Perkataan nenek Freya sungguh menambah beban pikiran Marsha. Dia yang sejatinya belum pernah merasakan cinta tentu bingung dan tidak mengerti apa pun.
Maka Ashel lah yang dapat membantunya.
Mereka berdua duduk bersebrangan di meja kantin kantor saat jam makan siang datang. Freya tidak datang, memang sengaja Marsha lakukan sebab gadis itu lah yang akan menjadi topik pembicaraan.
“Tumben kamu ngajak aku kesini, Sha. Si cewek cebol kamu kemana? Gak kamu ajak sekalian?” Ashel baru mendaratkan pantat dari kembalinya mengambil nampan makan siang mereka.
“Freya sengaja gak kusuruh datang”
“Kenapa?”
“Karena aku mau ngomong soal dia ke kamu.”
Ashel menghentikan suapan pertamanya demi memastikan ulang apa yang dia dengar barusan itu benar.
Marsha mengangguk. “Aku tahu ini dadakan, tapi aku perlu ngomongin ini sama kamu”
“Ya ngomong aja. Aku siap dengerin.”
“Kamu percaya cinta pandangan pertama?”
“Oke, stop. Aku paham” Ashel menegak air putihnya sebelum melanjutkan bicara.
“Tapi aku belum ngomong” sahut Marsha heran.
“Udah kelihatan dari muka kamu,” lanjut Ashel. “Kamu mau tanya soal perasaan ragu kamu ke Freya, kan? Itu udah kelihatan banget di mata kamu. Tapi sebelum lanjut, aku mau tanya sedikit”
“Tentang apa?”
“Tentang pembahasan kita. Sifat kamu yang bodoh amat itu gak mencerminkan kondisi kamu sekarang, Marsha. Aku cuma pengen tahu apa yang ngebuat kamu punya dorongan untuk bicarain ini ke aku”
Ah, Ashel… Marsha sepertinya konsultasi ke orang yang tepat.
“Minggu lalu aku ngaterin Freya pulang”
“Terus?”
“Sekalian nginap juga”
Ashel diam, menekuri wajah Marsha di depannya. “Terus, kalian berdua ngapain aja pas tidur satu ranjang?”
Sontak, kedua mata Marsha membola. “Kok kamu tahu aku tidur satu ranjang sama dia?”
“Oh, jadi bener, ya?” Ashel mengendikan bahu. “Aku cuma mancing kamu aja sih, ternyata kepancing beneran. Terus, apa lagi setelah itu?”
Marsha menggigit bibir bawahnya. Ashel memang benar-benar.
“Aku juga ikut sarapan di rumah dia”
“Bukan itu maksudku” Ashel menyela. “Yang kalian lakuin pas di ranjang. Ada sesuatu yang intim terjadi?”
“Kamu ngomong apa sih, Shel? Ya gak ada lah. Jangan ngaco!”
“Fix. Kalian pasti ngelakuin sesuatu. Atau kamu yang ngelakuin sesuatu? Omong-omong, kamu gampang banget dipancing ya, Sha”
Shit! Lama-lama ini terasa menyebalkan.
Marsha melarikan diri dari lirikan mata Ashel yang seolah sedang mengulik dirinya.
“Aku gak ngelakuin apapun”
Ashel mengangguk. “Kalau gak ngapa-ngapain, kenapa jawabnya ragu? Ayolah, Sha, jangan kamu tutupi. Jujur aja sama aku, kita udah jadi patner kerja bertahun-tahun”
Marsha menghela ringan.
“Oke. Tapi… maksud dari perkataan kamu itu yang gimana?”
“Yang gimana gimana?”