22. Guilt
Darcy mengacak-acak rambutnya, ia menatap tak percaya ke arah Dalton.
"Ku pikir GOT-23 itu project lama yang memang sudah selesai, ku kira hasil akhir GOT-23 itu sudah kau pertimbangkan dengan baik risikonya, tapi ternyata tidak?" Darcy mengibas-ngibaskan tangannya, "Kau menjual GOT-23 besar-besaran kepada banyak orang padahal GOT-23 belum benar-benar sempurna?"
Dalton berjalan gelisah, keringat sebesar biji jagung membasahi dahinya, panik menyelimuti Dalton sejak Jane mimisan dan kehilangan kesadarannya.
Meski Darcy sudah memeriksa keadaan Jane dengan alat seadanya, Jane masih belum sadar, terbaring di ranjang mereka dengan gaun yang telah dilepaskan dari tubuhnya agar Jane bisa bernafas lebih baik.
"Obatnya sudah sempurna, seharusnya sudah sempurna, pengujian terakhir hasilnya menunjukkan hasil yang sempurna!" Teriak Dalton kesal, ia tidak peduli suaranya menggelegar, melihat Jane tak sadarkan diri di atas ranjangnya membuat Dalton tak bisa berpikir jernih.
"Apa kau pikir membuat obat itu memerlukan pengujian panjang dan melihat bagaimana reaksi pengkonsumsi dalam waktu panjang sebelum diedarkan? Tidak! Saat melakukan tes semuanya diperhitungkan, risikonya diperhitungkan saat itu juga bukan menunggu bertahun-tahun kemudian untuk melihat reaksinya karena kalau seperti itu sistemnya kapan obat akan selesai dan diedarkan?"
Darcy memperhatikan Dalton yang kacau, yang berdiri menjulang di hadapannya menjelaskan soal apa yang bukan bagian keahlian Darcy selama ini, soal obat-obatan dan proses penemuannya.
"Kau tahu Thalidomide? Obat yang diedarkan untuk mengobati morning sickness dan insomnia pada wanita hamil pada tahun 1960 namun efek sampingnya baru diketahui ketika para bayi dari wanita hamil yang mengkonsumsi obat tersebut terlahir dengan kelainan, ribuan bayi terlahir dengan kelainan, itu diluar prediksi, diluar perkiraan, seperti GOT-23, seharusnya tidak seperti ini." Racau Dalton lagi.
"Tentu aku tahu itu, obatnya masih terpakai sampai sekarang meski hanya digunakan untuk pengobatan kanker bukan lagi untuk Ibu hamil." gumam Darcy pelan.
Dalton tak berhenti bergerak gelisah, rambut blonde-nya yang sebelumnya tersisir rapih ke belakang dengan gel rambut kini berantakan karena ia remas, dasinya terlepas ke lantai bersama dengan jas miliknya, kancing kerah kemejanya terlepas.
Pesta yang Dalton adakan, yang seharusnya jadi hari bahagia, momen Dalton memamerkan istrinya, justru jadi momen mimpi buruk bagi Dalton.
Dalton menghampiri Sebastian yang sejak tadi berada di sudut ruangan menatap khawatir ke arah Dalton dan Darcy yang sempat berdebat.
"Apa mereka mengatakan padamu bagaimana proses kematian para subject test?" Tanya Dalton tidak sabaran terhadap Sebastian.
"Berdasarkan komplain dari mantan subject test yang telah dilelang, mereka mengalami sakit kepala luar biasa, mimisan, kejang dan kehilangan kesadaran sebelum akhirnya berhenti bernafas, tidak ada tanda-tanda khusus sebelumnya, mereka mati mendadak sesaat sakit kepala, mimisan dan kejang itu berlangsung." Jelas Sebastian pada Dalton.
"Mereka tewas mendadak karena mereka mengkonsumsi GOT-23 dalam jumlah besar, mereka telah mengkonsumsi GOT-23 berkali-kali saat menjadi subject testmu, kau bilang kau melakukan test selama setahun, kau memberikan mereka GOT-23 dalam jumlah yang tidak sedikit, jika satu saja bisa membuat Jane mimisan dan kehilangan kesadaran jelas saja dalam jumlah banyak mengakibatkan kematian mendadak. Bagaimana dengan yang bukan subject test-mu, yang hanya mengkonsumsi GOT-23 saat pertama kali diedarkan?"
"Kita tidak bisa menanyakannya kepada Judas meski dia yang menggunakan obat itu pertama kali, korban yang ia berikan obat itu jelas sudah tidak bernafas karena dia menggunakannya bukan untuk perempuan, bukan untuk membuat mereka menurut di ranjang tapi Judas menggunakannya pada lawan membuat mereka tersiksa untuk diinterogasi sebelum dibunuh." Jelas Dalton, namun kemudian pupil mata Dalton melebar karena ia teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHATTERED
RomanceDalton Ludovic Konstantine bertemu kembali dengan cinta pertamanya semasa SMA yaitu Jane Austyn yang sekarang bekerja sebagai petinju dengan nama samaran Rabbit Punch. Dalton dibuat bingung namun juga terpesona untuk ke sekian kalinya oleh Jane saat...