Gelap di langit Seoul terlihat semakin menghitam. Sinar bulan yang tadi ada, kini sudah menghilang ditelan awan. Perlahan butiran-butiran air mulai jatuh membasahi lantai yang dipijaknya.
Huang Zitao meniupkan asap rokoknya dengan santai. Pria 37 tahun itu menunggu dengan tenang, sama sekali tidak terganggu dengan suara jerit dan gaduh yang terjadi di dalam sana. Ia menghentak- hentakkan sepatunya yang hampir basah oleh cipratan air hujan. Puntung rokok yang tinggal setengah ia jentikkan sampai terlempar ke genangan air.
"Sudah beres, bos."
Zitao beranjak dari dudukannya, ia mengeratkan coat panjangnya sebelum berkata, "Bersihkan semua kekacauan tanpa satu bekas pun tertinggal."
"Baik, bos."
Setelah melihat semua bawahannya mulai bergegas, Zitao memilih untuk melangkah pergi meninggalkan mereka. Berjalan menyusuri lorong becek dan berbau tidak sedap. Mobil hitam di seberang sana adalah tujuannya. Malam ini sungguh melelahkan, ia ingin segera kembali ke kediamannya untuk mengistirahatkan tubuh.
Langkah kaki jenjangnya terhenti tepat di persimpangan jalan. Kepalanya menoleh pada kardus yang ditutupi oleh payung berwarna kuning di sudut gedung kumuh. Ada suara tangis bayi yang terdengar dari sana.
Dia mengedarkan pandangannya, melihat apakah ada manusia lain di tempat itu. Tapi nihil. Jam tiga dini hari, tentu sudah tidak ada siapapun yang berkeliaran di waktu begini.
Zitao menyapu bibirnya dengan lidah, ia menunduk sebentar sebelum memutuskan untuk menyebrang menghampiri mobilnya. Tangis bayi itu bukan urusannya.
Setelah mesin dihidupkan, Zitao sempat melirik sekali lagi pada payung kuning di sudut gedung yang sunyi. Ia menghela napas sebelum menginjak pedal gas dan berlalu pergi.
Kehidupannya sudah berat. Pekerjaannya bukanlah pekerjaan yang bersih. Membawa anak itu ke kehidupannya, sama saja dengan membawanya ke jurang kegelapan.
Butiran rintik hujan terlihat semakin kasar membasahi kaca depan mobilnya. Pijakannya pada pedal gas semakin meninggi seiring dengan derasnya hujan yang kembali membanjiri bumi.
"Sial." makinya kuat. Setelah menginjak rem, ia memukul stir mobilnya beberapa kali sebelum akhirnya memutar arah untuk kembali ke tempatnya tadi.
Dia turun dan menghampiri kardus berpayung kuning. Seperti dugaannya, ada bayi mungil yang tengah menangis di dalam kardus itu.
"Apa kau kedinginan?" tanya Zitao sembari mengangkat kardus itu lalu memasukkannya ke dalam mobil.
Tanpa berpikir dua kali, ia langsung membawa bayi malang itu ke kediamannya. Merawat dan membesarkan anak tersebut seperti yang dia inginkan.
Mungkin nanti anak itu bisa jadi penerusnya.
:
:
:LEE JENO
Alpha Dominan
26 Tahun"Jangan pernah berpikir jika aku akan menyukaimu. Kalian hanya sekumpulan sampah yang tidak pantas untuk disukai."
HUANG RENJUN
Omega
24 Tahun"Aku menyukai feromonmu. Kenapa kita tidak melakukan Mating saja."
NA JAEMIN
Beta
24 Tahun"Aku tidak bisa bersamamu karena aku sudah menyukai orang lain."
HUANG JAEHYUN
Alpha Dominan
30 Tahun"Kau milikku. Sampai kapanpun tubuhmu ini adalah milikku."
See You
therlhaluw
[Istri Sah Gaara]
20-11-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETEST HELL [NOREN]
FanfictionWARNING : BxB, YAOI, ABO JENO x RENJUN ========================== Renjun hanya ingin hidup normal. Tidak lagi berurusan dengan dunia yang kejamnya seperti neraka. Sudah lama ia menunggu kehadiran seseorang yang bisa membawanya keluar dari kehidupann...