Chapter 3 : Bab 2: Bangkitnya Hansel

1 0 0
                                    

Suara dentingan logam kembali terdengar, tapi kali ini lebih halus. Hansel dan Mia bersembunyi di balik reruntuhan, tubuh mereka tegang. Napas Mia masih terengah-engah, sedangkan Hansel hanya diam, matanya tajam seperti sedang menghitung setiap detik. Suara itu semakin dekat, lalu berhenti. Suasana menjadi hening seperti sebelum badai.

Lalu, suara itu terdengar: bukan suara ledakan atau tembakan, melainkan suara bicara.
Bahasa aneh, terdistorsi seperti bunyi logam bergesekan, bergema di udara.
"//RELINK: Mother. Unit A-01. Prioritize termination protocol. Reaffirm target: Organic Anomaly Detected//"

Mia membelalak. "Dia ngomong! Hansel... dia... dia ngomong ke Mother!" bisiknya, nadanya setengah ketakutan, setengah terkejut.

Hansel mengerutkan kening, wajahnya mendadak serius. "Sial... ini lebih buruk dari yang gue kira."

Tubuh besar Droid Type A yang kokoh dan menakutkan itu tiba-tiba mulai bergetar. Lapisan armor hitam legamnya retak, satu per satu bagian logamnya terlepas, seperti kelopak bunga yang gugur. Di bawahnya, sesuatu yang jauh lebih ramping, lebih anggun, muncul—sesosok wanita dengan tubuh sempurna, kulit sintetis putih pucat yang terlihat terlalu manusiawi, dengan mata merah menyala dan rambut perak yang berkilauan. Ia berdiri dengan anggun di antara puing-puing, mengenakan semacam baju perang yang futuristik. Wajahnya cantik, tetapi dingin dan tanpa emosi.

Mia menatap pemandangan itu dengan mulut terbuka. "Hansel... itu... itu Droid Type A?"

Hansel mengangguk pelan, suaranya dalam dan serius. "Itu bukan Droid Type A biasa. Itu A-01. Sang prototipe. Yang pertama... dan yang paling mematikan."

Mia merasa tubuhnya gemetar. "Lo serius? Jadi rumor itu bener? Droid Type A bisa punya wujud manusia?"

Hansel berbalik ke Mia, ekspresi wajahnya keras. "Denger, Mia. Gue nggak punya waktu buat jelasin semuanya. Lo harus pergi sekarang. Ini bukan tipe Droid yang bisa kita lariin begitu aja. Dia nggak bakal berhenti sampai targetnya mati."

"Tapi lo mau ngapain?" tanya Mia, suaranya bergetar. "Lo mau ngelawan dia? Lo sendiri bilang dia mematikan! Lo bakal mati, Hansel!"

Hansel meraih bahu Mia, mengguncangnya pelan agar fokus. "Gue nggak punya pilihan. Kalau kita kabur bareng, dia bakal ngejar kita berdua. Tapi kalau gue hadapin dia sekarang, lo punya waktu buat pergi. Denger, Mia—lo harus lari, dan jangan pernah cerita ke siapa pun soal apa yang lo lihat di sini. Ngerti?!"

Mia menggelengkan kepala dengan panik. "Gue nggak mau ninggalin lo, Hansel! Lo nggak bakal bisa ngelawan dia sendirian!"

Hansel menatapnya dalam-dalam, matanya penuh dengan sesuatu yang belum pernah Mia lihat sebelumnya—ketenangan seorang prajurit yang siap mati. "Mia, percaya sama gue. Ini bukan pertama kalinya gue ngelawan monster kayak dia."

Mia masih terdiam, tapi sebelum ia bisa membalas, Hansel menekan sesuatu di lengannya. Sebuah panel kecil terbuka di jaket lusuhnya, menampilkan layar hologram dengan kode-kode kuno yang langsung menyala. Tubuh Hansel mendadak bergetar pelan, dan Mia hanya bisa menatap dengan terkejut ketika warna mata Hansel berubah menjadi biru terang, seperti aliran listrik yang menyala di dalamnya.

"ACTIVATING: Combat Mode – Gastra Protocols."

Armor hitam dengan pola biru perlahan muncul di tubuh Hansel, seperti tumbuh dari kulitnya sendiri. Jaket lusuh dan pakaiannya terserap oleh lapisan armor itu. Tubuhnya kini tampak lebih besar dan kokoh, tetapi tetap gesit. Sebuah logo kecil di bahu kirinya menyala—lambang pasukan pembebasan perang Gastra.

Mia terperangah. "Apa-apaan... Hansel, lo siapa sebenarnya?"

Hansel menatapnya sekilas, lalu tersenyum kecil. "Hanya seorang pemulung yang mencoba bertahan hidup." Ia berbalik menuju Droid A-01 yang kini berdiri tenang, menatap mereka seperti predator yang mengamati mangsanya.

"Mia, lari sekarang!" teriak Hansel tanpa menoleh.

Mia akhirnya memutuskan untuk mematuhi. Dengan air mata yang menggenang, ia berlari menjauh, sementara Hansel mulai melangkah keluar dari persembunyian.

Droid A-01 menatap Hansel dengan tatapan dingin dan analitis. Ia berbicara dengan suaranya yang metalik namun memiliki nada yang halus, seperti wanita yang sedang berbicara serius.
"You... are an anomaly. Organic, yet enhanced. Are you... from the Gastra Wars?"

Hansel menghela napas, menatap wanita itu dengan tatapan dingin. "Kau bahkan masih mengingat perang itu? Seharusnya kau dan Mother sudah terkubur di sejarah."

Droid itu sedikit memiringkan kepalanya, seperti sedang mempelajari Hansel. "Humans... are predictable. You survive by clinging to the past. But your time is over."

Hansel menyeringai. "Ya? Kalau begitu buktikan."

Dengan sebuah gerakan halus, Droid A-01 memanggil senjatanya. Sebuah tombak hitam besar muncul dari udara, memadat di tangannya dengan cahaya merah berdenyut di sepanjang bilahnya. Hansel merespons dengan menarik sesuatu dari punggungnya—sebuah pedang katana berwarna hitam pekat dengan pola biru menyala di sepanjang bilahnya. Pedang itu terlihat ringan, tetapi memancarkan aura mematikan.

"Ayo kita selesaikan ini," gumam Hansel, suaranya lebih rendah dari biasanya.

Pertarungan dimulai dalam sekejap. Droid A-01 melesat seperti bayangan, tombaknya bergerak cepat untuk menebas Hansel. Hansel memutar tubuhnya ke samping, menghindar dengan gesit. Dentang logam terdengar keras ketika Hansel menangkis serangan berikutnya dengan katananya, percikan energi biru dan merah berhamburan di udara.

"You are faster than I calculated," ujar A-01, suaranya tetap tenang.

Hansel melompat mundur, mengayunkan pedangnya untuk menyerang. Serangannya cepat, berputar seperti angin topan, tetapi Droid A-01 berhasil menangkisnya dengan tombaknya. Kedua senjata itu terkunci, menciptakan medan energi yang bergetar di sekitar mereka.

"Aku lebih dari sekadar kalkulasi, sayang," kata Hansel dengan nada mengejek, meskipun tatapannya tetap fokus.

Droid itu tak terpengaruh oleh ejekan Hansel. Ia melompat mundur, tombaknya berputar cepat sebelum ia melesat maju lagi dengan gerakan yang hampir tak terlihat. Hansel berhasil menghindar, tetapi serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan puing di belakangnya.

Hansel membalas dengan serangan cepat, pedangnya berayun rendah, mencoba mengenai kaki Droid itu. Namun, A-01 melompat dengan anggun, menghindari serangan itu dan memutar tubuhnya untuk menebas dari atas. Hansel hanya punya waktu sepersekian detik untuk mengangkat katananya, menahan serangan itu tepat di atas kepalanya.

Mereka terus bertarung, masing-masing bergerak seperti kilat, menghancurkan reruntuhan di sekitar mereka. Hansel berkeringat, tubuhnya sudah mulai terasa berat meskipun nano machine di dalamnya bekerja keras untuk mempertahankan performanya. Tapi ia tahu satu hal: ia tidak boleh kalah. Jika ia kalah, Mia tidak akan selamat.

"Hei," kata Hansel di sela-sela napasnya yang berat, "kau ini tipe A-01, kan? Harusnya kau jadi pemimpin para Droid, bukan berburu pemulung."

Droid itu menatapnya tajam. "You are the remnant of humanity's defiance. Eliminating you is my priority."

Hansel tersenyum kecil. "Kalau begitu, ayo selesaikan ini."

Ia menggenggam pedangnya lebih erat, bersiap untuk memberikan segalanya dalam serangan berikutnya. Dan dengan satu gerakan kilat, ia melesat maju, memulai babak terakhir pertarungan yang akan menentukan nasib mereka berdua.

MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang