25. Duapuluh Lima

648 151 25
                                    

Kejadian horor yang pertama kali dialami sepasang suami istri itu membuat Juna trauma. Dia masih berpikir apa salah yang telah ia perbuat. Seingatnya, Juna tak pernah menyenggol dimensi lain apalagi menantang mereka.

Oleh sebab itu, Juna mengundang banyak pemuka agama serta mengadakan pengajian di Malang. Seminggu berturut-turut mengadakan ruqyah di dalam rumah. Membersihkan energi dirinya dan Sasha. Juna tidak mau kejadian buruk tersebut terulang lagi.

Jeni dan Tama sampai terbang dari Jakarta, demi mengikuti sesi ruqyah. Jeni merasa bahwa Tama perlu mendapat ruqyah dan siraman rohani. Agar otak serta pikirannya jernih, tidak cabul akut.

"Jadi begini, Mbak dan Mas. Mau didoain sebanyak apa, semua tergantung dari pemilik rumah. Pemiliknya harus inisiatif rajin ibadah. Perbanyak doa dan ngajinya, biar benteng makin kuat. Nanti jin dan setan bakalan takut sendiri buat ngeganggu." Ujar salah satu pemuka agama yang terkenal membasmi gangguan hal ghaib.

"Terus, waktu kejadian di kemah itu gimana? Kami berdua nggak ngapa-ngapain eh diganggu semalaman penuh." Tanya Juna yang kepalang penasaran.

Ustadz tersebut tersenyum. "Namanya setan dan jin udah tugasnya ganggu manusia, Mas. Nggak bakalan pilih-pilih siapa yang mau diganggu."

Suara benda pecah terdengar.

Semua yang berada di ruangan tersebut menoleh ke arah guci dan lukisan yang terjatuh. Padahal tidak ada angin sama sekali. Bahkan lukisan tersebut kokoh terpaku di dinding rumah.

Sang ustadz memejamkan mata. Lalu merapalkan beberapa doa. Sementara Jeni dan Sasha saling berpelukan. Mereka sudah pernah mengalami gangguan astral saat menempati kos murah. Tapi masih saja ketakutan jika menghadapi secara langsung.

"Maaf, Mas Juna. Apa sekiranya ada orang yang nggak suka sama pernikahan kalian berdua?"

Juna terdiam, orang yang tidak suka pernikahan ini adalah Sasha sendiri. Selain itu ... Bagus! Pria itu juga mengutuk pernikahannya dengan Sasha.

"K-menapa memangnya, Pak."

"Nggak papa. Ada yang ngirim banyak jin suruhan ke Mas Juna sama Mbak Sasha soalnya. Apalagi ke Mbak Sasha yang lagi hamil."

Dan Sasha pun kehilangan kesadaran setelah mendengar penuturan dari Pak Ustadz. Ia pernah mendengar gangguan-gangguan tersebut dialami oleh orang lain. Namun tak menyangka bahwa dirinya mengalami pengalaman tersebut.

***

Setelah ritual pembersihan dilakukan, sepasang suami istri itu makin mendekatkan diri ke Tuhan. Alias semakin religius. Pak Ustadz berkata, ilmu setinggi apapun tak akan bisa menembus hamba yang beriman. Mereka mendapatkan saran untuk rajin beribadah baik wajib maupun sunnah. Menambah bacaan doa sebagai pagar, di pagi dan petang. Bahkan Sasha merasa jika Juna sudah menjadi titisan warga pesantren, karena mulai bangun di tengah malam untuk beribadah.

Juna benar-benar berusaha memperbaiki diri. Karena Ustad berkata bahwa kemungkinan Juna juga akan mendapatkan efek jika lengah. Juna tidak ingin keluarganya hancur karena entitas bawah. Sebagai kepala keluarga, ia akan memperbaiki pilar di dalam rumah tangga, sebisa yang ia mampu.

Keduanya masih berada di Malang. Mereka pengangguran, tidak ada hal mendesak yang mengharuskan mereka pergi ke ibukota. Lagipula, Sasha sudah angkat kaki dari kos. Ia menaruh semua barangnya di rumah milik Juna. Tak pernah terbayang bagi Sasha jika ia disuruh menjaga lisan semasa hamil dan seterusnya, jika mampu. Mulutnya asam jika sehari tak memaki.

Mengenai gangguan, mereka berdua bersyukur sekali, karena gangguan yang didapat masib dapat diatasi. Setelah pemberitahuan tersebut, memang ada sedikit hal diluar nalar yang mereka alami.

Love Options Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang