27

14 2 0
                                    

"..... Dia tidak akan bisa menggantikan tempat Deborah Benneth ....."

"..... Kau telah berjanji kepada laki-laki itu dengan sumpah seluruh hidupmu ....."

"..... Tempat Deborah tidak akan pernah bisa digantikan, ingatlah itu Artista ....."

"..."

"..... Renungkan .....

Lalu suara itu tidak muncul, semua kata-kata selanjutnya menghilang.

Ed mengepalkan salah satu tangannya di bawah dan tidak akan membiarkan wanita tak perdaya yang berada di atas tempat tidurnya menghilang kedua kalinya. Ed memutari kepalanya dan menatap kepada wanita di atas tempat tidurnya.

"Sialan."

Leja ingin membuka matanya tapi merasakan saat ini bukan waktunya ketika ia menyadari dalam ruangan ini bukan hanya satu laki-laki di sini tapi dua laki-laki. Setelah mendengar pembicaraan dua laki-laki itu, hatinya semakin kecil dan merasakan ketidakpantasan untuk ada di sini.

Tiba-tiba Leja teringat sebuah pembicaraan afirmasi ketika ia tidak berdaya atas kesalahannya di meja operasi yang telah gagal menyelamatkan pasiennya. Ia pikir metode itu sudah benar dan tepat. Beberapa dokter seniornya dari kampus Perancis beberapa kali memakai metode sama itu.

"Asia, kau tahu hidup ini tidak berputar pada satu orang saja atau satu tempat-"

"Ya kau benar, hidup ini tidak berputar kepada satu orang."

"Lalu kenapa kau sentimental sekali terhadap masalah ini?"

Leja mengangkat kepala dan kepada pria di hadapannya. "Aku mengulang kesalahan yang sama, Jashen."

Jashen sedang tersenyum tipis, menghela napas pendek. Pria itu kemudian duduk di lantai sebelah Leka dan menyadari ke dinding. Pria itu berkata kemudian, "Kesalahan adalah pembelajaran."

"Aku tahu. Mengulangi kesalahan kedua adalah kebodohan."

"Hm."

"..."

"Baiklah kebodohan-mari kita jadikan itu sebagai pengalaman untuk tumbuh. Kebodohan kau lakukan adalah pengalaman menumbuhkan kemampuanmu."

"..."

"Setiap dokter mempunyai pengalaman seperti kau alami, Asia-mereka tidak berhasil di meja operasi akan tetap bangkit, memperbaiki kesalahan yang terjadi, ambisi adalah kunci mereka untuk tidak menyerah-mereka adalah orang-orang dengan pengalaman menumbuhkan kemampuan."

"..."

"Ayolah Cintaku, sampai kapan kau seperti anjing malang di sini?" Jashen tiba-tiba mencubit pelan pipi Asia sambil memberikan senyuman menyenangkan. "Anak-anak dalam perutku kelaparan, Cinta."

Asia menghela napas panjang dan membuangnya dan menatap kepada Jashen. "Lalu kenapa kau tidak menyalakan lampu dan memilih bergabung di sini di dapur denganku?"

"Aku terlalu mengkhawatirkanmu. Ponselku kau tahu terus berdering. Ibu menanyakanmu setiap detik ketika mendengar kabar tidak baik tentangmu."

"Prof Marissa meneleponmu?"

Jashen mengangguk.

"Boleh periksa lagi ponselmu? Aku khawatir Prof Marissa akan kemari. Mentalku belum siap."

"Ibu tidak akan datang, Asia. Aku sudah memberikan alasan bagus kepada dia."

"Alasan? Kau memberikan alasan apa Jashen?! Terakhir kali aku mengalami keburukan seperti ini-kau memberikan alasan kita akan bercinta sampai aku klimaks pagi hari? Alasanmu terdengar bodoh, Jashen!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Promise of Outstanding | Novella #5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang