Vote kalau bisa tembus 50 an + komen 20 an dalam waktu satu minggu, aku bakal langsung triple up pas malam Minggu.
Kalau gabisa gapapa si, cuma mencoba challenge dikit aja(◔‿◔)• • • • •
Pertengkaran memang hal yang biasa di setiap persaudaraan, apalagi jika masih di umur anak-anak yang hanya mengerti cara bermain.
Mereka belajar cara menyayangi satu sama lain dari pertengkaran kecil yang ada di antara mereka.
"Galin jeyek, nanican, jeyek!"
(Garin jelek, nangisan, jelek!)Elya kembali menghujani makian kepada Garin yang ada di gendongan Key. Mendengar makian dari Elya yang menusuk ulu hatinya.
Garin yang memang awalnya sudah ingin menangis, tentu saja langsung mengeluarkan jerit tangisnya dengan keras.
Key dengan sigap langsung menenangkan Garin dengan membawanya pergi menjauh dari ruang tamu. Caine pun juga melakukan tugasnya, mengomeli duo balita itu.
Souta ia beri ke gendongan Krow yang paling dekat dengan Caine, ia pun segera menarik dua balita itu untuk naik ke gendongan nya.
"Mi!"
(Mami)Elya yang terkejut karna tubuhnya melayang, segera memeluk Caine dengan erat. Takut-takut jika dirinya jatuh ke lantai yang dingin.
"Kennapyaa mamii?" Jaki menatap Caine dengan raut bertanya nya yang imut, si kecil itu menaruh jari telunjuk nya di dagu dengan memberikan raut yang bertanya yang amat sangat imut.
Raut yang mampu membuat Caine tidak dapat memarahi anak kecil ini.
"Jaki sama Elya gaboleh nakal begitu ..." Ujar mami dengan nada yang sangat lembut.
Elya yang mendengar sang mami mulai mengomel, memilin jari-jemari kecilnya dengan canggung. Sedangkan Jaki sendiri, anak itu malah masih mencoba membuat Caine tidak memarahi nya.
Jaki kecil masih mempertahankan raut wajahnya yang imut, dan bahkan semakin imut rautnya itu. Serangan yang sangat mampu membuat seorang Caine tidak mengomeli keduanya.
"Jek ma El nda nakayy ko mi."
(Jaki sama Elya ga nakal kok mi)Jaki memandang kedua bola mata milik sang mami dengan tatapan anak kucing yang lucu, yang mana mampu membuat sang mami menutup mata nya menahan diri untuk tidak mengigit pipi Jaki.
"Sini Caine, biar aku aja." Suara dari Rion terdengar nyaring di ruang tamu.
Suara yang mampu membuat semua orang menoleh, dan mampu membuat suasana yang semula hangat menjadi dingin seperti di kutub Utara.
Jaki yang awalnya memberi raut wajah imut, mulai mengganti menjadi raut wajah ketakutan yang kentara. Ia memeluk Caine dengan erat, merasa tak mau lepas dari Caine.
Elya sendiri yang sedari awal sudah menunduk ketakutan, semakin merasa merinding karna perubahan hawa yang diberikan dari Rion.
Rion terlihat mendekati tempat dimana Caine berdiri. Gin dan Krow yang melihat bahaya datang menghampiri kedua adik balita nya, hanya terdiam tak berani saling mengobrol.
Untungnya Souta sudah tertidur lelap, sehingga anak bayi itu tak menangis saat merasakan aura mencekam yang ada di ruang tamu.
"Anak nakal kayak kalian tu perlu omelan papi daripada omelan mami." Dengan gerakan cepat, tubuh Jaki dan Elya sudah berpindah tempat dari Caine ke Rion.
Rion yang sudah mendapatkan anak balitanya, segera bergegas pergi ke ruang belakang, yang ada dibelakang dapur.
Caine sendiri hanya terdiam ditempatnya, merasa linglung karna kecepatan Rion yang mengambil kedua anaknya.
"Duh ... Kasian deh mereka." Gin menyeletuk.
Krow yang mendengar itu segera menolehkan kepalanya menatap Gin yang menunjukkan raut kasian.
"Kenapa?"
Gin menoleh mendengar pertanyaan yang dilontarkan Krow kepada dirinya, ia pun menaruh tangannya ke pundak Krow.
"Meski papi keliatan kek orang ga bener, dia kalo ngomel bisa bikin semua gunung meletus Krow." Jawab Gin dengan senyuman terpaksa nya.
• • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua lantai
Short StoryRumah yang ada di pinggir pantai dengan dua lantai akan terlihat sepi jika dari luar, namun saat kalian masuk ke dalam. Kalian akan disambut dengan segala bentuk tingkah absurd, nan menjengkelkan dari anak-anak Rion Kenzo. Rumah mereka akan terlihat...