A night full of traps that I willingly set for you
Dengan gerakan pasti, Max naik ke ranjang, tubuhnya menjulang di atas Vanesha. Matanya berkilat penuh nafsu saat ia menyodorkan jari-jarinya yang licin, siap menjelajahi vagina Vanesha. Wanita itu menyambutnya dengan tatapan penuh harap, matanya terpejam erat, bibirnya membentuk lengkungan sensual.
Jari-jari Max mulai menjelajahi permukaan kulit Vanesha yang hangat dan lembut. Sentuhannya lembut namun tegas, membangkitkan sensasi yang tak terlupakan. Setiap usapan di klitorisnya adalah sebuah ledakan yang mengguncang tubuhnya. Vanesha merintih, tubuhnya melengkung mengikuti ritme sentuhan Max.
"Ah Max." Vanesha mengerang, tidak dapat menyembunyikan kenikmatannya atas usapan jari menggoda Max di klitorisnya, bergerak perlahan namun dalam di antara bibir vaginanya yang mulai basah karena pelumas dari jari Max.
"Katakan Vanesha, kau menginginkan ini begitu dalam," ucap Max tanpa menambah atau mengurangi usapan jarinya di bibir vagina Vanesha yang sudah sangat basah.
"I want this so bad Max, I want this so bad."
Jawaban Vanesha seketika membuat bibir Max terangkat membentuk seringaian licik. Matanya yang tajam berkilat penuh keyakinan saat ia mendekatkan wajahnya ke arah Vanesha, suara baritonnya berbisik di antara mereka.
“Kau pikir aku tak tahu bahwa ini semua hanyalah permainanmu?” gumamnya rendah, hampir seperti desisan ular yang mengancam. Vanesha terkejut, kelopak matanya terbuka lebar, menatap pria di depannya dengan ekspresi yang seolah tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.
Max memiringkan kepalanya sedikit, memperhatikan reaksi Vanesha dengan intensitas yang menusuk, seolah mencoba membaca pikiran yang berputar di balik matanya. “Kau sudah berdiskusi dengan adikmu dan teman-temannya,” lanjut Max, senyuman tipisnya melebar, “dan memutuskan untuk menjebakku agar aku menghabiskan malam ini bersamamu, sementara mereka mulai menjalankan rencana kecil mereka. Merusak beberapa hal sebagai gangguan, membuka jalan bagi pertarungan yang akan menanti kru FBI-mu saat mereka datang.”
Ia menekankan kata-katanya dengan ketegasan yang membuat dada Vanesha berdebar keras, tiap helaan napasnya terasa lebih berat seiring dengan kata-kata Max yang semakin tajam. “Oh, Vanesha,” lanjutnya, suaranya penuh nada mengejek yang menggetarkan saraf-sarafnya, “benar-benar mengagumkan bahwa kau berpikir bisa mempermainkanku begitu saja.”
Vanesha tidak langsung menjawab, wanita itu mencoba mencari kata-kata yang tepat, tetapi jari-jari Max yang mulai memasuki rongga vaginanya membuat wanita itu mulai kehilangan pertahanannya.
Pikirannya kacau. Ia ingin menolak, ingin menghentikan semuanya. Namun, sentuhan Max yang semakin dalam dan mendesak membuatnya ragu. Jari-jari itu seperti mantra yang melumpuhkan keinginannya untuk melawan. Setiap desakan adalah godaan yang sulit ditolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Peak
Mistero / ThrillerValda Carlyle dan teman-temannya berkemah di puncak Gunung Yves, tempat indah yang ternyata menyimpan kengerian. Satu demi satu temannya menghilang, dan Valda mendapati dirinya terjebak dalam permainan mematikan yang dirancang oleh seorang pembunuh...