US (Memorry Of Us)

15 3 0
                                    

Hi, saya punya cerita baru lagi

Saya harap kalian suka.

Pd, abaikan typo kali nemu ya

Pd, abaikan typo kali nemu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca

♛┈⛧┈┈•༶ ☀ ༶•┈┈⛧┈♛


Saat ini dia yang berbaring memunggungi pintu, bagian sisi kasur yang harusnya menjadi tempatmu ditempati dirinya. Namun kau mengaguminya, meski punggungnya adalah yang menyapamu saat pintu kau buka.

Derapmu perlahan tak ingin ganggu lelapnya. Selimut yang menutup hingga ke leher, menandakan kalau dia masih terkena demam, akibat menuruti keinginan putri kecil kalian bermain hujan kemarin sore. Kau tahu, dia rentan akan penyakit. Namun keras kepalanya adalah yang paling tak bisa kau lawan.

Membiarkan dia dan si kecil kesayangan kalian bermain, lalu di malam harinya dia menggigil dan suhunya naik hingga diatas normal. Kau berakhir menitipkan si kecil ke orang tuamu, beralasan agar si kecil tak tertular. Itu juga berkat saran dari dia.

Kau sibak poninya dan merasakan jika suhu tubuhnya sudah menurun sedikit. Kau tak perlu termometer, karena kau adalah yang ahlinya, selalu bersentuhan dengan hal semacam ini.

Dia nampak tak terganggu. Tentu saja, dia baru bisa terlelap subuh tadi, saat obatnya mulai bekerja. Semalaman itu dia terus meracau sakit, tapi tak tahu dimana letak sakitnya. Dia ingin tidur, tapi pilek menghalanginya. Hidungnya mampet dan matanya berair.

Saat demamnya makin tinggi, dan ia terus meracau tak bisa tidur padahal sangat mengantuk, sedang obat belum begitu efektif, kau lakukan itu. Bajumu dibuka dan di lembar ke karpet. Menyusul dalam selimut bersamanya. Di dalam kau peluk tubuhnya, membantu agar suhu tubuhnya dapat lebih stabil. Jika di dunia kerjamu, itu di sebut skin to skin.

Dia memberi protes, jika kau mesum. Tak memikirkan jika dia sedang sakit. Namun kau abai saja, percuma menjelaskan, dia akan tidak mengerti dengan kondisinya saat ini. Dan pada akhirnya, sebelum terlelap dia membisikan kata maaf.

Rupanya dia sadar, terlalu kerasa kepala juga tidak baik. Kamu tetap memeluknya hingga deru napasnya terdengar teratur. Kau bangun dan meminum pil yang sama dengannya, mencegah agar kau tak ketularan demam, seperti kejadian bertahun-tahun lalu.

Mengingat itu kau tersenyum dan kembali membaringkan tubuhmu di sebelahnya. Kau menempati sisi bagian kasur, yang seharusnya menjadi tempatnya. Namun untuk malam itu, kalian bertukar tempat.

Pintu kamar di ketuk. Kau membuka suara pelan menjawab "ya" dan anak sulung kalian muncul hanya dengan kepalanya yang menyembul masuk.

Ia berbisik saat kau menaruh jari telunjukmu di bibir.
"Ibu masih demam?"

Kau mengangguk dan anakmu ikutan dengan raut wajah murung.

"Perlu sesuatu?"
Tanyamu karena anak sulung kalian belum mengutarakan maksudnya. Dan kau ikutan berbisik juga.

US (Memory Of Us) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang