangga milik warga di luar pagar sekolah.

"Nyuri mangga yuk" ajak Haechan.

"Gak mau ah, ntar ketahuan" balas Renjun.

Haechan nampak berfikir. "Gimana kalo kita suruh aja tu anak cupu?"

Jeno mengangguk. "Ide bagus, yuk lah"

Mereka pun pergi dari sana untuk menuju kelas.

































Brak!

Chenle yang awalnya adem ayem pun dibuat kaget oleh gebrakan meja. Seperti kemarin, dua orang cowo di depan dan di samping kanan nya.

"Ada apa ya, kak?" Tanyanya ragu.

"Lo kan udah masuk ke geng kita nieh, masa gak mo bareng kita?" Kata Jaemin memulai rencana nya.

"Mau ikut kita gak?"

"Emmm kemana?"

"Udahh, ikott aja yok" Jeno pun menarik lengan Chenle keluar kelas di susul oleh yang lain.

Chenle sendiri bingung. Mereka bener bener nganggep Chenle temen apa cuman mau manfaatin nieh?

Chenle melihat sekitar. Dia belum pernah ke tempat ini sebelum nya. Kepalanya menoleh ke samping, disana ada gedung sekolah yang membelakangi nya. dan sekarang dia yakin bahwa kini dirinya dibawa ke belakang sekolah.

Mereka pun berhenti di sebuah tangga yang terbuat dari bambu. Terlihat masih kokoh.

"Kita mo minta mangga, lo naik duluan, ntar kita nyusul" suruh Haechan.

Minta mangga ga tuh.

"T-tapi kak, Chenle takut..." Lirinya jujur.

"Ahh udah sana naik, gue pegang nih biar gak goyang" tangan Jaemin mencengkram erat samping tangga nya.

"Gamau" Chenle menunduk.

Satu detik setelah nya, kerah baru Chenle di tarik. Dia ketakutan, di tambah sorot mata Haechan yang menajam.

"Lo udah masuk ke geng kita, lo seharusnya mau, anj!" Umpatnya penuh amarah.

Yang lain tak ada niatan untuk memisahkan. Mereka seakan setuju dengan perlakuan Haechan.

Padahal Chenle gak minta buat masuk ke geng nya batin Chenle.

Tangan nya masih berusaha melepaskan tangan Haechan dari kerahnya.

"Turuti kemauan kita kalo lo gak mau kesakitan" Haechan melepas tangan nya.

Baju Chenle terlihat sedikit kusut. Karena tak ingin brandal di depannya itu marah lagi. Dengan terpaksa Chenle pun menaiki satu persatu anak tangga.

'✓Pleace, Stop [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang